Chapter 25

484 45 5
                                    

CHAPTER DUA PULUH LIMA

Bagaimana pun, kencan bukan prioritas Ally. Apalagi adanya Luca di pelukannya—bagaimana mungkin dia sibuk berkencan?! Luka lama dengan Jared pun belum mengering. Agak mustahil melabuhkan hatinya yang sudah remuk itu untuk orang lain. Tidak terasa etis untuknya. Apakah Dante.. Ally tidak merasa rendah diri, ia hanya sadar. Dirinya dan Dante jauh berbeda, dan menyatukan jurang yang mengaga lebar itu? Mustahil.

"Deal?" tanya Dante siang itu. Senyuman tersemat di bibir tipisnya yang menggoda. Sementara itu, sorot mata Dante dalam, menghanyutkan, membuat Ally terus berdesir.

"Aku.. kurasa kita harus buat kesepakatan yang lebih logis. Kau mau kencan denganku? Apakah kau mabuk?" Kencan? Bahkan setelah dua hari berlalu, Ally menduga, Dante mungkin mengubah kesepakatan itu. Pria itu.. malah muncul seraya menyodorkan berkas yang membuat Ally tertohok. Menjadi partner kencan-ku.

Dante melipat bibirnya dan menumpu dagu. "Apakah aku harus menjelaskannya lagi? Kalau aku tertarik kepadamu?"

"Itu tidak masuk akal."

"Masuk akal. Untukku," sahutnya enteng. "Jadi, sepakati ini dan kita cari cara sampai ke sidang perceraianmu."

"Kau bisa dapatkan perempuan lain."

"Aku tidak mau perempuan lain." Suaranya final. Dante menatap serius Ally yang duduk di depannya. Suasana restoran yang hangat dan ramai seolah lenyap, digantikan mereka yang duduk dengan tegang. Dante pun menghela napas. "Kau sangat keras kepala."

"Kau tidak boleh bermain-main dengan calon mantan istri orang lain."

"Tapi itu kau, aku terima risikonya."

Pembicaraan itu menggantung sengit. Ally merenggut berkas tadi, dibalas senyuman tipis Dante. Sementara Ally menekuninya dengan serius, Dante justru memperhatikan wajah cantik di hadapannya. Dua hari terakhir, dia sangat resah karena Ally mungkin tidak akan mau bertemu dengannya. Bahkan di bar Erico, Ally seperti bayangan—tidak tertangkap mata telanjangnya—dan akhirnya satu telepon membawa meeka di sini. Duduk berhadapan. Serius. Membicarakan masa depan.

"Aku beri waktu tiga hari dari sekarang. Jika kau setuju, pengacaraku sudah siap membantu." Dante mengerling singkat kemudian menyodorkan satu kartu nama. "Kau bahkan bisa berkonsultasi dengannya dahulu kalau kau mau."

Ally menunduk, tangannya perlahan meraih kartu nama mengkilat itu. "Oke."

"Aku tunggu jawabanmu."

.

.

"Jadi, bagaimana? Kau setuju? Apakah kalian akan bertemu setelah ini? Lebih sering?" Esme memberondongnya dengan banyak pertanyaan sewaktu ia baru sampai di depan pintu. Ally mengikat rambutnya seraya melempar sepatunya dengan ujung kaki. "Ally!"

"Aku akan mempertimbangkannya."

Gadis itu memberenggut. "Apa masalahnya? Toh, dia mau membantu—"

"Dia ingin berkencan denganku." Jawaban itu membungkam Esme yang tadi hendak mengoceh lebih panjang. Ally berbalik, tepat berhadapan dengan sang adik. "Kau dengar itu?Dia tertarik kepadaku dan mendesakku agar berkencan dengannya. Dia.. tidak masuk akal. Maksudku, aku saja ingin lepas dari hubungan sialan—"

"Tapi bagaimana perasaanmu kepadanya?"

Ak—aku?

Suara Ally terjepit. Dia tidak menyangka Esme akan mencetuskan pertanyaan itu, namun dia mengetatkan rahangnya. "Entahlah. Di mana Luca? Dia sudah makan siang?" tanyanya mengalihkan topik. Derap langkah terdengar di belakangnya.

"Kau tertarik kepadanya."

"Apa maksudmu?!" Ally berjalan ke dekat kulkas, meneguk cepat jus jeruk dingin dan mengatur napasnya. Bahkan tidak sampai satu jam mereka bertemu tapi energinya sudah terkuras habis. Bagaimana bisa mereka berkencan?! Bayangan mengerikan itu langsung mencekik Ally. "Jangan mengarang."

Esme menyandar di depan kulkas dan memandang Ally. "Biasanya, kau tidak peduli, tapi sekarang.. dengan kau kesal begini, itu menandakan kau tertarik kepadanya. Sudah tertarik kalau aku boleh tambahkan," jawabnya.

"Berhenti bicara omong kosong."

Esme memandang lurus. "Apakah kau setakut itu? Dante mungkin pria berbeda, jangan karena Jared kau jadi memandang buruk—"

"Tapi aku memang tidak mau dekat dengan siapapun lagi. Aku hanya harus fokus kepada Luca dan hidup bersamamu. Bahkan James juga banyak membantu di rumah, jadi untuk apa.. punya kekasih?"

"James berbeda. Kau tidak boleh bermesraan dengannya."

"Aku tidak ingin bermesraan dengan siapapun!" Ally berlalu dari hadapan Esme begitu saja. Sementara itu, Esme hanya melipat tangan di depan dada. Mengenal Ally seumur hidupnya, dia jelas mengenal betul sang kakak. Esme tidak berharap apapun setelah banyak masalah menimpa Ally. Dia hanya ingin.. Ally sadar, kalau wanita itu pantas mendapatkan cinta lagi. Dia bahkan selalu baik kepada siapapun, mengapa kehidupan rumah tangganya sekacau ini?

"Ally, tunggu, aku belum selesai bertanya." Esme mengejar Ally yang sudah menaiki undakan anak tangga, menuju kamar Luca.

.

.

Jared memandang foto itu dengan muram. Pria ini? Jadi dia? Yang mendekati istrinya selama ini? Gejolak aneh bergumul di dada Jared kala mengetahui latar belakang pria tersebut. Dante d'Allesi jelas bukan orang biasa, dan Jared menyipitkan mata. Apakah selera Ally berubah sekarang? Mengencani pria kaya?

"Sayang.." Tatapan Veronica tertambat pada foto itu. Dia merebutnya cepat. "Siapa ini?"

"Kekasih Ally."

"Oh ya?" pekiknya perempuan itu, kemudian duduk di sisi Jared. "Tidak buruk. Apakah dia kaya?" Jared mengangguk membuat Veronica berdecak lagi. "Boleh juga. Dia terlihat hot."

Jared merebut foto itu kembali dan mengantonginya. "Jadi, kau siap berangkat?"

"Hish, mood-mu buruk terus beberapa hari terakhir. Apakah kau tidak bisa tersenyum saja?"

"Bagaimana bisa?"

Veronica tersenyum kemudian bergelayut manja di lengan kekar Jared. Beberapa hari belakangan, Jared selalu terlihat gusar, dan Veronica tahu jawabannya; kepulangan Jared ke rumahnya dan Ally. Lain kali, dia harus lebih gigih menahan Jared di sini agar prianya tidak bermuka masam lagi. "Aku sudah bilang, urus perceraianmu dan Ally secepat mungkin."

"Aku.. belum mau."

Veronica berdecak lagi. "Kenapa? Kau masih mencintainya?" Jared memalingkan wajah, membuat Veronica cepat merah dagu tersebut dan mengarahkan ke dekat wajahnya. "Serius? Apa arti diriku untukmu?Hah? Kau masih cinta dengannya? Cih, mustahil."

Jared menyingkirkan tangan Veronica dari wajahnya, dan hendak bangkit. Ia meninggalkan Veronica yang terduduk sendirian di sofa besar tersebut. Jadi apa artinya hubungan malam demi malam kita? Huh?

"Jared!" rengeknya, mendekati Jared yang tengah bicara dengan bodyguard lain. "aku sedang berbicara denganmu. Sudah ceraikan saja dan kita bisa menikah di Bahamas!"

"Vero, jangan sekarang."

Ia mengerucutkan bibir. "Aku akan mendesak ayahku agar kau mau bicara dengannya. Demi hubungan kita. Pernikahan kita. Apakah kau tidak mencintaiku?" Cinta? Apa itu cinta? Jared menyahut dalam hati. Sejauh ini, hubungannya dengan Veronica sejujurnya berlandasarkan kebutuhan dan seks saja. Tidak lebih. Kalau Veronica sudah menyinggung cinta, Jared tidak mau berkomentar lagi.

"Jared!"

"Siapkan dirimu, kita akan berangkat."

[]

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang