Freya keras kepala, Chika gengsi banget

2.3K 212 8
                                    

"Sayang."

Shani berjalan mendekati Freya dengan tatapan panik, khawatir, dan bingung. Dadanya naik turun tidak tenang.

Setelah Chika mengatakan itu, Shani beserta Revo langsung menuju ke atas. Jean dan Christy yang terlihat menikmati makanan pun seketika tidak tergiur lagi dan ikut naik ke atas.

Freya tersenyum, perlahan ia bangkit untuk duduk dengan susah payah. Kulit wajahnya ia kencangkan agar terlihat segar dan kuat.

"Ma, kenapa?"

"Adek sakit?" tanya Shani yang kini sudah duduk di sisi kasur Chika.

Freya terkekeh. "Enggak, Ma. Aku gak papa, emang suka gini tapi nanti di sekolah udah biasa aja."

Akhir-akhir ini Freya memang selalu merasa tidak enak badan di pagi hari dan kepalanya selalu pusing. Bahkan ia terpaksa harus mengambil liptint Chika diam-diam yang tertinggal di kolam renang untuk menutupi bibirnya yang pucat.

"Gak. Wajah adek pucat gini. Freya gak usah sekolah hari ini," kata Revo yang berdiri di samping Shani.

Chika, Christy, dan Jean sudah menatap khawatir adik mereka yang memang terlihat sangat pucat.

"Enggak, Ma. Hari ini adek ada ulangan, aku gak mau ketinggalan." Sekali lagi Freya menggeleng dan berusaha lebih menegakkan badannya.

"Dek, jelas-jelas muka kamu pucat gitu masih maksa buat sekolah," kata Christy.

Sekilas Freya menatap Christy sebelum dirinya kembali menatap Shani. "Gak, Ma. Aku mau sekolah, plis. Aku kuat beneran."

Shani melirik Revo. Revo membuang nafas, "Muka adek pucat banget, kamu di rumah aja, ya? Ulangan susulan aja atau sekalian papa datangin guru ke sini."

Freya kembali menggeleng, kali ini lebih kuat. Chika yang melihatnya berdecak dalam hati, "Kenapa gak nurut aja, sih?" batinnya.

"Plis. Kalo Freya gak kuat, Freya bakal ke UKS atau gak langsung pulang," katanya meyakinkan kedua orang tuanya.

Shani dan Revo melihat Freya dengan putus asa. Bagaimanapun Freya terlalu ambisius jika urusan sekolah begini.

"Yaudah. Tapi janji sama papa, kalo gak kuat langsung pulang."

Chika tidak setuju dengan keputusan papanya. Namun ya ia juga tidak bisa menolak karena rasa gengsinya lebih besar.

Freya mengangguk cepat dan tersenyum. "Iya, Pa."

Freya bersiap-siap setelah melewati banyak drama dengan keluarganya. Namun ia harus memakai masker agar lebih terlindungi, tidak lupa juga dengan sweater yang lumayan tebal membaluti badan kurusnya.

Kini ketiga putri Revo dan Shani sudah berada di dalam mobil.

Freya menyandarkan kepalanya di bantalan kursi sembari menatap ke depan.

"Dek, kamu kuat?" tanya Christy sambil memegang tangan Freya yang dingin. Freya mengangguk serta tersenyum tipis di balik maskernya.

Chika daritadi memerhatikan Freya yang masih segenap kekuatan untuk kuat. Pelipisnya sudah berkeringat karena menahan sakit.

Namun sepertinya Freya cukup tangguh menyembunyikan rasa sakitnya. Chika tidak menyadari gerakan gelisah Freya namun ia tahu bahwa adiknya itu masih kurang enak badan.

Ingin sekali Chika menyuruh Freya kembali ke dalam rumah dan memeluk adiknya itu agar sakitnya berpindah ke tubuhnya. Namun ya Yessica, gengsinya segede gaban.

Pak Toni mulai menjalankan mobil keluar dari gerbang. Freya menghela nafas pelan sebelum setelahnya ia kembali menyandarkan kepalanya di kursi.

Freya menutup mata. Mencoba menahan sakit di sekujur badan. Mungkin dengan tidur sebentar rasa sakit itu akan berkurang, pikirnya.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang