Sesuai dengan firasat Yesa, dia dan Dava akan mendapat masalah setelah 'kabur' dari kelas. Bukan kelas, lebih tepatnya studio seni lukis. Tempat dimana anak-anak fakultas seni rupa menumpahkan kreatifitasnya lewat coretan.Ingin tahu apa yang terjadi dengan Yesa dan Dava?
Mereka sekarang sedang menghadap dosen pemakan gaji buta — itu kata Yesa— setelah dilaporkan oleh Kevin, si mahasiswa haus perhatian.
“Kalian sengaja kabur dari kelas saya?” tanya si dosen sambil menggigiti kukunya. Terlihat menjijikkan. Yesa yang melihat itu, lantas bergumam jijik diiringi cubitan kecil dari Dava. Dava takut jika dosen itu menyadari ulah Yesa dan berakhir hukuman mereka tambah berat.
“Em..nggak juga pak. Kita ijin kok ke toilet. Saya kebelet buang air besar.” Yesa bersuara.
Kepala dosen itu lantas menoleh ke Dava.
Si objek panik, "Eh? Bener pak iya ke toilet.”
Dosen berdeham pelan, membenahi posisi duduk, lalu kembali menatap dua mahasiswa nakal di hadapannya. Nakal menurut beliau, karena nekat meninggalkan kelas.
“Saya baru tau kalau ke toilet itu ada mie ayam sama batagor," ujar sang dosen menampilkan senyuman manisnya.
Shit, batin Yesa.
Hening.
"Tugas dari saya udah selesai?"
"Belum, pak," jawab Dava.
"Yesa?"
Netra Yesa melirik sebentar ke arah samping, ada Dava yang tengah menunduk. Sekedar informasi, ini adalah hukuman pertama Dava selama kuliah. Yesa paham betul, karena Dava adalah mahasiswa baik yang tidak pernah mendapat masalah.
Yesa merasa bersalah, dialah penyebab dari masalah ini. Seharusnya ia tidak menyeret Dava agar temannya itu tidak dicap buruk di mata dosen. Dia juga harus bertanggung jawab atas Dava. Bukan atas Dava, tapi atas perkataannya yang meyakinkan Dava agar mau meninggalkan kelas di jam belajar.
"Saya juga belum pak."
Dava menoleh terkejut. Sebelum keluar studio, ia sempat melihat lukisan Yesa yang sudah seleai. Yesa berbohong ? pikir Dava.
"Loh Sa? Bukannya lo udah—" bisik Dava.
"Ssstt!"
"Oke. Saya lagi baik hati sekarang. Hukuman kalian cuma bersihin studio seni lukis aja. 30 menit kemudian saya dateng harus udah rapih. Paham?"
"Loh? nggak besok aja pak ? Nanti kita ketinggalan matkul Sosiologi Seni—" baru saja Yesa melayangkan protes, sang Dosen menyela.
"Protes, tambah 30 menit. Jadi satu jam," ujar dosen masih sama dengan senyum manis.
Yesa membuka mulutnya hendak melontarkan protes lagi, dengan sigap Dava menutup mulut Yesa biar tidak lagi bersuara. Jika itu terjadi, maka mereka pasti akan mendapat hukuman yang lebih sulit dan tentunya hukuman menjadi semakin lama. Cukup satu hukuman ini yang membuat Dava malu, setelahnya jangan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME [Completed]
General Fiction〖˒ first collaboration 〗˒ with nctzen's author ღ ➥ general fiction ; slice of life , college life , friendship. ✧ yesa alfidiaz dan upayanya mencari setitik warna dalam kehidupan