Update malem. 😍 Spesial buat kamu yang nggak kebagian daging kurban. Hehe
Minal aidin wal faidzin, yak. Mohon maaf lahir batin kalo aku ada salah, telat update, ngegantungin cerita, atau lain sebagainya. Selamat Hari Raya Idul Adha 1442 H.
Btw, 1482 kata cukup kali buat hibur kalian. Yuk, komen di bagian kalimat yang kamu suka. Jan lupa tekan vote. 🤗 Selamat membaca.
Gara-gara tertinggal bus jurusan Sukabumi-Depok, aku dan Riyan terpaksa menaiki bus lain saat di Citeureup. Mauku, kami langsung saja ke indekos, enggak usah mampir ke Depok segala. Eh, siapa sangka, kehendak Allah lain, kami harus ke terminal Kampung Rambutan.
Banyaknya penumpang yang menaiki bus membuat aku dan Riyan bingung harus duduk di kursi mana. Masalahnya, enggak ada kursi dua yang kosong, ada juga tinggal di bagian belakang saja.
“Yan, gimana? Mau duduk di mana?”
“Duduk di bangku tiga itu aja.”
“Yang mana?” tanyaku memastikan.
“Yang didudukin cewek cakep.”
“Heleh, sama yang bening aja sinyal di otak lo langsung konek,” celetukku.
Pandanganku tertuju kepada kursi tiga, sesuai arahan telunjuk Riyan. Soalnya, ada empat seat kursi tiga yang kosong. Di depan satu, yang diduduki bapak-bapak. Yang kedua dan ketiga agak tengah. Satu kursi diduduki cewek, satunya diduduki cowok berpakaian serba hitam. Terakhir, paling ujung. Kursi tiga selebihnya, tersisa untuk satu orang saja.
Aku bergegas ke kursi tersebut karena enggak mau duduk dengan laki-laki lain selain Riyan.
Di sepanjang tol Jogorawi, satu per satu penumpang bus bertambah. Seperti sebelumnya, PJR enggak berpatroli, entah belum. Sebuah kesempatan emas untuk sang sopir dan konektur karena bebas menaik-turunkan penumpang di kilometer berapa pun.
Sekarang, tinggal tersisa beberapa seat kursi lagi. Setelah memperhatikan keadaan di dalam bus, aku menyandarkan kepala. Sesekali, kaki dan kepalaku ikut bergerak seiring irama gendang lagu “Sayang” yang diputar konektur.
Ah, lagu ini cocok banget buat pasangan yang lagi menjalin LDR sepertiku.
“Na, geser! Sok-sokan jadi orang seneng pake joget kepala segala. Gue gak kebagian tempat duduk.”
Aku berdecak mendengar pinta Riyan, lalu melirik cewek berambut pendek dengan kacamata bundar bertengger di hidung mancungnya. Dilihat dari raut wajahnya, usianya tampak berbeda beberapa tahub di bawahku. Kayak masih remaja. Pantas si Riyan ngajak duduk di kursi ini, dia cantik, sih.
“Mar—”
“Ih, rempong lo, ah. Udah tinggal tidur aja, enggak usah banyak aturan.”
“Ya, udah, lo yang duduk di sini. Gue yang di situ, biar lo tau segimana nikmatnya ini pantat kebagian kursi sebelah.”
Ya, ampun. Itu ngomong enggak di-filter dulu. Jiwa playboy Riyan mulai berontak sepertinya. Alasan enggak kebagian tempat duduk. Padahal, mau PDKT-an sama cewek di sebelahku.
“Riyan, jangan bikin gue ilfil,” bisikku.
“Ya, lagian lo nyolot.”
“Lo yang mul—”
“Mulut lo gak usah berkoar kalo gak mau geser.”
“Makanya, diem. Enggak usah mancing-mancing,” bisikku.
“Gue gak mancing. Mata lo belekan, ya? Orang gue lagi di bus, bukan di kali.”
Aku menggeram. Riyan selalu sukses bikin aku kesal. Pikaseubeuleun! Ah, pokoknya, di setiap harinya itu, dia enggak pernah absen buat bikin aku dongkol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notifikasi Cinta (Tamat)
ChickLitJudul awal aku pake 'Dear, Mantan'tapi diganti jadi 'Notifikasi Cinta'. Happy reading ~ *** Raina tidak nyaman dengan hubungannya bersama sang pacar yang semakin hambar. Kurang berkomunikasi membuat hati kecilnya memberontak, ingin mengakhiri kisah...