## 07

29 5 1
                                    

Pagi harinya, kesialan mulai menyerang Yesa. Ia bangun kesiangan lantaran lupa memasang alarm di ponsel. Pukul delapan lebih lima menit, ia baru menginjakkan kaki di kelasnya. Berakhir ia mendapat hukuman.

Hampir dua jam Yesa menjalani hukuman membersihkan lapangan yang luasnya....tidak perlu dibayangkan. Kalian pasti sudah tahu seberapa luas lapangan.

Tidak sepenuhnya ia menjalani hukuman, terkadang ia juga menggoda gadis-gadis yang sedang duduk di pinggiran lapangan. Seperti ini contohnya :

"Eh cantik-cantik kok nongkrong di pinggir lapangan sih? Jangan di sini, panas." Yesa menaruh karungnya di bawah pohon. Bersandar di pohon sambil menyibak rambutnya ke belakang. Yesa merasa tampan hari ini.

"Nggak apa-apa kali, daripada lo. Ganteng-ganteng mungutin daun kering," balas salah satu gadis itu yang sepertinya sudah kebal dengan rayuan gombal.

Yesa mati kutu, hukuman sial! Ia merasa malu dan bergegas pergi dengan senyum canggung. Namun, rasa malu itu tergantikan dengan rasa percaya diri.
Gadis itu mengatakan jika ia ganteng ?

•••

"Woy Yesa!" teriak Dava hampir membuat Yesa tersedak es jeruknya.

Pria itu mendengus, lalu membersihkan tumpahan es yang ada di jaketnya.

"Kalem, Dav." Yesa masih membersihkan jaketnya. Mengabaikan Dava yang mendudukkan dirinya di samping Yesa.

"Gue cariin ternyata lo di sini." Dava mengambil alih es jeruk dan menenggaknya hingga habis.

"Ck. Capek. Males masuk kelas kalo lagi keringetan gini. Abis ini gue mau cabut ngadem di perpus deh," ujar Yesa.

"Loh? cabut?," tanya Dava.

"Hm."

"Nggak TA aja ?"

"Ide bagus. Dah ya, gue ke perpus," pamit Yesa, namun langkahnya harus terhenti ketika ada teriakan yang memanggil namanya.

"YESA!!"

"Sasha?" gumam Yesa membuat Dava menatapnya bingung.

"Itu..sahabat gue, tetangga juga," jawab Yesa mengerti apa yang akan ditanyakan Dava.

Dava mendekat ke Yesa, "Bro, biasanya dari sahabat berubah jadi pacar," bisik Dava melihat Sasha mulai mendekati mereka.

"Sok tau lo!"

"Heleh! semoga beneran wkwk. Cantik juga tuh anaknya." Yesa menyikut perut Dava membuat temannya itu meringis kesakitan. Tidak terlalu sakit, hanya Dava ini agak berlebihan.

"Yesa! gue cariin lo di kelas malah nggak ada. Tau-tau di sini. Gue mau ngomong penting nih," semprot Sasha begitu duduk di hadapan Yesa.

Yesa kembali duduk, "Ada apa sha?" tanya Yesa.

Dava menyenggol pelan lengan Dava.

Banyak maunya ya ini bocah! batin Yesa.

"Sha, kenalin nih temen gue Dava. Dav, ini temen sekaligus tetangga gue, Sasha." Yesa mencubit paha Dava keras.

"AAAUWAW HAI, gue Dava. Salam kenal ya Sasha. Hehe, kalo gitu gue mau duluan ke kelas. Kalian ngobrol aja." Dava melarikan diri. Sebelum benar-benar pergi, Dava sempat membisikkan sesuatu.

MONOCHROME [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang