Chapter 41

214 12 0
                                    

Breaking White

Pagi itu, Ally terbangun lebih lega. Ia mengurus Luca seraya menyiapkan sarapan. Dante menatap bingung, terkejut. "Sebaiknya, kau istirahat saja, aku yang urus semuanya," katanya pelan. Ally menggeleng, mengendong Luke seraya menyiapkan tempat duduk khusus Luke. Ally bergerak gesit ke dapur, membuat roti daging panggang kemudian menuangkan susu untuk Luca. Bocah itu tidak banyak protes dan hanya menatap Ally penuh penasaran.

Dante menarik kursi, meminta istrinya duduk sejenak. "Polisi sedang mencari pelaku kebakaran itu. Sebaiknya, kau di rumah untuk beberapa waktu. Aku takut kau akan panik dan pingsan lagi jika keluar atau pergi ke butik."

"Aku mulai membaik. Mungkin ada baiknya aku tidak usah membuka butik selamanya."

Dante berdeham seraya mendekap tubuh Ally. Ia mengusap belakang rambut Ally. "Kita akan cari jalan keluarnya, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti keluargaku," katanya penuh tekad.

Ally hampir meneteskan air mata. Roti mereka matang, Ally dan Dante duduk berhadapan dan tidak ada percakapan lebih lanjut. Luca hanya makan dengan tenang, mungkin sadar ibunya tidak ingin berkata macam-macam. Dante tersenyum seraya mengusap bibir bawah Luca yang terkena sedikit noda selai. Ia mulai menggendong Luca agar Ally punya waktu sendiri, seraya membereskan meja makan. "Kau tahu, aku sebenarnya sedih tapi mau bagaimana lagi," keluh wanita itu. Menyaksikan sendiri mimpinya hangus terbakar, abu-abu yang berterbangan, Ally pikir punya mimpi itu kesalahan, karena harapannya meninggi tanpa batas dan saat semuanya tidak berjalan sesuai yang ia inginkan, ia terhempas nyeri ke lapisan terbawah dunia.

Ally mengusap matanya yang panas, membasuh piring satu per satu seraya menguatkan diri. Life must goes on. Mungkin butik itu memang tidak seharusnya dibangun sejak awal. Ally hanya perih karena hari-hari ia begitu bahagia, bayangan ia yang bernyanyi pelan seraya mengurus butik, bayangan ia yang bertekad dan sangat yakin ada banyak pelanggan yang tersenyum senang di butiknya, bayangan baju dan gaun indah menghiasi tiap ruangan butik, ia sedih.

*

*

Veronica menatap kuku jarinya puas. Warna merah memang paling cocok. Ia meniupnya pelan, seraya menikmati pemandangan pantai. Angin menerpa wajah cantiknya. Ia menyesap singkat koktail di meja samping.

"Sayang. Kau di sini," kata Jared seraya duduk di kursi panjang, persis di sebelah Veronica. "Mengapa tidak di hotel? Bosan?"

"Hm, aku suka pantai di sini," katanya seraya tersenyum. Ia menatap langit yang membentang biru jernih, seraya menatap miring suaminya. "Mengapa kau tidak di sini saja bersamaku? Kita bisa berenang atau bermain voli pantai jika kau mau."

Jared berdecak. "Aku masih ada beberapa pekerjaan. Ayahmu ingin terus dikabari via telepon."

Veronica mendecih. Ayahnya tidak pernah berubah; masih sangat protektif. Padahal Veronica sudah berstatus sebagai istri Jared. Veronica memandang wajah suaminya. Ia menatap penuh binar. "Aku tahu, kita masih perlu waktu untuk lebih memahami satu sama lain. Pernikahan ini masih terasa seperti mimpi bagiku, tapi aku harap kau tetap bersabar. Aku tahu, ayah agak menjengkelkan tapi dia pasti paham."

"Tentu saja," katanya seraya mencium kedua pipi Veronica. Jared pamit karena teleponnya bergetar, dan dia perlu menyingkir sebentar untuk mengangkat panggilan itu. Veronica meniupi cat kukunya agar cepat kering. Mereka dapat kabar bangunan butik Ally terbakar hangus sampai membuat rugi beberapa toko sebelahnya. Veronica tidak mau peduli terlalu jauh, tapi ia agak penasaran bagaimana reaksi Ally sejauh ini. Veronica tidak peranh senang jika Ally hidup tenang dan baik-baik saja. Menurutnya, Ally seharusnya menderita dan enyah dari hadapannya. Veronica mencebik singkat dan menandaskan koktailnya sampai tidak bersisa. Bagaimana Ally bisa hidup setenang itu?

Veronica tidak sabar mempunyai anak dari Jared. Ia akan terus membanggakan anaknya pada semua orang dan muncul di hadapan Ally sebagai keluarga bahagia dan rukun. Jared akan semakin menyayanginya dan keluarganya akan memperlakukannya jauh lebih baik karena memberikan penerut keluarga yang unggul. Veronica tidak akan duduk manis, dia mau terus pamer pada Ally. Mungkin membangun butik sekarang adalah ide bagus? Mengingat Ally ingin punya butik namun kandas, mungkin wanita itu akkhirnya merasa sedih dan iri padanya? Veronica tersenyum seraya menelepon asistennya.

Liburan bulan madu hanya berlangsung empat hari, dan Veronica berpikir akan menyurvei lokasi strategis untuk bisnis barunya itu. Mungkin memanggil beberapa ahli bisnis pun ada untungnya. Gejolak liar memenuhi dada Veronica. Ia selalu nomor satu, ia tidak akan pernah terlihat menyedihkan seperti Ally. Jika Ally melepaskan mimpinya punya butik, ia akan maju merengkuh mimpi itu dan menampilkan pada Ally apa yang ia punya dan Ally tidak punya.

"Kita harus sarapan," kata Jared mengejutkan Veronica dari lamunannya. "Mereka sudah menyiapkan makanan di hotel."

"Oke."

Jared membantu Veronica bangkit seraya merangkul pinggang istrinya. Ia mencium singkat pipi Veronica yang lembut. Veronica selalu cantik dan bersinar. Veronica miliknya, seutuhnya. Jared tidak akan pernah bosan memuji Veronica yang tercantik, memuja Veronica layaknya ratu, dan memandangi Veronica tiap hari. Jared tersenyum tipis. "Istriku."

"Ya?"

Jared mengerling singkat. Mereka keluar dari area pantai, disambut pengawal Veronica, lantas berjalan menuj bangunan hotel yang menjulang. Jared merasakan cincin pernikahan mereka seperti sebuah hadiah terindah di kehidupannya. Setibanya mereka di restauran hotel, Jared menarik kursi untuk Veronica dan menyampirkan jubah agar tubuh molek istrinya tidak kedinginan. Veronica hanya memakai bikini pantai, dan Jared dengan telaten mengikat tali jubah agar tubu Veronica lebih tertutup dan sopan. Mereka duduk berhadapan ketika makanan demi makanan memenuhi meja panjang. Veronica makan dengan anggun, dan Jared curi-curi pandang pada Veronica.

[]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang