2.2

1.6K 191 20
                                    

Hai:)

Oh ya ini time stampnya(?) lompat-lompat yaa

Selamat membaca..

***

"Gue bingung dengan jalan pikiran Jisung. Jelas-jelas itu mimpi, masih aja nganggap kejadian minggu lalu itu nyata.."

"Wajar sih Cas, mungkin Jisung kangen berat sama Lele," jawab Jaemin sambil menepuk punggung bayi laki-laki yang berada di dalam gendongannya.

"Masalahnya ya Jae, nggak ada bukti nyata kalau Jisung ketemu sama Lele. Kalau itu semua bukan mimpi."

"Sebenarnya gue agak heran sih, kenapa Jisung ngotot kalau mobil yang ia tumpangi itu bukan mobil sewaan dia. Padahal jelas-jelas ada tuh bukti pembayarannya," ujar Jeno yang datang membawa beberapa kaleng soda hasil curian di apartemen Mark.

"Ya kan berarti itu benar. Jisung itu mimpi.."

"Menurut gue nggak sih. Gue rasa si Jisung mulai ngehalu. Kayaknya kita kudu wajib bawa dia lagi ke psikiater deh," ucap Jeno menggebu-gebu.

"Nggak usah ngawur kamu," celetuk Jaemin menatap Jeno tajam.

"Aku yakin banget beb. Kalau Jisung itu halu, terus bawa cowok, yang mana dia kira itu Chenele. Terus dia ditipu deh. Mana Jisung goblok banget ngasih kalung seharga 200 juta dolar pula."

"Maksud lo gimana sih Jen. Bisa-bisanya lo bilang Jisung ngehalu."

"Ya Jisung terlalu kangen sama Lele. Sampai lihat cowok lain yang nolongin dia itu Lele. Terus tuh cowok manfaatin kehaluan Jisung pas ngasih tuh kalung. Terus di bius deh biar kelihatan mimpi."

"Nggak. Menurut gue, Jisung itu kecapean waktu bebasin dirinya dari kejaran orang-orang itu. Makanya dia jalan sepi buat berhenti, terus ketiduran dan mimpiin Lele.."

"Masuk akal sih," sahut Mark yang baru datang dari dalam kamarnya. Lelaki itu baru saja mandi dan kini tengah mengusak rambutnya menggunakan handuk kecil. "Menurut lo gimana Jae?"

"Hmm.. no komen. Gue juga bingung.."

***

"Jisung! Lo mau kemana?!"

"Mau ke bandara.”

"Mau kemana lo?" Tanya Lucas panik. Ia berlari menghampiri lelaki yang lebih muda beberapa bulan darinya itu.

"Toronto.."

"Oh Tuhan Jisung," Lucas melepas sarung tinju yang ada ditangannya, dan membuangnya kesembarang arah. Ia mencekal lengan atas Jisung dan menatapnya dengan tajam. "lo sadar nggak sih apa yang lo lakuin sekarang ini? Lo masih waras kan Ji?!"

Jisung menghempaskan tangan Lucas dari tubuhnya. Ia membalas tatapan Lucas tak kalah tajam.

"Ini urusan gue Cas. Mau percaya atau nggak itu urusan lo! Tapi tolong jangan pernah ikut campur kalau emang lo nggak percaya."

"Ji--"

"Dan satu lagi, gue masih waras, gue masih sadar, jika kejadian di Toronto minggu lalu itu bukan mimpi. Lele benar-benar masih hidup."

Lucas berdecih, sedikit mendongak menantang Jisung. "Bukannya lo lihat sendiri mayat Lele udah di kubur Ji. Sudah di kubur delapan tahun yang lalu."

"Gue tau. Tapi setelah gue pikir-pikir itu belum tentu mahat Lele. Secara fisik, tubuh Lele hancur, dan orang tua Lele menolak melakukan tes DNA. So, belum tentu itu Lele, Lucas."

Lucas menghela napas dengan kasar, mendorong tubuh Jisung ke tembok. "Tapi lo tau kan, lo tau di jasad itu ada kalung milik Lele. Kalung yang sama dengan milik kita," Lucas menarik pelan kalung yang menempel halus di leher Jisung. Kalung yang memiliki rantai tipis dan warna yang hampir sama dengan warna kulit, membuat kalung tersebut hanya bisa dilihat dari dekat saja.

ARCADE | JICHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang