Tahun 1997. Hari kematian Park Jae-won.
Malam itu, Jae-won sedang menunggu kedatangan seseorang di atap salah satu bangunan di sekolahnya. Tempatnya berpijak saat ini tidak lain adalah gedung yang masih dalam tahap pembangunan, dengan berbagai macam peralatan tukang yang berantakan di sekitarnya.
Laki-laki itu masih dengan seragam sekolahnya yang saat ini terlihat begitu kusut. Kakinya dihentakkan ke lantai seolah tidak sabar menunggu kedatangan seseorang. Dia juga sesekali melihat jam tangannya.
"Kenapa kau menyuruhku datang malam-malam begini? Kau mengganggu waktu bermainku tahu."
Akhirnya, seseorang yang Jae-won tunggu datang juga.
Laki-laki itu membalikkan tubuhnya dan langsung berhadapan dengan sosok yang tidak lain adalah Shim Chang-min.
"Mengakulah, Chang-min. Apa kau tidak kasihan pada Tae-ri?" Jae-won berbicara dengan nada yang begitu lemah, terdengar seperti sedang meminta belas kasihan dari lawan bicaranya tanpa mau repot-repot basa-basi.
Chang-min merespons dengan tawa kecil. "Apa yang harus kuakui?"
"Kalau kau yang memperkosa Tae-ri."
"Apa ada bukitnya?" Chang-min menantang dengan nada yang begitu meremehkan.
Jae-won menggeser pandangannya untuk melihat ke arah tembok yang masih berupa tumpukan bata di sisi kirinya. Sebelum disemen, dicat dan akhirnya menjadi mural yang begitu indah, yang dilihat oleh ratusan siswa/i di kemudian hari.
"Bagaimana kalau aku memilikinya?" Jae-won balas menantang. Laki-laki kurus itu tampak begitu serius dengan ancamannya. "Apa kau akan mengakuinya, setidaknya di depan orang tua Tae-ri dan meminta maaf padanya?"
Faktanya, Chang-min sedikit terpengaruh dengan celotehan Jae-won yang terdengar tidak main-main, tapi berusaha untuk tidak menunjukkannya. "Memangnya bukti apa yang kau miliki, hah?"
Jae-won menjawab dengan gelengan singkat. "Kau tidak perlu tahu bukti apa yang kumiliki saat ini, Chang-min. Cukup akui saja perbuatanmu di depan orang tua Tae-ri dan aku berjanji tidak akan membiarkan siapa pun menemukan buktinya selain aku."
Sekarang, Chang-min meledakkan tawanya karena Jae-won yang mencoba untuk membujuknya. Kalau Chang-min mengakui perbuatannya pada orang tua Tae-ri, pasti dia akan langsung di laporkan ke sekolahnya dan terancam dikeluarkan. Jelas Chang-min tidak ingin dikeluarkan dari sekolah menjelang ujian. Waktu yang dihabiskannya untuk belajar akan sia-sia kalau dia sampai dikeluarkan.
"Kau pikir aku takut dengan ancamanmu?" Chang-min mendecih, membiarkan dirinya tertawa di depan Jae-won, tapi sebenarnya ada kekhawatiran juga di dalam hatinya. "Lupakan saja obsesimu pada Tae-ri dan carilah gadis yang lain. Dia sudah gila sekarang."
Jae-won yang merasa marah dengan ucapan Chang-min yang terdengar begitu merendahkan Tae-ri segera menghampirinya, kemudian menarik kerahnya. "Kaulah yang terobsesi padanya, Berengsek!" geramnya dengan gigi gemertak, "Kau memperkosanya karena dia menolakmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE
Mystère / ThrillerKematian si gadis nomor satu menyebarkan desas-desus aneh di sekolah setelah camping minggu lalu. Hal-hal aneh mulai terjadi dan menghantui seisi kelas. Rumor yang mengatakan bahwa arwah gadis itu berkeliaran membuat siapa saja yang pernah menyakiti...