"Yaudah, Bi Rani boleh ke belakang," ucap Shani kini lebih lembut dan tenang.Bi Rani mengangkat kepalanya. "Iya, Bu. Saya permisi." Setelah itu ia langsung menuju ke belakang.
"Sudah, Chika naik ke atas bersih-bersih dulu," kata Shani sambil memandang Chika yang masih asik menikmati biskuitnya.
Shani tidak mau jika Chika mandi terlalu malam, apalagi anak itu saat mandi bisa menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi.
"Heem, bentar, tunggu biskuitnya abis."
"Bang Jean nginap lagi, ya?"
"Iya, abang sibuk akhir-akhir ini. Makanya banyak banyak kalian temanin Freya main," jawab Revo dengan kekehan.
Tentu Revo sudah menyadari bahwa Freya lebih menempel pada Jean dibanding kedua kakak ceweknya.
"Oke, Pa!"
Revo berdeham, teringat sesuatu. "Oh ya, gimana les renang Christy?"
Christy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Belum mulai renangnya, sih, kayak masih pengenalan gitu-gitu dulu."
"Rame gak yang ikut les renangnya, Kak?" Kini Shani yang bertanya. Soalnya waktu pendaftaran, hanya beberapa orang saja yang mengantri.
"Gak juga, sih. Tapi pas aja kok."
Di sela-sela pembicaraan, suara kursi Chika membuat perhatian mereka teralih. Gadis itu berdiri dan membuang bungkusan biskuit tadi ke tong sampah.
"Kakak mau ke atas. Temanin dong, Ma."
Shani mengernyit. "Kenapa? Kan tinggal ke atas doang."
Iya, Chika tau. Masalahnya ia takut karena lantai dua kebanyakan lampunya sudah dimatikan.
Melihat Chika yang bingung ingin menjawab apa, Shani terkekeh. "Yaudah ayuk. Mama sekalian mau bersih-bersih juga."
"Dasar penakut!" ejek Christy saat Shani sedang mengambil barang-barangnya, sedangkan Chika menunggu di ujung ruang makan.
Chika menatap sinis. "Sirik bilang aja."
"Hus, masih aja berantem. Ayok ke atas." Shani langsung menarik Chika keluar sebelum perdebatan keduanya semakin tak terkendali.
Kedua punggung perempuan itu sudah menghilang dari pandangan Christy. Ia terkekeh pelan.
"Pa," panggil Christy.
Revo yang sedang melamun langsung menoleh.
"Papa masih marah sama Freya?"
Revo tertawa kecil membuat matanya tenggelam dan tak terlihat. "Enggak, dong."
Revo menyandarkan badannya di kursi dan menanti perkataan Christy selanjutnya.
Christy berdiri dan duduk di pangkuan paha kiri Revo. Memeluk leher Revo dan membenamkan wajahnya di sana.
"Pa, maafin Freya, ya. Freya gak sengaja."
Revo mengangguk pelan, kedua ujung bibirnya tertarik mendengar perkataan Christy yang mulia.
Revo memeluk Christy dengan erat, mencium kening anaknya itu lembut.
"Christy tidur, ya. Papa antar."
Selesai mengantar Christy, Revo memilih ke kamar Freya sebentar.
Tangannya mengetok walaupun ia yakin tak mungkin ada jawaban dari dalam. Dan selanjutnya Revo membuka pintu kamar berwarna coklat keputihan itu.
Revo bisa melihat Freya yang sudah tertidur pulas dengan posisi yang memang menunjukkan bahwa anak itu ketiduran.
Revo mendekat, duduk di sisi ranjang Freya.