Prelude : Alicia

4.8K 131 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PRELUDE:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PRELUDE:

ALICIA

Dia mengagumiku seolah aku adalah pusat dunia. Aku jauh mengaguminya seolah dia adalah pusat semesta. Berada di dekatnya, mendengarkan kalimatnya atau menekuni tawanya, aku pikir waktu adalah satu-satunya musuh kami.

Aku ingat ketika ia pertama kali mengatakan bahwa aku adalah segalanya, dan jika kehidupan ini memiliki fase lain, dia akan mencoba mencariku sepenuh hati.

"Maksudku, sebelum aku bertemu denganmu, duniaku tidak pernah seperti ini, Ally," gumamnya lembut. "Aku memang hidup tapi aku sangsi aku hidup seutuhnya. Seperti bernapas, bergerak, dan bekerja namun tidak benar-benar seperti manusia."

Aku tersenyum lantas bersandar di sisi tubuhnya yang kokoh. Aku selalu senang menempel di dekatnya seakan kami menjadi bagian yang satu dan utuh. "Aku juga."

Jared mengusap rambutku. "Di hari aku bertemu denganmu?Aku merasa itu adalah titik awal aku pertama kalinya aku berambisi untuk hidup." Ia mendaratkan ciuman hangat di keningku.

Aku memejamkkan mata, merasakan dahsyatnya degup jantungku yang terus bertalu-talu, atau bagaimana tubuhku bergetar samar tiap kali dia mengusap punggungku atau rambutku. "Bagaimana kalau hari itu kita tidak bertemu?" tanyaku sontak membuka mata.

Jared menunduk rendah. Sepasang manik emas itu menyorot dalam bagaikan lampu yang menentramkan, dan mencerahkan. "Aku akan tetap menemukanmu. Bagaimanapun itu, Ally."

"Kau yakin?"

"Tentu saja! Sebesar apa sih dunia ini? Aku tetap akan mencarimu meskipun aku perlu berlama-lama di gurun Sahara atau berlama-lama di Antartika, asalkan aku dipertemukan denganmu, itu akan sepadan," jawab pria tersebut.

Aku tidak pernah merasa begitu diinginkan. Dalam hidupku, tidak pernah ada yang merasa aku begitu penting. Namun bersama Jared, aku seperti seonggok batu berlumut yang ia pandang lain. Ia melihatku, memujaku seperti aku adalah berlian mahal.

Itu lebih berarti daripada apapun.

"Aku mencintaimu, Ally, lebih daripada yang bisa kau bayangkan." Ia mengeratkan tangannya, membuatku meringkuk lebih erat di dekat dadanya.

"Aku juga, Jared."

Kami tidak pernah tahu, kami hanya merasa beruntung, di musim panas itu kami bertemu. Tanpa perlu menjelajahi seluruh dunia, tanpa perlu melewati gurun Sahara atau mampir dahulu ke Antartika, justru kami bertemu.

Dia yang tertawa, dan menatapku sendu. Dia yang tertawa hanya karena aku merona. Dia yang menyebutku si Mentari paling menyengat seantero Florida.

"Kau adalah musim panas itu," ucap Jared. "Musim panas yang abadi yang membuatku betah untuk menghabiskan sepanjang umurku hanya untuk bersamamu."

Kami pernah dimabuk cinta.

[]

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang