Chapter 24

526 38 3
                                    

CHAPTER DUA PULUH EMPAT

"Astaga!" Ally tersentak mendapati seseorang sudah menyandar di dekat pintu ruangan Erico. Seusai bicara dengan Erico mengenai jadwal cutinya untuk tiga hari kedepan (Ally harus bergegas mencari pengacara dan mengurus berkas perceraian), wanita itu tidak menyangka ada sosok yang sudah "menguping" sedari tadi. Ally pun berdeham. "Kau tahu, mendengarkan pembicaraan orang lain itu tidak sopan."

Dante berdiri tegak, menjejalkan kedua tangan di dalam saku. Jujur saja, Ally tidak menyangka pria itu bisa terlihat di siang hari (dia persis vampir yang dapat ditemui saat malam saja), dan nampak segar dengan rambut sengaja disisir rapi.

"Tuan.. biarkan aku lewat."

"Aku dapat membantumu."

"Oh ya?" Ally mendelik. "Mengapa?"

"Kau tidak tahu? Aku punya banyak teman dan mencari pengacara bukanlah masalah." Bahkan mencari buronan Amerika saja dia dapat melakukannya dengan mudah. Dante tersenyum miring, menatap Ally lekat.

Tentu saja Ally tahu betapa kuat pengaruh Dante apalagi teman Dante adalah bos Ally yakin Erico, pemilik bar luas ini. Jelas, Dante juga dapat dengan mudah menunjuk pengacara manapun, yang paling handal sekalipun dalam hitungan menit. Tapi mengapa?

"Aku tahu itu, Tuan. Masalahnya adalah mengapa? Mengapa kau mau membantuku di saat aku tahu, kau mungkin cukup sibuk."

"Karena aku peduli?" Dante masih tersenyum.

"Kau .. err, rasa pedulimu agak membuatku terkejut."

"Ini demi perceraianmu jadi aku setuju membantu. Tidak perlu mengeluarkan biaya apapun, aku akan urus semuanya sampai final nanti. Bagaimana?" Apakah dia ini ibu peri? Ally menggeleng cepat, nyaris saja terbuai dengan tawaran itu apalagi artinya dia tidak perlu mengambil pinjaman dari bank untuk menyewa pengacara. Tapi masalahnya .. Ally cukup ngeri dengan Dante.

"Apa maumu?" tanyanya tegas.

"Apa?"

"Kau seharusnya tidak membantu begitu saja. Aku tidak mau punya hutang budi jadi terima kasih tapi tidak, aku harus dengar dahulu apa maumu," ujarnya cepat. Ally mulai melipat tangannya di depan dada. Pria asing ini mengantarkannya pulang, dan sekarang hendak mencarikan pengacara tanpa perlu Ally membayar? Ini tahun 2021! Dan tidak ada yang gratis sekarang. Bahkan sekecil balas budi saja akan menjadi masalah di kemudian harinya, bukan?

"Aku hanya mau kencan denganmu," gumam Dante dengan mulus. Dante berdeham ringan kemudian menatap lurus Ally. "Mungkin beberapa waktu pendekatan dan kencan .. yah, kau mau?"

.

.

Siapa pria selain yang Jared yang dengan gampang mengajaknya kencan?

Tidak ada. Sekali lagi, tidak ada. Itu pun sudah berlalu sekian tahun, terhitung dari hari ini. Sontak, Ally langsung melotot di tempatnya. Pria ini, entah datang darimana, tanpa asal usul yang jelas, tanpa ada peringatan sebelumnya, apa? Mengajaknya kencan? Ally khawatir dia salah dengar jadi dia agak maju mendekati sosok mengintimidasi tersebut, takut bahwa dia sudah berpikiran lain.

"Tuan, kurasa aku salah dengar. Aku dengar kau bilang kencan?"

"Tidak, kau tidak salah. Ayo, kencan denganku," katanya dengan cepat. Dante menatap turun karena tinggi badan mereka yang jauh berbeda. Tentu saja dengan tungkai panjang mengaggumkan, pinggang ramping dan dada lebar, seharusnya Dante bisa jadi model runaway yang wajahnya terpajang di mana-mana. Tapi dia tidak butuh uang, kelihatannya dan dari kata-katanya atau pun sikapnya, jelas dia memang sudah berkecukupan bahkan lebih daripada yang Ally dapat duga.

"Tapi .. mengapa.."

"Karena aku tertarik. Aneh, ya, ini terkesan buru-buru tapi setelah kau lepas dari suamimu, ayo kita kencan. Aku sudah tahu soal latar belakangmu, bahwa kau juga sudah punya anak tapi itu bukan masalah sama sekali. Aku mau kita terbuka dan lebih menerima satu sama lain."

Ally tercekat. Dengan kalimat selancar itu atau bahkan kerlingan mata, tidak mungkin ini pertama kali Dante berusaha merayu perempuan. Yah, dia mungkin sudah gonta ganti pasangan semudah mengganti dasi di pagi hari. "Tuan, maaf tapi aku tidak berminat kencan."

"Jangan membuat kesimpulan secepat itu. Rasakan dahulu. Kencan denganku, oke?"

Setelahnya, seseorang memanggil Dante hingga pria itu berbalik dan melengang pergi. Setelah sosoknya tidak lagi terlihat, Ally sontak menekan dadanya dan mengatur napas, tanpa sadar dia sudah menahan napas sejak Dante bicara tadi.

.

.

Esme bisa bilang kalau dia nyaman tinggal dengan kakakknya, Ally. Bukan hanya karena mereka cocok satu sama lain, mereka juga dapat paham bahwa rumah mereka sudah bukan rumah lagi. Orang tua mereka sudah terlalu mencampuri urusan termasuk perihal asmara. "Bahkan James saja terus dicerca oleh ibu, entahlah, aku tidak yakin mau menikah."

Ally membuka mikrowave, mengeluarkan sisa makaroni sore tadi. "Hanya karena pernikahanku gagal bukan berarti kau jadi tidak mau menikah."

"Apa maksudmu? Aku tidak menyinggung pernikahanmu. Aku hanya bilang ibu dan ayah terlalu merecoki dan punya standar mantu yang sulit digapai."

"Begitu?"

Esme beres memotong sayuran kemudian berjalan ke wastafel untuk mencucuinya dalam wadah berjaring. "Jadi, yah, aku belum mau menikah. Tidak, jangan trsinggung. Tidak ada yang pernah bilang pernikahanmu gagal, Ally."

"Tapi kau bisa lihat sendiri."

"Hm, ya .. tapi.."

Ally cepat meraih teleponnya dan agak menepi. Sementara itu, Esme pun menyisihkan sayuran agar air yang menempel berjatuhan sedangkan dia mulai menyalakan api. Di kursi bayi, Luca sedang asyik duduk dengan mata menonton TV.

"Hallo?"

"Kau sudah pikirkan jawabanmu?" Suara berat serupa madu itu membuat Ally berdesir.

"Bagaimana bisa kau tahu nomor ponselku?"

"Alicia, tentukan pilihanmu secepatnya. Aku hanya ingin membantu dan apakah aku bukan tipemu? Kau takut kencan denganku?" Takut bukan padanan tepat. Lebih seperti ngeri, heh, aku sangat ngeri padamu. "Aku tidak seburuk itu, kau tahu." Dante bergumam pelan. "Hm, biarkan aku bertemu orang tuamu, aku akan bicarakan dengan mereka juga."

[]

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang