## 19

6 0 0
                                    

Pagi harinya, sama seperti di awal, Yesa bangun pagi setelah alarm di ponselnya berbunyi. Kali ini paginya sedikit berbeda karena berada di tempat yang masih asing. Duduk sebentar, Yesa membuka ponselnya hanya sekedar memeriksa sosmed. Sama seperti pemuda pada umumnya yang bangun pagi langsung bermain ponsel.

Dirasa cukup, Yesa segera beranjak ke kamar mandi. Mencuci muka, menggosok gigi, lalu lanjut mengedit video. Tidak sepenuhnya mengedit hanya sedikit ia edit. Memotong satu video menjadi beberapa bagian. Lalu menutup lagi laptopnya.

Kemudian ia beranjak pergi ke dapur hendak mengambil minum, rencananya pagi ini ia ingin jogging dan sedikit membuat vlog di bukit kecil di belakang Villa.

De ja vu, ia bertemu Rakha lagi di dapur. Sedang membuat teh hangat sama seperti saat di rumah.

"Jean lagi olahraga ?" tanya Yesa to the point. Karena ia tahu, seorang Jean Nolan pasti sudah bangun pagi itu.

"Ya. Kayak biasanya." jawab Rakha.

"Dejavu gak sih ini gue ketemu kalian berdua di dapur gini." tiba-tiba Jean datang dengan penuh keringat. Padahal ini masih jam setengah enam pagi.

"Rajin amat Yang Mulia Bapak Presma." sahut Yesa.

"Biasalah."

"Yesa, bangunin Harsa sono."

"Gue? Lagi? Gue abis ini mau pergi, kalian berdua aja yang bangunin mereka ya, bye." Yesa segera berlari keluar Villa meninggalkan Rakha dan Jean di dapur.

Yesa berlari kecil di jalan setapak menuju bukit yang ia tuju. Sebelum sampai di bukit tersebut, ia berhenti sejenak untuk menyalakan kamera. Seperti biasa, aktivitas seorang youtuber seperti biasa tak jauh-jauh dari merekam sesuatu yang dianggapnya menarik.

"Ya! Halo geng! Karena ini masih pagi jadi gue ngucapinnya selamat pagi. Morning y'all. Hope u have a great day! Semangat jalani aktivitas kalian. Jangan skip sarapan! Dan jangan sakit.

Ngomong-ngomong, gue jam segini sekitar jam 6 udah di kaki bukit deket Villa. Pagi ini dingin banget geng! Padahal udah jam 6 lebih. Liat geng! Tempat ini adem banget. Sayang hari ini hari terakhir gue liburan. Soalnya liburannya cuma dua hari satu malem.

Dan..liat nih jalan tanjakannya nggak susah jadi gampang gue naiknya sambil self-cam gini."

Begitu sampai di puncak bukit, Yesa mengagumi pemandangan di sana. Bukit yang tidak terlalu tinggi namun terasa tinggi saat sudah di puncak.

"Ini geng pemandangan puncaknya." Yesa mengarahkan lensa kameranya di sekitar agar dapat merekam dengan detail apa yang ada di sekitar sana.

Selesai merekam, Yesa mendudukkan diri di sebuah batu besar. Yesa mengalungkan kameranya di leher. Ditatapnya langit yang mulai menunjukkan warna biru bercampur jingga cerah dari arah matahari terbit.

Yesa menutup matanya sejenak, ia merasa khawatir dan sedikit ketakutan. Baru kali ini di sepanjang hidupnya ia merasa ketakutan. Terakhir kali ia ketakutan ketika ia berhadapan dengan ibunya yang berbeda. Ibunya saat memaksa dirinya dan memaksanya bekerja. Memori dimana ibunya memaksanya menjadi tulang punggung keluarga masih terrekam jelas di otaknya.

Kali ini ia sedikit merasa takut, karena semalam ia mendapat pesan dari orang asing.

Flashback on.

Setelah berganti pakaian, sebelum tidur Yesa memutar lagi video hasil rekamannya saat sedang bercanda dengan teman-temannya. Baru setengah menonton, tiba-tiba ponselnya menyala. Ada notifikasi pesan dari Instagram.

MONOCHROME [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang