Chapter 10. Keberadaan Lisa

2.5K 577 77
                                    

Sehun dikenal sebagai laki-laki muda yang dingin, tidak berperasaan, tidak acuh pada sekitar, dan tidak suka mencampuri urusan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun dikenal sebagai laki-laki muda yang dingin, tidak berperasaan, tidak acuh pada sekitar, dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Satu hal lagi yang tidak disukainya adalah bersosialisasi. Laki-laki itu bisa bersikap terbuka, hanya saja dia lebih suka menutup diri dan menjauhi semua orang.

Saat ini, laki-laki itu sedang berbaring di atap sebuah bangunan rumah sakit, menutup mata rapat-rapat dan menikmati angin malam di atas bangku.

Selama ini tidak ada yang pernah mengusik ketenangan Sehun ketika dia menghabiskan waktu di atap, tapi sebuah teriakan frustrasi mengganggu tidur nyenyaknya hari ini. Tidak hanya sekali, teriakan itu pecah sebanyak tiga kali dengan lengkingan penuh kesakitan yang menyayat hati.

"Tuhan, ini tidak adil." Sosok itu berbicara dengan lirih, meminta belas kasihan pada langit malam di atasnya. "Bukan salahku jika kedua orang tuaku terlibat dalam kasus penipuan. Aku hanyalah korban dari keserakahan mereka."

Sehun tadinya berniat untuk melempar sosok itu dengan sepatu, tapi setelah mendengar keluhannya yang terdengar sangat putus asa, dia mengurungkan niat dan memilih untuk mendengarkan lebih banyak.

"Aku bahkan tidak pernah mengusik siapa pun, tapi kenapa semua orang selalu merundungku, menghinaku, mencaci maki diriku, menghancurkan hatiku berkali-kali seolah aku adalah benda tidak berharga." Curahan hati itu terdengar sangat pilu, di mana suaranya terdengar tertahan dalam kesakitan yang sangat pahit." TUHAN, APA SALAHKU?"

Gadis dengan rambut sepinggang itu jatuh berlutut dan menangis tersedu-sedu. Beberapa bulan terakhirnya ini terasa seperti di neraka. Dia yang biasanya diperlakukan bak seorang putri, kini harus menerima kutukan setiap harinya hanya karena kedua orang tuanya melakukan penipuan, kemudian bunuh diri dan meninggalkannya dengan hati yang hancur.

"Aku bukan anak seorang teroris, bukan juga anak seorang pembunuh berantai, tapi kenapa mereka memperlakukanku seperti orang buangan?" Pertanyaan itu dilemparkan pada langit, dengan air mata yang membasahi wajahnya. "Kenapa semuanya terjadi padaku, Tuhan? Kenapa aku terlahir dari keluarga kaya yang menghasilkan uangnya dengan melakukan penipuan? Lebih baik terlahir dari keluarga biasa saja."

"Apa gunanya menjadi kaya, jika pada akhirnya hanya akan menjadi orang buangan."

Gadis itu menangis tersedu-sedu, mengusap wajah berkali-kali untuk menghapus air matanya.

Sehun mendengarkan dengan kedua tangan yang terlipat di dada, memperhatikan dengan lekat dan menerka apa yang akan gadis di depannya lakukan setelah puas menangis.

Puas menangis, gadis itu berdiri dengan kaki bergetar, berjalan dengan sempoyongan untuk melihat seberapa tinggi bangunan yang dipijakinya ini.

Setelah mempertimbangkan lebih dari sepuluh menit, gadis itu mulai mengangkat sebelah kakinya dan berniat untuk naik ke atas pembatas.

"Jadi, hanya segini saja tekadmu untuk hidup?" Sehun mengeluarkan suara pertamanya setelah cukup menjadi pendengar yang baik.

Gadis itu berbalik dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok Sehun yang berjalan ke arahnya, dengan kedua tangan yang disimpan di dalam saku.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang