"Rey, gimana anak aku? Udah ada kabar baru gak?" tanya Revo dengan tatapan ke bawah. Menatap sepatu kusamnya, salah satu saksi bagaimana kaki Revo melangkah kesana kemari.
Lelaki berjaket bomber yang bernama Rey itu menggeleng. "Aku udah selidiki ini jaketnya tapi asing banget, Rev."
"Aku besok ke luar kota."
"Rev? Kamu mau cari sampe keluar kota?"
"Iya. Gak kuat aku liat Shani terus-menerus berharap, anak-anak aku... Rumahku udah hancur, Rey."
Rey bergeming. Ikut duduk di samping Revo. Ia tau temannya ini sudah mempunyai rencana lain. Revo tidak sebodoh itu hanya berharap pada polisi. Ia yakin "ke luar kota" yang ia maksud adalah hal lain.
"Aku tau kamu itu punya rencana lain. Pikirin mateng-mateng sebelum bertindak," ucap Rey dengan serius.
"Aku yakin banget Freya masih ada di luar sana..."
Rey menaikkan alisnya.
---
"Bersihin dulu seprainya Christy," ucap Chika melihat pantulan Christy di kaca yang langsung naik ke kasur. Setelahnya ia kembali fokus mengeringkan rambut.
"Ini siapa sih? Mukanya kayak gak asing."
Chika yang baru saja selesai mengeringkan rambut ikut menoleh. Hari ini Chika dan Christy sedang menghabiskan waktu libur mereka di kamar orang tuanya. Pastinya dengan tujuan untuk menonton dan bersantai.
Chika menyimpan hydryer milik Shani dan melangkah menuju Christy yang sedang mengacak rak tepat di samping kasur.
"Ya sepupu kita lah pastinya. Itu loh kamu sama Freya lagi digendong papa mama," sahut Chika sembari membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Chika mengambil remote tv dan memencet-mencet tombol mencari tontonan bagus.
Christy yang kurang puas dengan jawaban Chika mengernyitkan dahinya. "Tapi gak pernah ketemu deh, tapi gak asing gitu loh mukanya."
"Udah lupa kalik kamu, kan udah lama juga. Lagian kita udah berapa tahun liburan ketemu keluarga besar papa sama mama."
"Emang kakak inget sepupu-sepupu kita?"
"Ya enggak."
Christy kembali melihat foto-foto di album dan memicingkan matanya ketika ia mendapat hal yang menarik perhatiannya.
"Eh yang gendong dia mirip banget sama papa."
"Papa punya kembaran," celetuk Chika tau apa yang Christy lihat.
"Hah? Tau darimana?"
"Udah deh. Ini jadi nonton apa enggak? Kamu dimarahin papa buka buka rak gak izin."
Christy terlonjak, cepat-cepat ia masukkan kembali seluruh album foto tadi sebelum papa dan mamanya masuk ke kamar. Walaupun rasa ingin tahunya masih besar apalagi pas tau ternyata papanya punya kembaran.
Mereka duduk manis sambil menatap tv yang menyala, menampilkan tontonan film yang Chika pilih secara acak walaupun pikirannya kesana kemari.
Menjaga Christy di waktu ini merupakan hal termalas bagi Chika. Dirinya ingin kembali ke kamar untuk sendiri, namun demi Shani ia harus pura-pura semuanya sudah baik-baik saja.