Sebuah mansion megah di tengah hutan, terlihat kacau berantakan. Banyak tubuh berserakan yang sudah tidak utuh, bahkan ada yang sudah terlihat seperti sarang lebah karena tertembus ratusan peluru. Darah terciprat di mana-mana, baik di pohon, semak-semak, pagar besi, mobil, tembok, bahkan bebatuan dan tubuh beberapa hewan ternak.
Rombongan pasukan khusus berpakaian serba hitam dan membawa persenjataan lengkap, mengendap-endap masuk ke satu-satunya ruangan yang masih terlihat terang. Satu dari mereka memberi instruksi tanpa suara, beberapa anggota di dekatnya segera mengatur posisi dan mulai membidik, seseorang yang memiliki tubuh paling besar segera mengambil posisi untuk mendobrak pintu
BRAK!!!!!!
"FBI!!! ANGKAT TANGAN KALIAN!!!!!"
Pasukan serba hitam itu segera masuk, mendapati satu-satunya anggota keluarga itu yang masih hidup, seorang pria ramping berambut putih. Pria itu berdiri membelakangi mereka, tetap tenang menyelesaikan sebuah lukisan mawar biru yang sangat besar dan cantik. Sosok itu memakai pakaian serba putih, kontras dengan pasukan bersenjata yang mengepungnya. Dia terlihat tidak peduli sama sekali dengan situasi sekitar, karena dia tau hari ini cepat atau lambat pasti akan tiba.
Salah seorang dari mereka mulai terlihat tidak sabar, dia mulai berteriak sambil membidik kepala pria itu
"ANGKAT TANGAN!!!! KELUARGAMU SUDAH RUNTUH!!!! MENYERAHLAH!!!!"
Pria albino itu mendongah menatap agen yang berdiri tepat disampingnya, menoleh dan tersenyum dengan manis sekali walau tatapan matanya kosong. Agen itu membatu menatap sosok indah didepan bidikan senjatanya, sedikit ragu. Pria itu memiliki rambut putih yang berkilauan seperti perak, matanya jernih berwarna biru laut, figurnya ramping dan tinggi seperti model, kulitnya bersih dan terlihat sangat lembut.
Pria albino itu menyapukan kuas untuk memberikan sentuhan terakhir di lukisannya, sedikit melangkah mundur untuk mengamati lukisannya. Satu tangkai mawar biru yang terlilit oleh kawat berduri, kelopaknya berjatuhan walau bunga itu terlihat sangat segar dan tidak ada cela, bagian tengah dari bunga itu berupa sebuah mata jernih berwarna biru laut, lukisan itu memiliki latar belakang aliran air dan awan putih yang bergulung-gulung. Pria itu tersenyum puas, membalikkan tubuhnya.
Setiap mata agen bersenjata itu menatapnya ragu, tapi mereka tetap harus melaksanakan tugasnya. Lebih dari dua puluh orang berseragam hitam, mengepung sosok putih ramping yang berdiri di tengah ruangan sendirian, persis seperti bunga yang dilukisnya. Pria albino itu memandang sekelilingnya, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan, mungkin ini memang akhirnya.
Dia menunduk
Seumur hidupnya, dia hanya terkurung disini. Tubuhnya lemah, sebagai anak kedua dari ketua organisasi mafia Rusia sudah pasti dia akan dimanjakan setengah mati. Semua orang menyanjungnya, menganggap sosoknya yang serba putih dan terlihat murni itu sebagai malaikat yang jatuh ke bumi, tapi semua orang memperlakukannya seperti burung dalam sangkar.
Dia ingin mencoba menginjak tanah
Dia ingin merasakan bagaimana menyentuh tanaman yang masih hidup diantara rerumputan
Dia ingin merasakan air hujan dengan aroma kesukaannya, membersihkan tubuhnya yang ringkih dan lemah
Dia ingin menyentuh bulu binatang jinak disekitar mansion yang terlihat lembut itu
Dia ingin menatap langit dan menyaksikan sendiri bagaimana bumi berotasi
Dia ingin merasakan rasanya kehabisan nafas dan berkeringat karena bergerak bebas
Dia sudah muak dengan buku, muak dengan gambar dan foto yang dingin
Dia muak dengan besi, kaca dan obat-obatan yang dikonsumsinya seumur hidup
Dia muak dengan warna putih yang mengurungnya
Muak dengan jarum suntik dan infus yang secara rutin menusuk kulitnya
Dia tidak bisa hidup tanpa obat
Dia tidak bisa bertahan lama jika jantungnya berdetak lebih cepat
Dia tidak bisa tetap sehat jika menangis
Dia akan merasa lambungnya akan hancur jika dia tertawa
Dia .... Manusia yang rusak
Dia memang hidup, tapi dia tidak pernah merasa hidup. Karena setiap kali emosi dan perasaanya meluap, dia akan merasakan organ tubuhnya akan hancur kapan saja.
Karena itulah dia berharap, dengan kedatangan para agen bersenjata ini, dia bisa mencapai satu-satunya kebebasan yang bisa dicapainya dengan usaha sendiri. Sebuah kematian
Dia tersenyum, sedikit mengangkat kedua tangan yang berada di kedua sisi tubuhnya
"TEMBAK!!!!!"
DOR! DOR! DOR! DOR!!!
Dia terjatuh ke samping, dengan sisa-sisa tenaganya dia menatap lukisan mawar biru terakhirnya. Lukisan itu memiliki coretan abstrak berwarna merah, membuat pola yang membuatnya terlihat benar-benar sempurna. Dia tersenyum dengan nafas terputus-putus, empat peluru menembus dada dan lehernya, membuatnya menjadi seperti sosok malaikat jatuh yang menerima hukuman dari Tuhan.
Benar-benar finishing touch yang sempurna
Next?
23 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry And Cigarette ✔️
FantasíaSean sudah mati Jiwanya yang menjadi korban salah jemput dewa magang, membuat dewa besar sakit kepala. Hingga pada akhirnya, jiwa Sean dipindahkan ke tubuh seorang artis yang mengalami hal serupa. Bedanya artis itu mati bunuh diri karena depresi, b...