1.4

2.2K 327 53
                                    

Kafetaria sangat sepi hari ini. Hanya ada beberapa siswa yang berada disana saat Chenle dan Jaemin memasuki kafetaria tersebut. Chenle yang melihat itu tak biasa lantas mengernyit bingung.

"Tumben sepi," gumam Chenle setelah memesan kentang goreng untuk dirinya.

Jaemin yang berjalan disampingnya lantas menyaut.

"Bokapnya Jisung kesini," ucap Jaemin membuat Chenle mengernyit bingung (lagi).

"Lah apa hubungannya?"

"Soalnya bokapnya Jisung jarang-jarang kemari. Katanya sih mau ngurus kejadian menggemparkan kemarin," ucap Jaemin seraya duduk dikursi yang berada paling pojok diikuti Chenle yang duduk di depannya. "Kayaknya anak-anak nggak mau ketinggalan info gitu."

Chenle mengangguk-anggukkan kepalanya. Jika kalian bertanya apakah ia panik? Jawabanya adalah tidak. Ia takkan ketahuan. Ia meyakini itu.

"Heran sih. Kok berani banget yang ngelakuin itu. Cari mati banget," ucap Jaemin bergidik. "Bokapnya Jisung itu kejam banget. Beliau nggak main-main kalau menyangkut soal keluarganya."

"Yah kan namanya juga Ayah Jae. Selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya," ucap Chenle sendu. Ia jadi mengingat Daddy Hendra, lelaki yang menjadi sosok ayah untuknya dan Guanlin.

"Hey Jae! Napa lo nggak ikut tadi," ucap Lucas yang baru saja datang dan duduk di samping Chenle.

"Di usir gue sama Mark tadi," jawab Jaemin kesal. "Nggak percayaan amat ma gue."

"Tumben lo takut sama dia."

"Lo nggak tau aja gimana tatapannya tadi. Takut juga gue lihatnya lama-lama."

Lucas tertawa melihat ketakutan Jaemin. Biasanya Jaemin yang lempeng-lempeng aja dengan tatapan Mark sekarang jadi ketakutan kan lucu. Apalagi tatapan kesal Jaemin kepadanya.

"Permisi mbak," pelayan kafetaria datang membawa pesanan Chenle dan Jaemin. Kentang goreng dan jamur goreng + 2 gelas es jeruk.

"Makasih mbak," ucap Jaemin dan Chenle bebarengan.

"Wih enak tuh. Min-"

"No!" Jaemin langsung menjauhkan makanannya sebelum di ambil paksa oleh Lucas. Lucas kalau minta nggak tanggung-tanggung soalnya.

"Pelit!"

Lucas mengalihkan pandangannya ke arah Chenle yang cuek bebek dengan keramaian yang ia dibuat. Chenle sangat menikmati kentang gorengnya.

"Lo cowok yang di depan toilet kemarin kan?"

Chenle yang merasa ditanya pun menolehkan kepalanya ke arah Lucas yang kini menatapnya menyelidik. Ah bukan menatapnya tapi melihat kacamata nya dari dekat membuat Chenle harus memundurkan tubuhnya.

"Ah kayaknya kemarin gue salah lihat," ucap Lucas kembali menegaakkan tubuhnya.

Sedangkan Chenle hanya diam saja. Ia bernapas lega. Untung saja kemarin ia telah mengganti bingkai kacamatanya. Memang kemarin di bingkai kacamatanya ada lambang agensinya.

"Napa sih lo?" tanya Jaemin bingung.

"Gapapa," jawab cuek Lucas. "Oh ya kita belum kenalan," ucap Lucas ke Chenle.

"Lucas. Bisa dipanggil ganteng."

Jaemin berdecih mendengar ucapan Lucas.

"Lele," balas Chenle membalas jabatan tangan Lucas yang sama sekali tidak jijik kepadanya.

"Karena kita udah saling kenal, gue boleh dong minta kentang goreng lo," belum Chenle membuka suara, tangan Lucas sudah bergerilya di tempat Chenle. Jaemin yang melihatnya mendelik.

ARCADE | JICHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang