Chapter 34. [Tidak Ada] Jalan Keluar

848 207 6
                                    

Tujuan keempat remaja itu sekarang adalah kantor polisi tempat Seung-gi mengabdikan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tujuan keempat remaja itu sekarang adalah kantor polisi tempat Seung-gi mengabdikan dirinya. Meski tidak benar-benar tahu ke mana perginya almamater Tae-ri, tapi mereka memutuskan untuk tetap pergi ke kantor polisi dan memberikan bukti seadanya yang mereka miliki.

Saat melihat adik sepupunya, tentu Seung-gi terkejut saat mendapati wajah Sehun yang tampak lebam, dengan luka di sudut bibir.

"Apa kau baru saja berkelahi?" tanyanya seraya memeriksa keutuhan wajah Sehun, kemudian menoleh pada Mark yang berada di paling ujung.

"Bukan aku yang memukulnya." Mark membantah begitu saja ketika dia merasa dituduh dengan tatapan Seung-gi barusan.

"Masalah itu tidak penting, Hyung, tapi ada sesuatu yang penting yang harus kau tahu," kata Sehun mengubah topik pembicaraan dan membawanya pada permasalahan utama.

"Masalah apa?"

Sehun menjilat bibirnya, kemudian menoleh ke kanan dan kiri seperti mencari sesuatu. "Apa ada tempat untuk kita bicara?" tanyanya dengan ringisan. Dia merasa tidak nyaman karena harus berbicara sambil berdiri di depan pintu masuk kantor polisi.

Pada akhirnya, Seung-gi membawa keempat anak remaja itu pergi ke kantin dan memesan beberapa minuman, kalau-kalau ada di antara mereka yang haus.

"Hyung, pertama-tama, aku harus meminta maaf padamu karena sudah menggunakan ID-mu untuk masuk ke data base kepolisian." Sehun meringis dan berharap kalau dia tidak akan dimarahi atas kelancangannya yang satu itu.

"Apa?" Kening Seung-gi tampak mengerut dengan tatapan tajam yang tidak habis pikir. "Kau membobol data base kantorku? Untuk apa?" Nada suara Seung-gi meninggi, pertanda laki-laki itu marah atas sikap adik sepupunya ini.

Karena Sehun tidak ingin dimarahi lebih jauh, maka laki-laki itu menceritakan mengenai kasus kematian Park Jae-won yang mereka tangani saat ini dan mengatakan kalau pembobolan data base itu Sehun gunakan untuk mencari alamat dari teman-teman sekelas Jae-won.

"Aku tahu menurutmu ini memang tidak masuk akal." Sehun menyela penjelasannya sendiri ketika mendapati raut kebingungan di wajah Seung-gi. "Tapi kami benar-benar menemukan buktinya dan laki-laki itu mengakui kalau dia memang mendorong Jae-won dari atap dan memperkosa Tae-ri." Sehun memberikan papan nama milik Chang-min yang memiliki noda darah pada Seung-gi.

"Bisa kau periksa darah siapa yang menempel di sana?" pintanya dengan penuh harapan. "Kalau itu darah Shin Tae-ri, maka Chang-min bisa ditangkap, 'kan?"

Seung-gi menjilat bibirnya dan mengambil papan nama milik Chang-min, dan memperhatikan noda yang sudah sangat menghitam. "Kau yakin ini noda darah? Bagaimana kalau ini hanya noda cokelat yang menempel?"

Sehun terdiam, begitu juga dengan ketiga temannya yang sejak tadi hanya mendengarkan laki-laki itu menjelaskan pada Seung-gi.

"Kau mempertaruhkan banyak hal hanya untuk mendapatkan bukti sekecil ini?" Seung-gi menggeleng. Tatapannya tampak tidak percaya dengan apa yang adik sepupunya ini lakukan. "Bukti ini sama sekali tidak ada artinya, bahkan jika noda darah ini milik Shin Tae-ri."

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang