Chapter 8

1.6K 77 7
                                    

Chapter 8

"Us."

*

Ally terduduk resah di atas sofa. Sementara ia selesai menidurkan Luca di kamar yang tidak begitu jauh, dia terus saja berpikir atau tepatnya merenung. Suara wanita itu terus terngiang-ngiang sampai terasa seperti mereka bertemu tatap tadi.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Jared—

Pintu terdorong pelan. Satu pria itu melangkah lebar-lebar. Dia menoleh, "Sayang, apa kau melihat ponselku? Tadi pagi—" Ally segera bangkit, sementara Jared terus menelusuri bagian bawah rumah ini. "—aku menaruhnya, tolong carikan untukku. Aku tadi sudah setengah jalan ketika aku sadar—"

"Apa kau akan pergi lagi?"

"Tentu saja, setelah ponsel itu aku dapatkan," ia menjawab cepat. Dia membuka kabinet-kabniet, membungkuk di bawah sofa, sampai akhirnya menelisir setiap sudut. "Ally, bantu aku sekarang. Benda itu penting sekali."

Ally menekan dadanya namun dia pun turut bergerak. Dipandangnya Jared yang masih sibuk tersebut, walaupun Jared berkeringat pria itu tetap mencari gigih. Ally menunduk untuk membuka salah satu laci yang ada. "Ini ponselmu?"

Jared mengangkat wajahnya, dan menghampiri. "Terimakasih, sayang. Aku buru-buru, di mana Luca? Ah ya, aku akan menelpon kalian setelah ini." Ia mengecup kening Aly cepat. "Jaga diri kalian."

"Jared, tunggu."

"Aku buru-buru, Ally, bicaranya nati saja, lagipula kita dapat menelpon sekarang," tukasnya. Ketika Jared telah mengusap keringatnya dan berjalan ke pintu depan, Ally justru mencekal salah satu tangan Jared hingga mereka bertatapan. "Apa yang terjadi?"

Ally menghela napasnya. "Siapa wanita itu?"

"Apa?"

Ally menahan isakannya. Dia coba berdiri teguh seraya memandang lantang wajah Jared di hadapannya. Tahan, Ally, tahan. "Siapa wanita yang coba menelponmu dan—apakah dia anak bosmu itu?'

Jared menautkan alis tebalnya kemudian mengecek ponselnya. "Kau mengangkatnya?" Pertanyaannya terdengar sinis. "Bagaimana bisa? Kita sudah bicarakan kalau ada yang menelpon ke ponsekku-"

Ally cepat merebut ponsel tadi. "—siapa dia?'

"Kau sudah dengar."

"Apa hubugannya denganmu, Jared?" tanya Ally dengan getir. "Bagaimana mungkin dia memanggilmu baby?" Petir seakan menyambar rumah mereka dan Ally satu-satunya yang tercekat sekarang.

"Kau—"

"Jawab aku dahulu."

"Itu bukan apa-apa," tegasnya, dan menarik kasar ponselnya yang sempat terambil oleh Ally. Dia menggeram samar sebelum akhirnya berlalu.

"Jared! Aku bicara padamu!" pekik Ally sampai di pelataran. Dilihatnya suaminya telah memacu langkah menuju mobil hitam. "Jared! Siapa wanita itu?!"

"Itu bukan hal penting sekarang! Aku perlu pergi!"

Ally kembali menarik lengan pria tersebut, meneguk ludahnya pahit. "Dengar, jika kau pergi sekarang dengan keadaan kita seperti ini .. aku tidak akan pernah dapat berpikir jernih. Jangan. Pergi." Jared menatap nanar namun satu orang sudah membukakan pintu belakang mobil tersebut.

"Hei! Ayo!"

Ally tetap menahan, agak terisak. "Jared, bicara sekarang kepadaku. Siapa wanita itu dan apa hubungannya. Mengapa dia ... dia bilang bahwa dia ingin pindah ke apartemen agar kalian dapat punya tempat privat," lirihnya. "Apa maksudnya semua itu?"

Jared hanya menggeleng dan mengibaskan tangannya. Ally sudah memanggil Jared tapi pintu mobil tertutup juga. Ally berusaha mengetuknya namun mobil itu pun bergerak meninggalkan Ally yang terisak seraya menutupi wajahnya.

Ini mungkin baru awal dari mereka.

*

Beruntung Ally menyimpan nomor ponsel wania itu. Setelah kepergian Jared tadi siang yang begitu menguncangnya, dia pun mencoba menghubungi wanita itu. "Hallo?"

"Hallo, siapa kau?" sahut suara di sana. Masih suara wanita itu.

"Apa urusanmu dengan Jared?"

Dia terdiam beberapa saat. Suaranya mengalun. "Siapa kau? Apa urusannya denganmu apakah aku punya urusan atau tidak dengan Jared. Dengar, ini bukan hal yang bisa kubicarakan dengan orang asing."

"Kita bisa bertemu?" tanya Ally cepat. Wanita itu sepertinya tengah berpikir. "Kau takut? Apa kau takut bertemu denganku?"

"Maaf tapi aku cukup sibuk."

"Tap—" Panggilan sudah terputus. Ally memaki pelan sebelum mencoba lagi dan hanya tersambung pada kotak suara. Dia menutup panggilan, dan menghubungi Jared. "Hallo?"

"Ada apa?" tanya pria itu. "Kita akan berbicara nanti. Maafkan aku, aku benar-benar tengah sibuk. Bosku membutuhkanku, maaf karena meninggalkanmu seperti itu, Ally."

Ally menahan napasnya. "Apa kau seperti ini sekarang? Apa yang terjadi, Jared? Aku pikir—kau bekerja kan di sana?"

"Kau berlebihan, Ally. Apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Berhenti bersikap berlebihan, dan biarkan aku bekerja. Aku tidak ingin membahas apapun, aku akan menelpon jika aku selesai." Panggilan pun terputus. Ally terperangah beberapa saat sebelum menaruh ponselnya di atas nakas. Kau yang menginginkan Jared bekerja di sana bukan? Sekarang pikiran itu mengerumuninya bagaikan massa yang tengah bersorak riuh, menuntut sesuatu dan berusaha naik ke atas podium di dalam kepalanya

Yah, ini memang yang dia mau, dan itu dulu.

Sebelum noda lipstick, suara wanita dan segala hal yang masih terselubung dalam bayang-bayang.

"Mom sudah mengatakan kepadamu! Jangan percaya berandalan yang mengatakan cinta kepadamu semudah dia tertawa! Dia itu ... ingin menipumu saja. Dan kau akan terus tertipu olehnya."

[]

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang