Mereka pun akhirnya tiba di sekolah Chika. Shani menghentikan mobilnya tepat di jalur khusus pengantaran dan penjemputan yang berada tepat di depan pintu masuk lobi sekolah.
Shani memutar kepalanya ke belakang. Terlihat Chika sedang mengaitkan tas di pundaknya.
"Selamat sekolah, kakak. Maafin mama, ya, tadi," ucap Shani begitu Chika sedikit memajukan badannya ingin menyalimi dirinya.
Chika mengangguk pelan seraya memberi kecupan untuk kedua pipi Shani. Tradisi keluarga Arkanra jika mereka berpisah satu sama lain.
Setelah memberi kecupan, Chika menatap tajam sekilas ke arah Christy yang juga balas menatap tajam. Lalu ia mundurkan badannya dan membuka pintu mobil.
"Dadah, kak." Freya melambaikan tangannya yang dibalas singkat oleh Chika.
Mata Shani tak lepas dari punggung Chika yang berjalan menuju pintu lobi sekolah. Chika juga berbalik sebentar memastikan bahwa mamanya sudah pergi atau belum.
Setelah Shani melihat tubuh Chika yang sudah benar-benar masuk, dirinya langsung melajukan mobilnya dengan perlahan karena halaman sekolah memang sangat padat.
Dalam perjalanan, hanya lagu Chika yang menemani mereka. Christy masih dengan pikirannya yang tak lepas dari rasa kesalnya kepada Chika. Ia berjanji akan mengadukan ini ke papanya dan mengganti flashdisk milik Chika dengan flashdisknya.
Freya pun tenggelam dalam skenario di otaknya. Entah tentang apa, namun terlihat sangat menikmati.
Sedangkan Shani, mulutnya bersenandung pelan mengikuti lirik musik. Sesekali melirik ke arah Christy yang masih setia menampilkan muka datarnya--yang artinya sedang kesal. Shani tertawa kecil melihatnya, bukannya seram, muka Christy begitu menggemaskan.
Christy menegakkan badannya saat Shani memakirkan mobil. Matanya juga ikut melirik ke arah spion, membantu Shani melihat posisi mobil.
Setelah mobil terparkir dengan baik, Christy dan Freya segera mengaitkan tasnya di pundak dan menunggu Shani mengatur tas dan lain-lain.
"Yuk, turun," ucap Shani. Dirinya membuka pintu mobil, diikuti oleh Christy dan Freya.
Dengan segera Freya menggandeng tangan Shani. Christy yang memang merasa dirinya sudah besar dan tak perlu digandeng pun berjalan di depan Shani dan Freya.
"Kita antar adek dulu, Ma," kata Christy sembari menoleh ke belakang. Shani mengangguk.
Shani, Christy, dan Freya pun memasuki lobi sekolah yang sepi. Hanya murid-murid yang baru sampai saja seperti mereka.
Saat mulai memasuki koridor umum, para siswa langsung menatap ketiganya. Terdapat bisik-bisik yang masih bisa Christy dengar.
"Mamanya Christy kah itu?"
"Christy siapa?"
"Adek kelas woy!"
"Mamanya cantik banget anjir."
"Asli sekeluarga bibit unggul."
"Ngapain ya?"
Christy tersenyum tipis mendengarnya. Dia cukup bangga dan senang karena tidak ada perkataan jelek atau menyakitkan terhadap mama dan adiknya.
Hingga ketiganya sudah sampai di depan kelas Freya.
"Freya masuk kelas dulu, Ma," ucap Freya.
Shani mengangguk tersenyum. "Ciuman buat mama, mana?"
Freya terkekeh. Setelah itu sedikit menjijitkan badannya agar bisa mencium kedua pipi Shani dan setelahnya kembali menurunkan badannya.
Christy tercenung. Kok bisa ya, Freya tidak malu mencium Shani di depan teman-temannya?