"Sekian kelas hari ini, silakan beristirahat, selamat siang," ucap seorang dosen mengakhiri kelasnya. Yesa mengerang kesal. Kenapa harus hari ini mata kuliah hanya satu?
"Kenapa bro?" tanya Dava yang kebetulan melihat wajah asam Yesa.
"Gue lupa kalo hari ini cuma satu matkul, mana gue juga libur kerja lagi."
"Terus masalahnya ?"
"Ya gue gabutlah pasti. Eh gue ikut lo pulang ya?"
Dava menggeleng, "Kali ini tidak bisa sobat, gue sama keluarga lagi ada acara di rumah tante. Sorry ya."
"Gapapa kali, duh abis ini gue mau ngapain dah?" Yesa memutar pulpen ditangannya.
"Temen-temen kost lo?"
"Mereka lagi sibuk! Tau sendiri kan bentar lagi dies natalies? Pasti rumah lagi kosong nggak ada mereka."
Dava tertawa, dalam sejarah pertemanannya dengan Yesa, baru kali ini ia melihat temannya ini kebingungan mencari aktivitas untuk menghilangkan rasa bosannya.
"Kenapa nggak ngevlog aja? Jalan-jalan? Me time? Atau nggak bikin konten gaming?"
"Iya juga ya. Oke deh, bye. Gue cabut duluan. Jangan kangen lo."
"NAJIS!" Teriak Dava membuat Yesa yang sudah berada di ambang pintu mengacungkan jari tengahnya.
•••
Duduk terdiam, menatap satu objek, lalu menghembuskan napas. Itulah yang sedang dilakukan Yesa sekarang. Dia bingung memulai kegiatannya dari mana. Jalan-jalan dulu atau membuat konten gaming?
"Apa ya?" Yesa merebahkan tubuhnya di ranjang.
"EH JALAN-JALAN DULU KALI YA? Ke coffeeshop gangguin mbak Inka!"
Yesa segera bangkit dari tidurnya lalu mengganti pakaian.
Setelah sudah siap, dia keluar kamar dan tidak lupa membawa kameranya.
"Eh? Rakha? Kok di rumah?" tanya Yesa yang melihat Rakha di tangga. Sepertinya pria itu baru kembali dari kamarnya.
"Oh, ada yg ketinggalan, makanya pulang dulu. Oh ya, nanti kita pulang telat ya. Soalnya ada latihan band dulu."
"Santai aja, semangat kalian!"
Rakha mengacungkan jarinya membentuk simbol 'ok' di udara.
Selepas kepergian Rakha, Yesa segera mengatur kameranya karena ia juga sebentar lagi menyusul Rakha pergi. Tentu saja dengan tujuan yang berbeda.
•••
“Panas banget buset.” Yesa mengibaskan bajunya, sekarang ia sedang beristirahat setelah 10 menit mengayuh sepeda. Seharusnya dia tidak secapek itu karena jarak yang tidak jauh, tapi jalan yang menanjak membuat ia mengeluarkan tenaga ekstra. Ditambah lagi cuacanya cukup panas hari ini.
Dirasa cukup, Yesa kembali melanjutkan perjalanan. Tujuannya sekarang adalah coffeeshop, tempat ia berkerja.
“Eh eh? ada cewek cakep banget tuh,” monolog Yesa sembari memperhatikan seorang perempuan berambut panjang sedang berdiri membelakanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME [Completed]
פרוזה〖˒ first collaboration 〗˒ with nctzen's author ღ ➥ general fiction ; slice of life , college life , friendship. ✧ yesa alfidiaz dan upayanya mencari setitik warna dalam kehidupan