Berhasil

52 12 0
                                    

Updete malem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Updete malem. Hihiii. Maafkeun. Mau bilang kalo siang riweuh, takut dikira sok sibuk. 🙊 Ah, apa pun itu, moga kalian suka. 😊

Ayo, mau jadi tim siapa?
Ada empat cogan.
a. Narendra
b. Arkana
c. Riyandi
d. Dicko

***

Seperti inilah malam-malamku di indekos baru. Jam delapan malam, aku masih duduk manis di teras depan. Di dalam indekos terus, aku malah jenuh, ditambah enggak ada satu chat pun dari Arkana karena nomornya masih kublokir.

Kalau lagi sendirian seperti sekarang, aku malah susah tidur karena banyak pikiran: ingat insiden tadi siang bersama Bang Rendra, ingat utang guci, dan uang untuk bayar sewa indekos sebulan ke depan. Aku sampai berhemat supaya ada sisa dari jatah uang makan. Lumayan, kalau ada lebih, bisa beli makanan ringan.

Awalnya, Riyan dan aku tahu ada indekos ini dari Dicko. Kebetulan, dia dan Kisya tinggal di sekitar sini. Enggak jarang juga aku nebeng bersama mereka, itu juga kalau lagi malas jalan kaki.

Sebenarnya, perbandingan sewa antara indekos lama dan indekos baru memang lumayan. Dari segi harga lebih murah di sana, tapi bangunan memang sudah enggak layak untuk ditinggali. Di sana, ke mana-mana harus memakai kendaraan pribadi mengingat jarak dari indekos ke jalan raya lumayan jauh. Sedangkan kendaraan satu-satunya dibawa oleh Riyan.

Nah, kalau di indekos baru, meskipun sewanya agak mahal (beda seratus ribu), tapi dekat dengan jalan raya. Aku enggak kerepotan kalau bangun kesiangan. Tinggal minta dijemput Dicko, beres, deh.

Ada beberapa alasan lagi, sih, kenapa aku pindah ngekos. Selain karena Riyan khawatir dengan penghuni di indekos lama yang kebanyakannya abang-abang, aku agak risih dengan Arkana. Setelah insiden kuusir usai putus, dia pernah mampir dua kali. Namun, aku masih mode ngambek, padahal hati kangen bukan kepalang.

Ah, daripada ingat Arkana lagi, aku lebih baik mengirimi Dicko pesan. Kira-kira, perjuangan kami sudah sampai tahap mana, ya? Bakal berhasil apa enggak?

Raina Adriyana Prameswari: Gmn sm hasilnya ko?

Dicko Anggara: nanti ke kosan kak raina sama si kisya. tunggu aja

Aku menegakkan punggung setelah seperempat jam berlalu. Belum terdengar suara motor Dicko dan Kisya dari kejauhan. Padahal, aku sudah enggak sabar ingin tahu hasilnya.

Gemuruh mesin motor yang sudah lama aku rindukan terdengar. Aku beranjak bangun. Satu sepeda motor pun menepi di dekat gerbang. Senyumku hampir mengembang, tapi kutahan sebisa mungkin. Aku masih kesal karena dia baru datang malam ini.

“Nih, tebak. Gue bawa apaan.”

Aku sudah cukup bosan dengan kejutan yang Riyan ciptakan. Tentu saja aku tahu makanan yang dia bawa. Martabak cokelat topping kacang. Memangnya apa lagi? Kantong plastiknya terlalu transparan untuk dijadikan pembungkus kejutan.

Notifikasi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang