Chapter 2

1.9K 66 5
                                    


Chapter 2

"Aku yang merelakannya pergi di hari itu. Aku yang mengantarkannya sampai dia akhirnya meninggalkan kami."

*

Ally memandang punggung suaminya yang tengah mengenakan jas. Ia mendekat seraya membalikan tubuh suaminya untuk membetulkan kerah jas hitam tersebut. "Berhati-hatilah selama di sana."

"Apa kau akan baik-baik saja? Maksudku, bagaimana dengan Luca? Ini pertama kalinya aku meninggalkan kalian untuk seminggu lamanya, apakah—"

"Sst, kami akan baik-baik saja," balas Ally seraya mendongak dan tersenyum pada suaminya. Dia meraih rahang pria itu, mengusapnya perlahan. "Lagipula kau pergi untuk pekerjaan itu bukan? Dan Luca—" Mereka sama-sama menoleh pada boks bayi di sudut ruangan, dimana putra mereka masih terlelap nyaman di pagi ini. "—akan mengerti."

Jared merapatkan tubuh mereka, memiringkan wajahnya. "Aku akan merindukanmu, baby, sungguh."

"Aku juga."

"Berjanjilah padaku."

Ally menatap wajah Jared. Tangannya masih berada di kedua bahu pria yang memiliki tubuh tinggi dan bahu tegap tersebut. "Apa?"

"Untuk menjaga dirimu dan Luca selama aku tidak ada, dan untuk selalu merindukanku pulang," ia mengeratkan tangannya di pinggang Ally, dan menarik tubuh Ally agar kian menempel dengan tubuh depan miliknya. "Untuk menantiku dengan cinta."

Ally terkekeh, apalagi dia merasa geli karena rahang Jared yang telah ditumbuhi janggut tipis membelai sisi wajahnya.

"Berjanjilah."

"Tent... tentu saja," ia menangkup wajah Jared dengan kedua tangan. Pandangan mereka beradu, dan Ally menatap lekat manik berwarna cokelat emas itu begitu dalamnya. "Aku akan selalu merindukanmu." Ia berjinjit kecil sebelum bibir mereka bertemu.

Dia akan merindukan semua ini. Dia akan merindukan Jared dengan semua perasaan yang telah pria itu curahkan untuknya. Dia akan merindukan bagaimana suaminya ada di pagi hari atau malam hari. Kapanpun itu, dia akan merindukan Jared seutuhnya.

"Jaga dirimu pula, Jared." Ally membuka mata tepat Jared membuka matanya pula. "Pulanglah pada kami dengan baik-baik saja." Ia mendekap tubuh Jared, merasakan bagaimana rumah untuknya bukanlah tempat ini, namun ... dalam dekapan ini. Jarednya.

*

Mobil hitam tersebut telah menunggu di depan rumah. Luca masih meringkuk nyaman dalam kamarnya, jadi Ally meninggalkannya dengan sebuah walki talki yang terhubung dengan miliknya. Mereka berdua turun bersama, Jared menggeret kopernya dengan satu tangan dan berjalan di depan. "Dengarkan aku," ia berhenti di ambang pintu, mengejutkan Ally yang tengah berjalan. "Jaga dirimu, oke?"

"Apa kau harus mengatakannya terus menerus? Karena aku bisa-bsa akan mengikatmu sekarnag agar kau tidak pergi."

Jared terkekeh, dia mengecup kening Ally sebelum mereka membuka pintu dan benar-benar melihat abagimana mobil hitam di luar pagar rumah mungil mereka. Jared terus mengoceh soal bagaimana penyelamatan pertama atau bagaimana nomornya akan terus terhubung.

Ally menghadapkan tubuhnya pada Jared, membenarkan dasi dan jas Jared. "Aku paham semua itu, kau bkerjalah yang benar, demi kita, dan demi Luca."

"Tentu, sayang."

"Mari, Tuan," salah satu pria berjas hitam telah membantu memasukkan koper Jared. Dia hanya pergi dua hari namun seprti akan pergi untuk berbulan-bulan.

"Sampai jumpa,"

Ally tersenyum. "Sampai jumpa." Tangan mereka masih bertautan, sampai Jared mendapatkan tepukan di bahunya. "Pergilah. Kami akan selalu disini ketika kau pulang." Jared mengangguk, sebelum menarik tangannya dan berjalan menuju mobil hitam. Ia melambai pada Ally. "Hati-hati!"

Jared pun masuk, disusul oleh pria yang semula membantunya tersebut. "Jaga dirimu."

"Tentu." Mobil pun melaju, meninggalkan kepulan asap tipis, dan bekas ban yang mengilas jalanan beraspal tipis di depan pagar rumah mereka. Ally mengembuskan napas sebelum kembali ke dalam, setelah mendengar tangisan Luca menggema di walki talkinya.

"Mommy datang, sayang!" Ally sedikit berteriak sewaktu menaiki anak tangga. Di kamar, dia telah mendapati bayi berusia delapan bulan telah berlinang air mata. Ally memandangnya sendu, sebelum meraih tubuh Luca lantasmenimangnya. "Maafkan, Mommy, jangan menangis."

Luca masih terisak, membuat Ally terus menimangnya dan setelah cukup reda, baruah ia terduduk dengan putranya yang memandangnya dengan mata bulat besar yang berair. Warna matanya persis seperi Jared, membuat Ally menarik enyum sewaktu mengusap bekas air mata yang tersisa. "Daddymy tengah pergi berkerja, dia berjanji akan pulang dengan uang yang banyak," Ia mendekatkan wajah Luca dan mengecup pipi bulat Luca lembut. "Dia akan kembali pada kita, Daddymu itu akan membelikan apapun padamu."

[]

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang