Chenle, Lucas, dan Guanlin memasuki Red Rose club tepat tengah malam. Nampak tempat itu sangat ramai dengan orang-orang yang tengah menghamburkan uang dengan wanita-wanita malam. Chenle dan Guanlin nampak biasa saja, berbeda dengan Lucas yang mengernyit jijik.
Chenle, Guanlin, dan Lucas kini duduk di kursi bertender, memperhatikan orang-orang yang menari di dance floor.
"Kayaknya pengambilan videonya dari sana deh," ucap Lucas menunjuk kearah lantai dua yang berada di samping kanan mereka.
"Yaudah kita naik," ucap Chenle berjalan duluan menuju tangga.
Di ujung tangga, mereka telah di sajikan oleh kelakuan bejat para lelaki hidung belang di setiap sudut lantai dua club.
"Shit!" umpat Lucas mengalihkan tatapannya. Ia merasa jijik sendiri.
Mereka bertiga menuju ke bilik yang kosong, tak jauh dari tempat yang ditunjuk oleh Lucas tadi.
"Lo berdua pesan nggak?"
Chenle menggeleng.
"Pesan apa?" tanya Lucas menatap Guanlin horror.
"Lo sebelumnya nggak pernah ke club?" tanya balik Guanlin yang merasa heran dengan tingkah Lucas.
"Pernah. Tapi nggak separah ini," jawab Lucas.
Guanlin mengangguk malas, "Lo jadi pesan?"
"Pesan cewek?" tanya Lucas mengecilkan suaranya. Untung saja suara musik dari lantai bawah tidak terlalu terdengar di lantai dua.
Guanlin menatap Lucas datar. "Minum."
"Oh," gumam Lucas bernapas lega. "Nggak deh. Besok sekolah."
Kemudian Guanlin memanggil pelayan yang tak jauh dari mereka dan memesan sebotol sampanye paling mahal yang ada disana. Chenle mencibir melihat kesombongan Guanlin, dan Guanlin tak peduli. Toh, ia punya uang dan itu uang hasil dari kerja kerasnya sendiri.
Setelah mengerling genit, pelayan itu pun pergi. Lagi Chenle mencibir. Mencibir pelayan itu lebih tepatnya.
***
Chenle membuka matanya dengan berat saat seseorang tengah menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan brutal.
"Le, bangun Le!"
Chenle menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya. Bahkan bantalnya telah ia letakkan di telinganya, menghalau teriakan menggelegar Guanlin.
"Ahh An!" erang Chenle dengan kesal saat Guanlin membuang selimut dan juga bantalnya. "Kepala gue pusing An."
"Yang nyuruh lo mabuk siapa?"
Chenle mendengus lantas segera bangun dari tidurnya. Ia memegang pelipisnya. Kepalanya sangat pusing. Sungguh.
"Mandi sana. Habis itu sarapan. Ingat lo punya tanggung jawab."
Chenle memberengut, kemudian berjalan menuju kamar mandi dengan sempoyongan.
Guanlin menghela napas. Semalam, benar-benar di luar rencana mereka. Justru semalam 3 botol sampanye dengan kadar alkohol lumayan tinggi di habiskan oleh Lucas dan Chenle saja, sedangkan Guanlin hanya minum sedikit. Akibatnya mereka berdua terkena hangover. Membuat Guanlin susah untuk menyeret mereka berdua untuk pulang.
Guanlin keluar dari kamar Chenle, menemukan Lucas yang menelungkupkan kepalanya pada meja makan. Guanlin mendengus.
"Cas!" Guanlin menepuk pundak Lucas, kemudian duduk di kursi samping Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCADE | JICHEN
FanfictionSeason 1 Chenle Albert seorang Agent yang harus menggantikan pekerjaan Guanlin karena paksaan dari Renjun, kekasih Guanlin. Pekerjaan yang baginya cukup mudah, hanya menjaga dari jauh anak lelaki pengusaha terkenal. Tapi, ternyata pekerjaan tak semu...