CHAPTER TIGA PULUH EMPAT
Undangan tersebut tergeletakkan manis di meja kerja Jared. Pukul delapan, dia beres joging dan mendapati undangan dengan namanya tertera di sana.
Alicia & Dante
Jared cepat meremas undangan tersebut tanpa basa-basi, kemudian melemparkannya ke tempat sampah. Pintu terbuka, satu pria lain muncul dan menatap ekspresi muram di wajah Jared.
"Bung, kau ditunggu di lapangan."
"Um," jawabnya seraya menyeka keringatnya. "Aku akan bersiap dahulu."
Pria itu bernama Joe dan dia menatap Jared dengan penasaran. "Kau... kenapa?" tanyanya penuh selidik. Namun, Jared tidak menjawab dan langsung keluar dari ruang kerjanya. Tadi, Jared pikir dia meninggalkan ponselnya sebelum berangkat joging di sini, dan sekarang dia menyesal mengapa harus mendapati benda terkutuk tersebut. Jadi, Ally serius akan menikahi orang kaya itu? Jared merasa hatinya memanas.
Oke, mungkin seharusnya tidak begitu. Toh mereka sudah bercerai, tapi Jared tidak dapat menampik—masih ada sedikit perasaan untuk sang mantan istri. Jared sadar, di hadapan Dante sepertinya dia bukan siapa-siapa. Bagaimanapun, Jared merasa minder bukan kepalang, mengingat status dan kekayaan pria tersebut.
Tetap saja, jadi selera Ally memang yang sekaya itu? Huh? Dia mengejar materi sekarang?
Jared ingin mengumpat. Namun dia sadar, sekarang tubuhnya lengket dengan perasaan muram. Jadi dia bergegas kembali ke kamarnya di salah satu tempat di mansion mewah kediaman Veronica, mengurung dirinya dan mengguyur tubuh dengan air dingin.
.
.
Esme memangku Luca yang masih betah dalam asuhannya. Sementara itu, Madam Lou bersama asistennya yang masih muda-muda sibuk mengukur lingkar pinggang, bahu, dan sekitar punggung Ally. Rencananya mereka akan mengukur ulang untuk gaun resepsi, sedangkan gaun untuk pemberkatan sudah delapan puluh persen beres. Mereka percaya diri gaun resepsi ini akan lebih seksi dan elegan.
"Ally, kau harus tersenyum."
Ally menyadari betapa tegang wajahnya, sehingga dia tersenyum tipis. Setelah itu, Madam Lou turut tersenyum.
"Beres," katanya mulai mencatat dengan cepat. Setelah itu, dia mengajak Ally untuk duduk bersamanya, tidak jauh dari Esme. "Kami akan bekerja secara maksimal untuk gaunmu. Tenang saja, aku akan beri kabar secara teratur."
"Terima kasih banyak. Sungguh."
Madam Lou menggeleng. "Aku justru sangat senang, Ally." Dia beralih pada Esme dan Luca. "Wah, kalian mau es krim? Aku ada kudapan lain juga. Tunggu sebentar." Madam Lou sudah bangkit, dia juga mengajak asiennya pula.
Sementara itu, Ally bergeser hingga dia mengambilalih tubuh Luca. Sepagian ini, Luca tidak rewel dan terlihat asyik dengam mainanya. Dia jadi lebih pandai mengenggam banyak barang, meskipun yah, masih suka digigit sehingga mereka harus cari-cari mainan yang aman. Ally mengecup pipi putranya. "Anak Mom sangat senang diajak, ya?"
Esme menatap kakaknya, antusias. "Jadi setampan apa Tuan Dante nanti? Astaga, aku tidak sabar. Aku siap untuk psta pernikahanmu."
"Um, kurasa dia sangat tampan. Aku .. sebenarnya agak canggung."
"Apa maksudmu? Kau juga sangat cantik. Aku benar-benar senang," katanya. Esme ibaratnya sudah menyaksikan episode penuh luka di kehidupan rumahtangga Ally bersama Jared. Sebanyak dia ingin menonjok Jared karena berani betul menyia-nyiakan sang kakak, dia juga ingin sekali menyaksikan Ally bahagia. "Luca akan punya Papa!"
Ally terkekeh. Sementara mereka menunggu Madam Lou kembali, ponselnay berdering. Nama Dante terlihat di sana.
"Astaga, kau masih menamainya Dante? Mengapa tidak Calon Suamiku?"
"Sst diamlah." Akhirnya Ally menempelkan ponsel itu ke telinga. "Ya?"
"Kau bersama Madam Lou? Sudah mengecek gaunnya."
"Hm, gaunnya akan beres secepatnya," jawab Ally. "Kau masih bekerja?"
"Begitulah. Oh ya, titip salam untuk Mom-mu. Akhir minggu ini, aku akan kirimkan hadiah."
"Mengapa repot-repot? Minggu lalu kau juga membawakan bunga banyak sekali. Dia sangat senang, tapi kumohon, jangan merepotkan diri sendiri." Ally tidk tahu apakah Dante memang seheboh ini menyangkut mertuanya, tapi serius, dia terlalu memanjakan Mom, bahkan mengirimkan gaun-gaun pula. "Aku pikir ini agak berlebihan."
"Aku ingin memberikannya hadiah saja. Apakah itu menganggumu?"
"Tidak, sih. Hanya saja aku takut merepotkan."
"Tidak sama sekali, baby. Nanti kita bertermu, oke?" Setelah itu, Dante memberitahu soal undangan yang sudah disebar termasuk untuk Jared. Tadinya Ally tidak menduga Jared diundang, masalahnya, yah ini jadi agak canggung. Tapi setelah dipikir-pikir, ini cara yang bagus kan untuk menjalin hubungan mereka? Bagaimanapun, dia ingin membangun hubungan baik dengan mantan suaminya, meski mereka sudah berpisah. Apalagi Luca pun secara rutin menemui ayahnya tersebut.
"Oke, hati-hati di sana."
.
.
Veronica mengamit lengan besar tersebut. Matanya masih mencari-cari mata Jared, namun pria itu hanya duduk diam sementara limosin mereka melaju mulus. Pagi ini adalah waktu pemberkatan Ally dan Dante. Veronica sudah repot memilih gaun paling mahal, sedangkan dia menyiapkan setelan jas formal untuk Jared. Benar saja, kekasihnya sangat tampan, namun wajahnya yang muram begitu membuat Veronica agak cemberut.
"Kau kenapa, sih?"
Jared tersentak dan tersenyum kaku. "Tidak apa-apa."
"Setidaknya jangan menunjukkan wajah sedih begitu." Veronica mulai memberenggut. "Aku sudah minta restu dari ayahku, pertunangan kita bisa dilakukan bulan depan, jadi jangan merasa sedih, ya?"
Bagaimana ya Jared menjelaskannya? Dia tidak sedih atau merasa apa, hanya saja dia belum siap. Yah, melihat Ally yang dahulu berjalan di alnatr bersama Dad Ally, kemudian mendekati Jared di altar, Jared merasa belum siap posisinya digantikan. Sekarang ada Dante, dan Dante-lah yang Ally pilih sebagai pasangan hidupnya. Ada rasa sakit mendalam di hati Jared tanpa bisa dicegah.
"Kau sudah tidak mencintai mantan istrimu itu, kan? Kalau kau masih, aku sangat cemburu," celetuk Veronica. "Lagi pula apa sih yang menarik darinya? Kau ini."
Veronica bahkan sudah totalitas dalam berdandan di tiap hari, sesi percintaan mereka pun rutin dilakukan tiap minggu, dan Jared jelas senang dengan dekatnya hubungan mereka di tiap waktu. Tapi yah, tiap menyinggung nama "Ally", mood pria itu langsung berubah mendung.
"Jangan bilang.."
"Aku hanya masih syok, dia menikah lagi secepat ini. Seolah dia memang ingin menikahi oang lain," kata Jared mulai memandang Veronica. Satu tangannya mulai menangkup wajah wanita itu dan mengecup bibirnya sekilas. "Kau tidak perlu cemburu."
"Syukurlah."
Veronica mulai menghela napas, kemudian memeluk lengan Jared lagi. Karena jika itu yang terjadi—Jared menyesal berpisah dari Ally demi dirinya—Veronica tidak akan segan melukai Ally. Yah, dia tidak akan pernah membiarkan hidup Ally tenang. Bagaimanapun, Jared akan selalu jadi miliknya.
Sementara itu, Jared mulai memandang kosong ke depan. Hari ini terasa seperti setengah mimpi; Ally menikah dengan pria lain, Luca akan dapat ayah tiri, dan kehidupan Ally akan berbeda. Entah bagaimana, Jared agak merasa hancur. Ini jenis perasaan yang tidak pernah dia sangka.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking White (2017)
RomanceJared Hawton sudah menikah dengan Alicia Fritz. Segalanya berjalan baik hingga Jared mendapatkan pekerjaan di Maine untuk menjadi seorang bodyguard. Pada awalnya, mereka pikir hal itu menjadi langkah yang menakjubkan; Jared bisa mendukung kebutuhan...