PROLOG

6.4K 442 29
                                    

London, Inggris

DORR

DORR

DORR

Seorang pemuda berambut tebal dengan lihai menembaki orang-orang yang menghalangi jalannya. Kakinya bergerak lincah menghindari serangan-serangan dari orang-orang berbaju seragam berwarna putih itu. Ini sangatlah mudah baginya. Seperti memberantas sekumpulan semut.

"Chenle sebelah kanan."

Pemuda itu segera berlari kearah kanan mengikuti perintah dari temannya melalui sambungan earpiece yang ada ditelinganya. Didepannya terdapat dua orang pemuda yang merupakan rekan satu grupnya, tengah membuka atau membobol pintu.

"Astaga kalian belum selesai juga?" pemuda itu menatap kedua temannya tak percaya.

"Kami juga baru sampai Chenle. Bersabarlah," jawab sang lelaki dengan mata abu-abunya. Tangannya masih mencoba mengotak-ngatik tombolnya. Mencari password yang tepat.

"Matt kau tak bisa membobolnya?" tanya pemuda itu sambil menekan earpiece yang ada ditelinganya.

"Aku tak bisa Le. Aku hanya bisa menebak empat angka yang menjadi passwordnya."

"Payah!" dengus pemuda itu.

TITIT TITIT TITIT.

Akhirnya pintu itu terbuka, dengan cepat ketiganya memasuki ruangan tersebut membebaskan tawanan dari seorang gangster terbesar di Inggris.

Setelah membebaskan tawanan tersebut, mereka segera berlari ke rooftop bangunan tersebut. Menuju helikopter yang menunggu mereka.

"MISSION COMPLECETED"

***

Chicago, Amerika Serikat.

Chenle meminum air mineralnya dengan rakus. Ia baru saja selesai dengan latihan rutinnya. Disampingnya juga ada seorang pemuda dengan rambut berwarna biru dan mata berwarna coklatnya.

"Dengar-dengar salah satu dari kita akan dikirim ke Indonesia," ucap Renjun pemua berambut biru."Bukannya itu negara kelahiranmu Le?"

Chenle terdiam sebentar, lalu manatap Renjun, "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Renjun tersenyum manis, "Kenapa bukan kau saja yang ke Indonesia."

Chenle mulai menatap Renjun curiga, "Ada apa?"

Renjun cemberut, "Sebenarnya aku sudah tau siapa yang akan dikirim ke sana. Dan itu Guanlin, kekasihku."

"Lalu?"

"Aku tak bisa berpisah jauh dengannya Le. Apalagi, seseorang yang harus dijaga adalah seorang submissive. Aku takut."

Chenle mencebikkan bibirnya. Ia sangat hapal bagaimana protektivenya Renjun terhadap Guanlin. Bahkan terhadap dirinya yang merupakan saudara kembar An-sapaan akrab untuk Guanlin. 

Sangat berlebihan, bukan?

"Tidak!"

"Ayolah Le, bukannya ini kesempatan buatmu untuk pergi ke makam ibumu," ucap Renjun tak mau menyerah. Ini demi masa depannya.

"Tid—"

"Aku akan membantumu mencari tau alamat makam ibumu. Ayolah Le. Aku mohon," mata Renjun mulai berkaca-kaca membuat Chenle tak tega. Bagaimana pun hanya Renjun orang terdekatnya sejak dulu.

"Oke baiklah."

Akhirnya Chenle menyerah.

ARCADE | JICHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang