Bubur ayam Freya <3

2K 212 4
                                    

Sekitar setengah jam waktu dihabiskan untuk mengambil pecahan kaca-kaca yang besar. Dan sisa beling-beling kecil disapu oleh Bi Rani.

Freya tengah duduk di kursi sambil melihat Bi Rani yang menyapu. Matanya mengikuti sapu yang bergerak kesana-kemari.

Freya merasa punggungnya sedikit pegal karena terlalu lama menunduk.

Beberapa detik kemudian, matanya menatap kosong dengan tangan yang ia topang di kedua sisi kursi. Badannya dicondongkan ke depan.

"Bi," panggilnya.

Bi Rani menoleh. Tangannya yang berayun-ayun juga ikut berhenti. Tatapan Freya masih mengambang.

"Capek, gak? Biar Freya aja yang sapu," kata Freya. Kesadarannya mulai kembali karena kini matanya benar-benar melihat Bi Rani.

Bi Rani tersenyum lembut dan kembali melanjutkan kegiatannya. Lalu kembali bersuara,

"Gak, Non. Ini udah biasa. Freya udah mungut kaca-kaca tadi udah hebat, loh! Kalo urusan sapu itu nanti pas Freya agak gedean aja, ya? Bahaya."

Freya tersenyum. Sedikit bangga dengan dirinya. Pujian dari Bi Rani sangat berpengaruh bagi Freya.

"Aku capek, Bi."

Kembali lagi kepala Bi Rani memutar ke arah Freya. Kegiatannya sudah selesai. Bi Rani membuang sisa beling tadi ke tong sampah dan menaruh serokan dan sapu di ruang kebersihan tepat sebelah kamar mandi dapur.

Setelah menaruh, Bi Rani ikut duduk di samping Freya.

"Capek kenapa?"

Freya menghela nafas lalu mengangkat kepala dengan senyum karamelnya.

"Enggak, kok. Makasih, ya, Bi, udah bantuin Freya. Maaf selalu repotin," ucapnya tulus dengan badan yang sedikit ia bungkukkan.

Hati Bi Rani mencelos. Sedih sekali anak ini, pikirnya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana capeknya Freya. Bukan. Bukan capek fisik, melainkan hati dan jiwanya. Matanya jelas menyiratkan keletihan yang luar biasa.

Bi Rani mengelus bahu Freya lembut. Berharap kekuatan dari tubuhnya merambat kepada anak majikannya ini.

"Gak papa, Non. Bibi senang ngelakuin ini semua. Udah ya, Freya ke atas aja ganti baju, nanti bibi buatin bubur ayam kesukaan Freya," ucap Bi Rani.

Tak selang berapa lama Freya mendongak dengan mata yang lebih bercahaya. Senyumnya semakin mengembang.

"Oke, Bi! Freya ke atas dulu," ucapnya lalu berdiri dan keluar dari dapur.

Senyumnya perlahan menghilang ketika melihat pintu utama yang tertutup. Mereka benar-benar meninggalkannya di rumah.

Dalam pikiran Freya, keluarganya sedang tertawa riang di mobil dengan cemilan ataupun jokes jokes dari Revo. Tak lupa juga kerandoman Christy.

Freya kembali tersenyum getir dan langsung menaiki tangga. Semakin cepat saat ia mengingat akan bubur ayam kesukaannya.

---

Di sisi lain, keluarganya sangat menikmati perjalanan. Sesekali Chika dan Christy bernyanyi mengikuti alunan lagu dan tertawa jika ada hal lucu yang mereka lihat.

Tapi berbeda dengan Shani, pikirannya terus melayang kepada Freya yang berada di rumah.

"Ma, cemilan-cemilan dimana? Kakak laper," kata Chika memajukan badannya agar lebih dekat dengan Shani di kursi depan.

Shani yang melamun segera tersadar. Matanya sedikit melebar lalu menoleh sebentar ke belakang.

"Itu di belakang, tas biru tua," jawab Shani.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang