Cemburu?

2.8K 274 1
                                    

Suasana kantin begitu ramai. Terutama geng Ara yang sudah mengambil perhatian satu kantin.

"Duh, laper banget gue. Ayo, Chik," kata Ara sambil menuntun Chika untuk berjalan lebih cepat menuju ke arah meja teman-temannya yang sedang bernyanyi-nyanyi itu.

Ara mengunci pandangan terhadap batagornya yang berada di depan Oniel. Perutnya semakin bergejolak ingin cepat menikmati batagor miliknya.

"SPERTI MATI..?!"

"LAMPUUUU!"

"SPERTI MATI...?!"

"LAMPUUU!"

Itu adalah suara Mira dan Dey yang sedang bersahut-sahutan dengan para siswa di kantin.

Keduanya sedang mengangkat lagu Nassar Oppa yang sedang viral akhir-akhir ini.

Biasanya Ara yang memimpin konser di kantin. Namun karena dirinya sedang keroncongan, ia membiarkan kedua temannya ini memimpin.

Ara langsung duduk tepat di depan Oniel yang juga masih menikmati makanannya. Chika juga ikut duduk di samping Ara.

Gita dan Oniel yang sedang menikmati makanan dan sedang mengobrol menoleh kepada kedua gadis yang baru datang ini.

Tanpa membuka suara, Ara langsung merapalkan doa dan segera menikmati batagor miliknya.

Sama seperti Ara, Chika juga berdoa dan langsung memakan nasi gorengnya.

"Laper banget, Ra?" tanya Gita yang melihat Ara seperti tidak diberi makan setahun. Ritme makan Ara itu loh, grasak-grusuk.

"Iha shmpah. Pewajarn Bu Mewody wuwas tenawa bwangewt," jawab Ara dengan makanan yang masih penuh di mulutnya.

Oniel mengangguk setuju. Dia mengerti perkataan Ara. Maklum lah satu jenis. Oniel pun merasa tenaganya terkuras sekali setelah pelajaran angka-angka itu.

Chika melirik Ara dengan tatapan jijik. "Dikunyah dulu, Ra. Jorok banget, sih!" Tangannya memukul sedikit keras lengan Ara.

Ara meringis dan menatap sebal Chika. Makanannya sudah ia kunyah. "Sakit, Chik. Gara-gara lo nih pake ke perpus dulu. Gue jadi laper banget."

"Oh, gitu?"

"Enggak, Chik. Gue canda doang. Gue sebenarnya gak laper."

Ritme makannya ia turunkan dan kembali normal.

"Gak laper ya, Ra? Bagi dong batagor, lo. Gue masih laper sumpah," ucap Oniel yang baru saja menghabiskan satu mangkok mie ayam. Kini matanya beralih kepada batagor Ara yang masih setengah.

Ara langsung menjauhkan piringnya. "Gak gitu juga, Niel. Gue juga manusia yang membutuhkan namanya makan,"

"Minggir tangan lo!" lanjutnya kembali meletakkan piringnya di meja.

"Hadeuh, capek juga jadi artis."

Mira dan Dey kembali duduk di kursinya dengan mengusap pelipis yang berkeringat akibat konser tadi.

Kantin sudah mulai sepi, menyebabkan kedua gadis ini bisa kembali duduk.

Chika memandang Mira dan Dey bergantian. Benar-benar dua cewek ini. Gak bisa diem.

"Astaga. Ngeri banget sih kalian berdua. Pecicilan banget, heran," kata Chika masih menatap heran keduanya.

"Seru, Chik. Lagian kalo gak ada kita, gak ada juga yang hidupin sekolah ini. Ya gak?" sahut Mira.

Ara mendorong pelan piringnya yang sudah kosong, lalu bersendawa. Membuat Chika langsung memukul keras lengan Ara.

"Bener, Mir. Kalo gak ada kita, sekolah ini monoton aja, gak seru," lanjutnya dengan serius. Seenggaknya mereka tidak mencoba menjadi orang lain, melainkan menjadi diri sendiri. Dari pada mencoba untuk kalem, padahal jiwanya bar-bar.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang