lagi suka dengerin lagu jkt yang ini huhu, candu bangett.
aku abis vaksin hehe, ngantuk banget jujur. kalian udah belom? jangan lupa vaksin, semoga kalian sehat sehat yaaa <3 maaf aku lagi banyak banget tugas dan kepanitiaan huah.
have a nice day cintaku
"Hari ini Chika masuk." Suara Ara yang baru tiba di kelas langsung membuat Flora, Oniel, Olla, Mira, Dey, dan Gita menoleh. Sebagian anak kelas yang mendengar juga ikut menoleh.
Kabar adik Chika yang menghilang tentunya sudah tersebar dimana-mana, bahkan tak banyak juga para siswa yang membantu menyebarkan selebaran kertas pencarian Freya. Semua itu dikomandankan oleh Ara dan kawan-kawan tentunya.
Gita mengangguk. "Iya, Ashel juga kemaren bilang."
"Udah ada kabar belum, Ra? Freya."
Ara menggeleng lemah, ia melepas tas dari pundaknya yang daritadi masih ia gendong.
"Belum sama sekali sumpah. Gue gak ngerti sama tuh penculik berjenis apa sampai-sampai intel kayak gue gak bisa temuin."
Ara mengusap wajahnya kasar. Sudah berhari-hari ia dan para suruhan papanya mencari Freya, namun sama dengan kepolisian, belum ada titik terang.
Bobby-Papa Ara--memang ikut membantu mencari Freya, tentunya karena Adel yang sempat terseret ke dalam kasus ini membuat satu keluarga itu merasa bersalah dan akhirnya berusaha sekeras mungkin untuk menemukan Freya.
"Yeu intel kodong," celetuk Oniel seolah meremehkan Ara.
"Iya dong, intel sekolah!"
"Eh eh, si Chika tuh Chika."
Suara-suara siswa di kelas mereka membuat keenam gadis yang tadinya berceloteh langsung membalikkan badan mereka.
Chika dan Ashel memasuki kelas. Ashel memegang tangan Chika dan menuntunnya masuk ke dalam kelas.
Pandangan Chika masih sama dengan pertama kali mereka bertemu anak itu setelah mendapat kabar Freya menghilang. Namun tidak seburuk saat itu, gadis itu sedikit lebih baik dan kantong matanya juga tidak sebesar waktu itu.
Ashel memberi isyarat dengan matanya agar memberi mereka jalan. Pada saat ini Ashel harus lebih menjaga Chika, ia harus memberi tahu teman-temannya agar tidak berkata yang aneh-aneh mengingat kondisi hati dan jiwa Chika sedang sensitif.
Semua menyingkir dan memberi Chika jalan hingga gadis itu duduk di kursi dengan selamat sentausa.
Keadaan kelas menjadi hening seperti saat upacara. Tak ada yang berbicara untuk sepersekian detik hingga Mira mengangkat suara.
"Heran gue, Chika masuk sekolah selalu cantik muluk."
Ashel yang sudah menahan nafas karena takut Mira mengatakan yang aneh aneh menghembuskan nafasnya lega.
Chika tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak ada yang melihat senyum tipisnya.
Mira menggaruk kepalanya dan memandang teman-temannya.
"Garing ya?" tanyanya tanpa mengeluarkan suara.
Flora dan Dey menggelengkan kepala dengan lemah.
Mira menarik kursi dan mendekatkannya pada bangku Chika, diikuti Flora, Oniel, Olla, Ara, Dey, dan Gita juga ikut mendekat. Sedangkan Ashel, ia sudah duduk karena bangkunya memang berada di depan meja Chika.
"Freya pasti ketemu kok, Chik. Kita semua bantuin temuin adik kesayangan lo itu." Olla tersenyum lembut, cantik sekali gadis itu jika sifat pecicilannya tidak keluar.