Chapter 9

1.7K 79 5
                                    

Chapter 9

"He's supposed to be my one."

*

Bagaimana bisa seperti ini? Dia hanya bekerja di sana, mengapa harus melibatkan wanita pula? Hubungan mereka serius? Apakah mereka berusaha bermain di belakangku? batin Ally meracau. Pagi-pagi sekali dia telah meminta Esme datang karena semalam mereka tidak jadi datang. Di depan pintu, Esme memasang senyum yang cepat luntur mendapati wajah kakaknya yang semuram itu. "Apa ada masalah?"

"Apa kau bisa menjaga Luca untuk seharian ini?"

Esme menoleh pada James yang mengangguk setelahnya. Dia beralih pada Ally. "Apa ada masalah serius?"

Ally menggeleng pelan sebelum akhirnya melangkah lebar-lebar. Debaran jantungnya seakan akan keluar dari dalam rongga dadanya namun dia tidak bisa berhenti sama sekali. Akhirnya, dia memilih menaiki bus kota dan menatap pada alamat di tangannya.

Hanya butuh waktu tiga jam sampai akhirnya dia tiba di salah satu kompleks terbesar di kota tersebut. Ally mengusap keringatnya kemudian mulai menyusuri rumah-rumah tersebut atau sekedar bertanya pada orang yang ada. Ada beberapa pria yang meliriknya namun Ally tidak peduli.

"Maaf, Nyonya, apakah urusan Anda? Apakah sebelumnya Anda telah membuat janji?" tanya panjaga di depan gerbang rumah tersebut. Rumah-rumah ini bergaya khas, gerbang tinggi berwarna putih angkuh kemudian dijaga oleh post kecil dengan beberapa penjaga berseragam biru gelap. Mereka terlihat tidak suka dengan manusia. Terlebih orang asing.

"Tidak, tapi.."

Salah satu penjaga rumah tersebut akhirnya berhadapan dnegan Ally. Tubuhnya begitu besar. "Maaf, kami tidak bisa mengizinkanmu."

Ally terkesiap. "Tapi suami saya bekerja disinim amanya Jared Hawne. Dia adalah suami saya, bahkan kalian bisa memanggilnya dahulu, saya ada perlu dengannya. Ini tidak akan lama."

"Tidak, nyonya."

Sebelum Ally sempat mendesak. Dia melihat satu mobil yang melintas keluar, dilihatnya wajah Jared di balik kemudi, dan wanita di sisi lain. Ia nyaris memekik namun penjaga itu telah menariknya agak menjauh setelah gerbang besar itu terbuka.

"Jared! Itu Jared suami saya!"

Penjaga itu menggeleng, dan mobil itu melaju membelah jalan. "Nyonya, pulanglah." Ally menggeleng keras.

"Tidak!"

"Nyonya! Sebelum saya bertindak kasar, saya bilang Anda harus kembali," gertak penjaga tadi. Sebelum Ally sempat memberontak, satu tangan telah menahan tangan penjaga yang hendak menarik Ally lagi.

"Hentikan!"

Kehadiran pria itu membuat Ally terdiam sejenak. Dilihatnya satu pria itu memandang sengit pada penjaga tadi. "Lepaskan dia, Dave."

"Oh, mau bertindak sebagai super hero? Dengar, Bos tidak akan senang ada yang membuat keributan di depan rumahnya," ujar penjaga bernama Dave tersebut lantas meninggalkan mereka.

Satu pria ini memandang Ally. "Maafkan temanku. Apakah Ada yang bisa kami bantu?"

Ally meredakan napasnya. "Aku ingin bertemu suamiku. Kami punya urusan penting ..."

*

Mereka telah menepi ke salah satu cafe dengan pria ini yang mengemudikan mobil SUVnya. Pria ini pun telah memperkenalkan dirinya, namanya Trevor. Dia ternyata bertugas sebagai penjaga beberapa bulan terakhir, dia masih muda, dan tangguh. Pagi ini dia dibebastugaskan karena Bos mereka hanya mel akukan pertemuan di malam nanti."Maafkan aku, Nyonya, Bos kami tidak mengizinkan untuk pertemuan di dalam jam kerja. Kalau boleh tahu apa urusan Anda?"

Ally menghela napas. "Sebenarnya aku hanya ... ini urusan kami berdua. Akhir-akhri ini aku merasa aneh dengannya."

Trevor terperangah. "Oh? Benarkah?"

"Nama suamiku Jared Hawne. Kau mengenalnya?"

Pria itu mengerjap sebelum menyesap minuman di hadapannya. "Aku tahu. Dia datang bersamaku untuk pertama kali di sana. Namun berbeda denganku, dia ditempatkan bersama Bos."

"Kau tahu wanita yang sering bersamanya."

"Entahlah. Mungkin Nona Veronica?"

"Ve—Veronica?"

"Yah, dan mereka dekat."

Ally mengerutkan dahinya. "Anak Bosnya?"

Trevor mengangguk. "Dia sangat cantik, tapi dia sangat sulit ditebak. Sejak hari pertama itu, dia telah memperhatikan Jared. Aku khawatir, aku takut ini yang terjadi, dan ternyata memang benar. Mereka dekat. Mungkin hanya sebetas teman, tidak ada yang tahu persis."

Rasanya seperti ditikam dalam. Ally meneguk ludahnya. "Bagaimana mereka jadi bisa—"

"Mereka terus berdua. Bos pun mengizinkan Veronica untuk mendekati Jared. Mereka akan pergi ke Milan tiga hari lagi." Trevor berucap pelan. "Aku harap kau tahu itu."

Ally tercekat. Jared tidak pernah mengatakan apapun soal perjalanan atau Veronica. Mengapa? Ia menundukkan wajahnya, menahan isakannya yang timbul. Trevor telah menepuk bahunya. "Kau yakin soal itu?"

Trevor mengangguk. "Mereka sudah sering berpergian bersama dalam jeda waktu sebentar. California, Los Angeles, New York, bahkan Washington. Tapi ini yang pertama mereka akan pergi ke Milan. Sepertinya mereka akan mengajak kru lain tapi aku akan tetap di sini. Tugasku hanya mengawal Bos untuk tempat-tempat dekat saja."

[]

Breaking White (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang