## 16

9 2 6
                                    

Selesai dengan tugas dadakannya, Yesa segera mengistirahatkan dirinya di kantin bersama Dava.

Sembari menengguk minumannya, Yesa masih memikirikan siapa yang mengiriminya pesan misterius itu? Mungkin saja dia haters?

“Yesa, lo mau keliling-keliling gak?” tanya Dava.

“Gue nanti nonton temen gue perform aja. Gue mau balik tidur lagi.”

“Anjir? Lo gak mau liat rangkaian acaranya?”

“Gue nonton perform temen gue aja. Jangan lupa lo bangunin gue ya.”

Yesa yang baru saja hendak pergi, tiba-tiba Dava menahannya. “Pinjem kamera hehe,”

Yesa merotasikan matanya malas, tapi tetap memberikan kameranya pada Dava.

“Rekam seperlunya, pas dikembaliin batre harus udah full. Gue mau videoin perfom temen gue.”

Dava mengacungkan jempolnya, selanjutnya Yesa pergi menuju kelasnya. Untuk lanjut tidur, sembari menunggu teman-teman kosnya tampil.

•••

“Sa, woy bangun lo!” Dava mengguncangkan tubuh Yesa yang tidur berbaring di lantai. Kepalanya ditutupi buku dan tas berperan sebagai bantal. Yesa mendudukkan diri ketika Dava membangunkannya.

“Band temen lo bentar lagi main, mau makan dulu atau langsung kesana? Masih ada waktu 20 menit sih.”

Yesa diam mengumpulkan nyawa.

“Makan dulu aja deh, temenin gue ke kantin ya.”

“Nggak usah. Nih dengan baik hatinya, gue udah beliin lo makan. Lo tinggal makan aja di sini.” Dava menyerahkan satu plastik hitam berisi nasi kotak, minuman, dan beberapa snack.

“Lo tuh beneran yang terbaik, Dav. Gue ke kamar mandi dulu mau cuci muka.” puji Yesa lalu pergi keluar kelas.

•••

“LAGI! LAGI! LAGI!”
Riuh teriakan permintaan penonton selepas Rakha dan teman-teman mempersembahkan lagu who can’t be moved dan celengan rindu, Rakha terlihat mengambil sebotol air mineral di dekatnya untuk membasahi kerongkongan. Jenan sibuk mengecek senar gitarnya, Jean melepas kancing kemeja coklatnya dan menunjukkan kaos putih didalamnya,  Harsa sibuk membenahi rambut depannya.

Yesa menatap kagum pada mereka semua, dalam hati ia juga tak berhenti memuji performa mereka yang luar biasa.

Sekarang ia sedang menjeda rekamannya, matanya mencari sosok perempuan yang sudah menjadi sahabatnya sejak masih maba tapi sosoknya tidak ada.

“Ada yang tau imagine dragons?” tanya Rakha membuat fokusnya kembali ke stage.

“AKU AKU!!”

Believer!!

“Mau bawa lagu Thunder ya Kak?!”

Bad Liar nggak sih?”

“Gue nggak denger ada yang nyebutin bener sih Rak? Apa kita turun panggung aja nih?” ujar Jenan karena penonton tidak ada yang menyebutkan judul lagu yang akan dibawakan berikutnya.

Riuh penonton semakin kencang seolah tak ingin Rakha dan teman-temannya turun panggung, mereka mulai menyebutkan satu-satu lagu imagine dragons.
“Kita udahan aja kali ya? Udah dapet instuksi turun soalnya,” ucap Jean bergabung untuk memanasi suasana.

MONOCHROME [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang