Chapter 38

383 24 0
                                    

CHAPTER TIGA PULUH DELAPAN

Alexis menatap sejumlah foto yang disodorkan kepadanya. Ada rasa kesal dan jijik yang melintas di wajah cantiknya itu, sedangkan hatinya dongkol. "Terima kasih, silakan pergi," katanya pada orang suruhannya tersebut.

Di foto itu nampak berbagai sudut Ally yang berada di area bangunan yang katanya akan jadi butik barunya. Alexis pernah mengatakan pada Dante bahwa salah satu impiannya adalah punya rumah modenya sendiri, sekarang selain telah merebut Dante dari tangannya, merenggut pernikahan impiannya, ternyata wanita licik itu juga merebut mimpinya. Alexis merasa dadanya panas, bahkan tangannya mengepal sempurna.

"Ally," katanya sinis.

Dari luar mungkin orang-orang menganggap Ally seperti bidadari, tapi untuk Alexis, wanita itu tidak lebih dari iblis. Alexis tidak akan segan untuk membalaskan kekesalannya yang makin meluap sejak dia tiba di sini. Di hari pernikahan mereka, Alexis berupaya untuk menghentikan janji suci itu, tapi tidak terjadi. Alexis sudah mengatur rencana lain agar rumah tangga mereka akan hancur di depan matanya, dan Dante... akan berlutut memohon maaf karena telah mencampakkannya.

Alexis akan pastikan, di akhir nanti, dialah ratunya.

"Nona." Suara melengking terdengar, asisten Alexis muncul dari arah pintu seraya menaruh berbotol-botol jus pesanan Alexis. "Apa yang kau lihat?"

Gadis itu membereskan foto-foto yang tergeletak, namun satu terambil oleh si asisten. "Berikan!"

"Kau menguntit?!"

"Tidak."

"Dan ini?"

Alexis merebutnya kasar seraya mencebik. "Bukan urusanmu." Dia memasukan semuanya ke dalam amplop putih dan dimasukkan ke dalam tas tangannya. Setelah itu, dia duduk dan membuka botol jusnya. Hari ini lumayan panas, dan Alexis sadar, dia makin panas setelah melihat wajah Ally yang sok tidak berdosa itu. Ah! Alexis meneguk habis jusnya, membuat si asisten melotot. "Aku tidak akan tinggal diam."

"Nona, tenanglah. Kau..." Namun Alexis mencebik, dan malah bangkit meninggalkannya. Alexis punya banyak kenalan, pria-pria tampan nan mapan yang mendekatinya setelah kandasnya hubungan dia dan Dante. Namun, Alexis mengusir mereka semua dan lebih terobsesi untuk menyingkirkan Ally, yang jelas-jelas sudah berstatus sebagai istri sah Dante. Entah sampai kapan, Alexis akan berupaya untuk merebut kembali pria pujaannya itu. Hanya saja, dia berharap Alexis tidak terluka, karena sudah cukup gadis itu merasa sakit dan bersedih selama ini.

*

*

Tidak ada persiapan khusus, Ally memasak kalkun panggang, tomato presto, dan pasta. Dia juga menyiapkan makanan untuk Luca yang sekarang sangat aktif berlarian di rumah mereka, bahkan Luca lebih lincah hingga Esme kewalahan. Setelah bujukan cukup menyita waktu, Luca pun mau makan meski tidak lama.

Esme menggendong Luca dengan payah, namun senyumannya mengembang. "Aku akan mengajaknya beli es krim, James akan menjemput," katanya.

"Oke, hati-hati!"

James muncul dengan mobilnya seraya menyapa singkat Ally dan Dante. "Aku sudah makan, yuk, berangkat," ajaknya. Luca memekik senang dan melompat ke dekapan James, sedangkan Esme mulai pamit. Keduanya terlihat sangat senang bersama Luca bahkan tidak mengherankan jika Luca malah memanggil Esme dengan sebutan Mommy nantinya, saking seringnya mereka menghabiskan waktu.

Dante merangkul pinggang istrinya seraya menutup pintu. Dia mencium singkat pipi Ally. "Nah, sekarang hanya ada kita."

"Aku akan rapikan meja dahulu. Kau mau wine?" tawarnya.

Pria itu mengangguk, kemudian melepaskan istrinya agar leluasa menata piring kotor untuk ditumpuk di bak cuci, kemudian merapikan sekitar meja dan kursi-kursi bekas makan mereka. Sekitar sepuluh menit, keduanya bersama-sama mencuci semua peralatan makan, kemudian tertawa ketika menceritakan kejadian lucu hari ini. Ally terkekeh. "Yah, aku kadang bisa sangat cerewet."

"Untung aku memahami itu," godanya. Dia mulai mengeringkan tangannya, begitupun Ally. Tidak lama, Ally cepat memeluk tubuh hangat Dante. "Ally."

"Nyaman sekali, hm." Dia memejamkan mata, dan mendongak kecil. Sejenak, dia berjinjit untuk mencium bibir Dante lantas tersenyum. "Apakah kau memikirkan sesuatu?"

"Apakah bisa kita memberikan Luca adik?"

Ally mencubit hidung Dante. "Entahlah, sekarang dia sangat manja."

"Benar, sih." Dante langsung membopong Ally, yang balas memekik. Mereka jatuh bersama di ranjang. Dante mulai mengurung tubuh mungil Ally, seraya menghadiahkan lebih banyak ciuman untuk istrinya tersebut. Ally balas tertawa, merangkul bahu tegap Dante agar tetap dekatnya dan membalas ciuman demi ciuman yang dihujankan padanya.

"Dante..."

"Ya?"

"Aku mencintaimu."

Dante tersenyum lebar seraya mencium lagi hidung dan bibir Ally. "Aku sangat... sangat mencintaimu." Dia menindih tubuh Ally, membuat wanita itu tidak berkutik. Sebenarnya, mereka sangat sibuk belakangan ini. Butik, persiapan launching, bahkan rapat bersama ibu Dante terus saja menyita waktu. Dante sering merengek karena saking sibuknya Ally di hari-hari belakangan ini, namun istrinya pekerja keras dan sangat bertekad. Jadi, dia turut bangga dan senang. Ally akan bermanja-manja ketika mereka duduk di kamar berdua, seraya bercerita soal apa saja yang mereka kerjakan seharian tersebut. Dante sangat suka mendengar suara merdu Ally dan Ally menyukai sorot perhatian yang terus tertuju padanya. Dante sangat tampan, dan bulu matanya sangat lebat dengan sorot mata dalam. Tiap kali mereka bertatapan, Ally terus berdebar sampai seperti akan pingsan. Ketika menyadari pria ini suaminya, Ally sangat lega dan bahagia.

Dante mendekap pinggang Ally, seraya menyurukkan wajahnya di lekuk dada Ally. "Hm, kau sangat harum."

"Ya."

"Aku ingin menyantapmu."

Ally meraih dagu Dante, kemudian menatapnya dalam. "Kita punya waktu sekitar satu jam?" Binar cerah menghiasi wajah Dante. "Setelah itu, aku akan bersih-bersih dan menunggu Esme serta Luca pulang, setuju?"

"Tentu saja setuju!" Dante memekik kegirangan, dan Ally cepat meloloskan pakaian mereka, seraya mendekap erat tubuh Dante. Dante sangat tinggi dan kekar, sedangkan dia sangat ramping serta feminin. Keduanya sama-sama dimabuk asmara dan memuja satu sama lain. Ally memejamkan matanya sewaktu Dante mulai merapat padanya, diiringi napas mereka yang menyatu dan bibir Dante mulai merayap ke dekat bahu serta lehernya yang jenjang.

[]

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang