Perkuliahan Yesa sama seperti anak kuliahan pada umumnya. Belajar, tugas, kuis, praktikum, jalan-jalan. Bukan jalan-jalan, tapi kunjungan ke suatu tempat untuk belajar secara langsung. Semacam datang ke workshop atau ke pameran. Belajar di sana tentang seni dan juga menambah wawasan dari luar kelas.
Memang, hal yang menyenangkan kuliah seni rupa itu tidak terus-terusan belajar di dalam kelas. Kita juga bisa pergi keluar sekedar ikut workshop atau mengamati karya di pameran.
Jangan kira 'halah enak banget bisa jalan-jalan'
Jangan seperti itu, lain lagi kalau menurut Yesa. Kalau mendapat tugas mengikuti workshop atau lihat pameran pasti menganggapnya jalan-jalan cari udara segar. Luarnya saja terlihat seperti itu, tapi dalam otaknya sudah pasti pusing memikirkan membuat laporan. Menuliskan apa saja yang di pelajari selama mengikuti workshop atau lihat pameran. Tidak semudah itu.
Sama saja pusingnya seperti membuat tugas kan ?
Sekarang, kebetulan hari Rabu,—sejak 2 hari yang lalu Yesa dan Dava menerima hukuman— mereka disatukan kembali untuk berkunjung ke galeri seni. Seperti biasa, untuk mengamati karya di pameran, membuat laporan, presentasi, selesai.
“Kerkom kita kali ini kemana Sa ?," tanya Dava sudah lesu. Padahal ini masih pagi.
"Loyo amat lo Dav. Semangat kek! Mau jalan-jalan nih kita"
"Jalan-jalan ndasmu!" Dava melempar kotak kosong susu coklat ke arah Yesa.
"Ya kan jalan-jalan sambil nugas."
"Heh. Dimana-mana yang namanya jalan-jalan itu buat refreshing otak. Nggak bawa beban. Lah ini ? Udah bawa beban bikin otak panas. Aarrghh." Dava mengusak rambutnya kasar.
"Yaudah sih namanya juga tugas, kerjain. Mau cepet lulus gak lo ? Bentar lagi nih ayo."
Dava berdecak.
"Kemana Yesa Alfidiaz yang ganteng," hilang sudah kesabaran Dava.
"Em.. wait."
Dava menatap malas lawan bicaranya yang lagi ngotak-atik ponselnya. Membuka aplikasi Maps.
"Aha! Nih." Yesa menunjukkan maps yang mengarah ke suatu tempat di layar ponselnya.
"Jakarta Selatan ? Nggak kejauhan ?"
"Enggak. Ayolah, kapan lagi kita bisa pergi jauh dari sini ? Lo nggak bosen apa liat dosen sama muka yang gitu-gitu aja ?"
Dava mendelik, "Maksud lo gitu-gitu aja gimana ?"
Sekarang giliran Yesa yang frustasi, kenapa temannya ini sangat lelet ? Biasanya dia yang paling peka jika Yesa sudah memberi kode.
"Gue bosen. Ayo kesini, siapa tau dapet kenalan cewek cantik disana."
"Ck. Mau lo itu mah. Btw dimana tempatnya ?"
"Edwin's Gallery"
•••
Yesa dan Dava sudah berada di dalam taksi yang akan membawa mereka ke tempat tujuan. Masih jam 11 siang, sebentar lagi jam makan siang. Galeri juga pasti masih buka.
"Sampe sana mau makan dulu, apa langsung ke galeri?" tanya Yesa.
Dava yang dari pagi sudah tidak bersemangat pun menjawabnya dengan malas.
"Makan dulu lah, udah jam makan siang juga. Tapi terserah lo aja sih, ngikut gue."
Yesa mendengus, entah apa yang membuat rekan satu kelompoknya ini menjadi selemas jeli ?
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME [Completed]
General Fiction〖˒ first collaboration 〗˒ with nctzen's author ღ ➥ general fiction ; slice of life , college life , friendship. ✧ yesa alfidiaz dan upayanya mencari setitik warna dalam kehidupan