Chapter 32. Masalah Remaja

973 235 12
                                    

Gaes, ralat ya, kematiannya Park Jae-won itu tahun 1997 dan dia angkatan ke-33. Kadang aku nulisnya 'tiga puluh tahun lebih' karena keingat sama angkatannya 😅😅😅🙏🙏

Kalau semisal ada nemuin aku salah tulis tentang rentang waktu kematian Park Jae-won boleh dikoreksi ya, ntar aku benerin.

Kalau semisal ada nemuin aku salah tulis tentang rentang waktu kematian Park Jae-won boleh dikoreksi ya, ntar aku benerin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti menatapku dan makan saja makananmu." Sehun mendelik sebal pada ayahnya yang sampai sekarang masih betah menatapnya. Laki-laki itu sudah hampir menghabiskan makan malamnya, tapi tatapan sang ayah tidak melepaskannya sedetik pun, membuatnya tidak nyaman dan melayangkan protes.

Tuan Oh merekahkan senyumnya dengan lembut. "Aku hanya senang saja melihatmu makan bersamaku," katanya apa adanya, "Tujuh tahun lebih sudah berlalu sejak kita makan bersama seperti ini."

Lisa yang mendengar fakta itu tampak terkejut dan terpaksa melambatkan kunyahannya. Gadis itu merasakan sikap dingin Sehun pada ayahnya, tapi dibalas dengan sikap yang begitu hangat dan lembut. Apa yang Sehun katakan waktu itu memang benar, ayahnya sangat peduli padanya.

Sehun memutar malas bola matanya. Meski dia sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan ayahnya, tapi bukan berarti Sehun akan langsung berdamai dengan luka masa lalunya. Laki-laki itu masih marah pada ayahnya.

Melihat respons Sehun tidak membuat sang ayah tersinggung. Ini adalah respons yang selalu diterimanya sejak tujuh tahun yang lalu. Jadi, tidak ada alasan untuk merasa sedih.

"Hei, bagaimana dengan sekolahmu? Semuanya baik-baik saja, 'kan? Apa mereka masih mengganggumu?" Tuan Oh melemparkan banyak pertanyaan pada Lisa, yang kebetulan baru saja tersenyum tulus padanya. "Jika mereka masih mengganggumu, katakan saja padaku. Kita akan menuntut mereka karena melanggar perjanjian hitam di atas putih yang sudah kita sepakati."

Ya, alasan kenapa Lisa tidak lagi dirundung adalah karena anak-anak yang merundungnya sudah menandatangani perjanjian untuk tidak mengganggu Lisa. Kalau sampai ada yang melanggar, maka konsekuensinya adalah dikeluarkan dari sekolah. Lisa juga mendapatkan permintaan maaf resmi dari setiap anak yang merundungnya di depan seluruh murid SMA Songak.

Waktu itu semua murid dikumpulkan di aula, kemudian Lisa selaku orang yang memalsukan kematiannya mengungkapkan penyesalannya atas tindakan ekstrem yang dia lakukan, Sehun pun tidak luput dari tanggung jawabnya. Laki-laki itu juga mengutarakan permintaan maafnya karena sudah membuat resah akibat rumor arwah gentayangan yang dibuatnya, tapi laki-laki itu tidak mengatakannya tulus dari hati, melainkan membacanya di sebuah kertas yang Lisa berikan padanya.

Kalau Lisa tidak menuliskan pidatonya, maka Sehun pasti tidak akan mengutarakan penyesalannya lebih dari sepuluh kata.

"Jauh lebih baik dari sebelumnya." Lisa menjawab pertanyaan ayah Sehun dengan senyum yang masih dipenuhi rasa syukur. "Sekali lagi, terima kasih karena sudah bersedia membantuku."

"Kau mengucapkan terima kasih jauh lebih sering dari seseorang yang kukenal sejak dia lahir." Tuan Oh tidak bermaksud menyindir Sehun sama sekali, dia hanya mengutarakan faktanya saja. "Jangan terlalu sering mengucapkannya atau kata itu tidak akan berarti lagi."

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang