Chapter 03. Hari Kematian

2.6K 662 212
                                    

Tampaknya lapak ini produktif sekali, ya 🤣🤣🤣

AYO, keluarkan skill detektif kalian yang sudah diajarkan pak Alek di PARTNER 😈😈😈

Happy reading ~

Lisa terbangun saat seseorang menusuknya di dalam mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa terbangun saat seseorang menusuknya di dalam mimpi. Gadis itu bernapas lega saat tidak ada siapa pun di dalam tendanya, tapi tetap saja jantungnya berdebar dengan sangat kencang karena ketakutan itu terasa sampai ke tulangnya.

Dan kenapa pula Lisa memimpikan hal itu di saat dialah yang harusnya membunuh orang-orang yang terus merundungnya akhir-akhir ini?

Gadis itu menghela napas kasar, menenggak air mineralnya, kemudian membuka ritsleting tendanya untuk sekadar mencari udara.

"Oh, Sehun!" Lisa memanggil dengan setengah terkejut saat melihat laki-laki itu duduk di depan tenda dengan sekaleng cola.

Yup~ tenda Sehun berada tepat di depan tenda milik Lisa. Alasan laki-laki itu memilih tempat di dekat Lisa karena tidak ingin melihat banyak orang berlalu-lalang di depan tendanya- kalau-kalau ada yang lupa, tenda Lisa terletak di paling ujung.

"Kenapa kau tidak tidur?" Lisa bertanya saat Sehun hanya menatap langit malam.

"Urus saja urusanmu," balas Sehun setengah dingin. Tatapannya tampak enggan meladeni ocehan Lisa.

Lisa mendengus. Lagi-lagi Sehun bersikap dingin setelah tadi menggendongnya di punggung.

Sekarang Lisa malah mengikuti Sehun menatap langit malam yang tampak cerah dengan taburan bintang. Gadis itu sedang memikirkan sesuatu, kemudian menatap Sehun di depannya lama sekali.

"Sehun," panggil Lisa.

Sosok yang dipanggil berdecak kesal dan menatap lawan bicaranya. "Bukankah kau terlalu sering memanggil namaku hari ini?" tanyanya setengah jengkel.

"Aku tadi bermimpi buruk." Bahkan setelah nada yang penuh dengan rasa jengkel yang tadi didengarnya, Lisa tetap saja berani mengajak Sehun bicara, bahkan mengeluhkan masalahnya. "Dalam mimpiku aku melihat seseorang membunuhku."

Tampaknya Sehun tertarik dengan ocehan Lisa barusan, hingga mulai melirik gadis itu. "Bukankah seharusnya kau yang membunuh, bukannya malah dibunuh."

"Itulah maksudku!" sahut Lisa berapi-api, "Di sini akulah yang menjadi korban perundangan, lalu kenapa aku juga yang dibunuh?"

"Mana aku tahu!" sahut Sehun dengan nada tidak acuh. "Memangnya aku yang membuatmu bermimpi seperti itu?"

Lisa mendengus dan menatap tanah di depannya. Dalam beberapa bulan terakhir ini, Lisa sama sekali tidak memiliki teman bicara dan sekalinya ada yang bersedia menjadi lawan bicaranya, sosok itu malah terus menjawabnya dengan dingin.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang