Chapter 35. Selamat Jalan [END]

1.6K 206 20
                                    

"Sebenarnya, apa yang terjadi, Hyung? Kenapa kau tiba-tiba menangkap Shim Chang-min, padahal sebelumnya kau bersikeras mengatakan kalau kasusnya tidak bisa dibuka kembali dengan bukti yang kami berikan semalam?"

Sebelum kakak sepupunya pergi meningggalkan SMA Songak dengan membawa pelaku pemerkosaan Shin Tae-ri, Sehun memaksanya untuk meluangkan waktu sebentar dan berbicara dengannya di parkiran, masih ditemani oleh ketiga temannya.

Seung-gi mengangkat bahu. "Karena kami memiliki bukti, saksi dan pelapor yang bisa memberatkannya di pengadilan."

"Saksi?" Sehun tampak terkejut, begitu juga dengan yang lainnya yang terlihat penasaran sekarang. "Siapa? Apa ada orang lain yang mengetahui hal ini selain kami? Maksudku, bagaimana waktunya bisa tepat sekali?"

Bukannya menjawab, Seung-gi malah melemparkan dagunya untuk menunjuk seseorang yang saat ini sedang berjalan ke arahnya. Sontak saja, keempat remaja itu segera menoleh ke belakang untuk mencari tahu.

"Kwon Ssaem." Keempatnya menyebut nama itu secara bersamaan, dengan kening yang dipenuhi oleh kerutan kebingungan.

"Jadi, Kwon Ssaem adalah saksi baru?" Sehun kembali lagi pada sang kakak sepupu. Saat ini hanya dialah yang bisa melemparkan bermacam-macam pertanyaan yang membuatnya bingung. "Tapi bagaimana bisa kau menemukannya, sementara kasusnya saja tidak kau buka? Bagaimana kau tahu kalau dia adalah saksi?"

Sekarang Kwon Ssaem sudah berdiri di depan keempat muridnya dan bersebelahan dengan Seung-gi. Laki-laki itu siap untuk memberikan penjelasan mengenai keterlibatannya atas penangkapan Shim Chang-min.

"Pada saat kejadian, aku melihat Chang-min membawa Tae-ri ke sebuah gedung tua. Karena aku penasaran, jadi aku mengikuti mereka." Kwon Ssaem membuka penjelasannya dengan kalimat panjang yang langsung membuat anak-anak terkejut.

"Tunggu sebentar!" Mark menginterupsi dengan sebelah tangan yang terangkat. "Jadi, kau memberikan kesaksian palsu saat itu?"

Kwon Ssaem membalas dengan gelengan kecil. "Bukan kesaksian palsu, tapi lebih tepatnya aku tidak memberikan kesaksian apa pun. Saat itu, aku sedang ada pertandingan voli di luar kota selama 4 hari. Jadi, ketika kasus kematian Jae-won diusut, aku tidak bisa memberikan kesaksian."

"Lalu, kenapa kau tidak mengatakan apa pun setelah kembali? Kenapa kau membiarkan temanmu dituduh sebagai pelaku pemerkosaan?" Pertanyaan itu Sehun lemparkan dengan nada yang terkesan menghakimi sang guru.

"Saat itu aku masih seusia kalian. Untuk pertama kalinya aku melihat tindakan pemerkosaan di depan mataku. Tentu saja aku terkejut dan takut," balas Kwon Ssaem membela dirinya. "Aku juga tersiksa karena harus menyimpan rahasia ini selama lebih dari 20 tahun, tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Aku tidak bisa datang ke kantor polisi dan memberikan keseksian setelah kasus ditutup."

"Lalu, kenapa kau tiba-tiba memutuskan untuk bersaksi?" Sekarang giliran Yuqi yang melemparkan pertanyaan.

Keempat remaja itu sama-sama dilingkupi rasa ingin tahu, membuat mereka silih berganti melemparkan pertanyaan.

"Karena kalian." Kwon Ssaem tersenyum, tampak bersyukur di balik tatapan lembutnya. "Sejak malam kalian memberitahuku, aku terus memikirkan tentang Jae-won dan Tae-ri. Aku merasa bersalah, sekaligus malu pada kalian. Kalian saja yang tidak mengenal Jae-won berani mengambil risiko, tapi aku yang jelas-jelas tahu justru diam di balik ketakutanku."

"Almamater Tae-ri ..." Lisa menyela hanya selang sedetik setelah Kwon Ssaem menyelesaikan kalimatnya. "... apa kau yang mengambilnya tadi malam?"

Kwon Ssaem mengangguk. "Aku melihat Sehun di atas dengan sebuah kain yang melayang di udara. Aku tidak benar-benar tahu apa yang terjadi, tapi saat mengetahui kalau almamater itu milik Tae-ri, aku berpikir untuk mengambilnya dan bersembunyi ketika ada seseorang yang datang. Lalu, kalian semua berkumpul dan menyerang Chang-min."

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang