Halo:))
Hari ini, hari peringatan kematian Chenle. Di dermaga sudah ramai dengan kumpulan orang-orang yang ingin menebar bunga di laut. Memang, untuk tahun ini dibuka secara umum, sehingga bukan hanya keluarga saja yang datang, namun dari teman, kerabat, atau siapapun yang ingin ikut.
Di bagian depan, keluarga Martinez berdiri didampingi oleh keluarga Baskara dan Erlangga. Jaemin yang biasanya tidak pernah hadir dengan berbagai alasan, akhirnya menyempatkan diri untuk hadir. Sejujurnya ia malas, toh tidak ada untungnya untuknya. Namun, ancaman Donghyuck membuatnya mau tak mau datang. Lelaki yang sukses menjadi penyanyi itu mengancam tidak akan hadir juga di peringatan kematian Chenle. Yang mana, pasti membuat orang-orang bingung mengingat betapa rajinnya lelaki manis itu datang tiap tahunnya.
Bukan tidak mau ketahuan akan kebenaran jika Chenle masih hidup, tapi ia menghargai keputusan Chenle untuk membukanya secara pelan, perlahan, satu-persatu. Lelaki empat anak itu tak mau jika kedatangannya membuat kegaduhan. Ya, walaupun sudah cukup banyak juga orang yang tau tentang Chenle yang masih hidup.
"Panas banget ya?" Gumam Jeno yang berdiri tepat disamping Jaemin. Matanya yang tertutup oleh kacamata hitam, mengedar menatap puluhan orang yang ada di depannya. Memang, posisi mereka berada paling belakang diantara yang lain.
"Ya tengah hari gini," ucap Jaemin dengan tangan menghalau cahaya matahari menyentuh wajahnya. Walaupun ia sudah memakai kacamata yang sama dengan milik Jeno, namun teriknya masih membakar wajahnya.
"Ngapain sih kita harus datang, toh masih hidup juga," bisik Jeno dengan kesal. Kepalanya mulai berkunang-kunang karena berjemur lebih 20 menit menunggu yatch milik keluarga Erlangga berlabuh.
"Kan orang taunya, udah nggak ada," jawab Jaemin tak kalah pelan.
"Ya kan--"
"Uncle-uncle," tiba-tiba empat orang bocah lelaki berdiri disamping Jaemin. Jaemin yang melihatnya sontak membulatkan matanya kaget.
"Kalian ngapain disini?" Bukan Jaemin yang bertanya, namun Jeno.
"Disuruh baba, uncle Nono," jawab Dean dengan senyum manisnya. Kacamata hitamnya ia angkat sedikit menampilkan mata cantiknya.
"Kok bisa?" Tanya Jaemin tak percaya. "Ini beneran baba kalian yang nyuruh?"
Keempatnya mengangguk serentak, membuat Jaemin menatap Jeno bingung.
"Terus kalian sama siapa kesini?"
"Sama gue," jawab Taeyong yang baru datang seorang diri dengan penampilan hitam-hitamnya yang menawan.
"Ini beneran disuruh sama babanya mereka kak?" Tanya Jaemin memastikan.
Taeyong mengangguk. "Jujur gue juga kaget pas Chenle telpon gue semalam. Suruh gue bawa mereka kesini."
"Kok kenapa? Udah mau reveal nih?"
Taeyong menggeleng, "bukan. Tapi, lo lihat sendiri apa yang terjadi nanti."
Jaemin berjalan mendekati Taeyong, berbisik pada rekan satu jawatnya. "Ini beneran gapapa kak? Gue takut mereka kenapa-napa nanti."
"Mereka udah pake rompi anti peluru kok. Terus gue kasih tau lo gini kan, biar lo ikut bantu jagain mereka juga."
"Sial. Sialan memang Chenle," gumamnya mengepalkan kedua tangannya.
***
Acara tabur bunga telah selesai. Semua orang sudah menjauh dari pinggir yatch dan berkumpul di geladak depan. Yatch juga sudah berjalan kembali menuju dermaga.
Di tengah geladak depan, terdapat beberapa orang berkumpul disana. Nampak berbincang-bincang satu sama lain. Namun, tidak dengan Jisung, ia sedari tadi hanya terdiam memikirkan bagaimana cara bertemu dengan Chenle. Bisa saja ia meminta bantuan Dean, putranya. Tapi, ia memilih enggan. Ia tak mau sang putra berpikir macam-macam mengenai hubungannya dengan Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCADE | JICHEN
FanfictionSeason 1 Chenle Albert seorang Agent yang harus menggantikan pekerjaan Guanlin karena paksaan dari Renjun, kekasih Guanlin. Pekerjaan yang baginya cukup mudah, hanya menjaga dari jauh anak lelaki pengusaha terkenal. Tapi, ternyata pekerjaan tak semu...