Chapter 08. Penguntit

2.1K 512 104
                                    

Bagi sebagian anak, hantu hanyalah cerita fiktif yang sengaja diberitahukan oleh orang tua kepada anaknya untuk menakut-takuti, tapi bagi sebagian yang lain, hantu itu memang ada, bahkan ada yang terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi sebagian anak, hantu hanyalah cerita fiktif yang sengaja diberitahukan oleh orang tua kepada anaknya untuk menakut-takuti, tapi bagi sebagian yang lain, hantu itu memang ada, bahkan ada yang terlihat.

Kejadian yang terjadi saat Kwon Ssaem menghukum anak-anak menjadi tanda, bahwa hantu itu sungguh ada dan celetukan mengenai Lisa yang ingin balas dendam memang akan terjadi.

Hari itu, di saat hujan turun dengan lebat, yang disertai dengan angin mengamuk, dan ancaman yang tertulis di dinding adalah hari yang penuh dengan ketegangan.

Di saat anak-anak sudah putus harapan karena merasa tidak ada jalan keluar dan hanya bisa memeluk satu sama lain, Kwon Ssaem kembali untuk memeriksa kelas dan hal yang paling mengejutkan dari pengakuannya guru laki-laki itu adalah bahwa dia tidak mengunci pintu sama sekali.

Sementara Felix, Hyun-jin, Bang Chan dan beberapa anak lainnya sudah mencoba membuka pintu dan pintu benar-benar terkunci saat itu.

Jika Kwon Ssaem tidak mengunci pintu, lalu kenapa tidak ada yang bisa membukanya?

Apa hantu Lisa sungguh kembali dan meneror mereka semua?

Jika semua memang karena hantu Lisa, maka ini hanyalah permulaan. Ke depannya nanti pasti akan ada lebih banyak kejadian menyeramkan lagi.

📍📍📍


Sehun baru kembali ke apartemen saat malam hari. Ada sesuatu yang harus dia kerjakan sebelum pulang dan saat sampai di rumah, laki-laki itu mendapati Mochi yang sedang sibuk menyeret sebuah ketapel.

Sehun memungutnya sebelum Mochi menggigit habis. "Ini bukan mainan untukmu, Mochi," katanya memberitahu.

Sehun melepaskan tas sekolahnya dan mengempaskan tubuh di sofa, merogoh saku guna mengambil batu yang tadi dipungutnya saat dalam perjalanan.

Sekilas, Sehun terlihat sangat kekanak-kanakan bukan karena masih bermain ketapel, padahal usianya bukan lagi anak-anak.

Dengan batu kecil yang dipungutnya di jalan karena iseng, Sehun membidik sebuah guci yang memiliki besar seperti gelas dan pecahannya langsung berserakan di lantai.

Jelas, Sehun adalah definisi menyusahkan diri sendiri. Guci yang tidak berdosa dan bertugas memperindah ruangan, justru malah dia pecahkan dengan kemampuan membidiknya. Sekarang laki-laki itu harus membereskan pecahan kacanya sebelum Mochi menggigit dan mengiranya adalah makanan.

Ponsel yang berdering membuat Sehun membatalkan niatnya untuk membersihkan pecahan beling itu, padahal dia sudah siap dengan sapu dan sekop.

"Bagaimana? Kau sudah mendapatkannya?" Sehun bertanya pada sosok di seberang sana.

"Menyelidiki latar belakang orang lain itu ilegal. Kau tahu itu, 'kan?" Sosok di seberang sana mengingatkan, alih-alih menjawab pertanyaan Sehun.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang