Ara Ara

3K 281 1
                                    

Suara langkah kaki terdengar. Para murid yang tadinya ribut langsung menutup mulut. Mereka tahu siapa yang akan datang.

Pintu terbuka. Semua mata melirik ke ambang pintu dengan wajah yang tegang.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapanya riang. Guru itu, Melody, duduk di kursinya yang langsung menghadap para murid.

Melody menatap satu-satu muridnya dengan senyuman lebar. Sedangkan para murid hanya mencoba menampilkan senyuman yang--

terpaksa.

"Selamat pagi, Bu Melody!" jawab mereka serentak. Tak ada yang tak jawab. Tak segan-segan guru itu menegur jika ada yang tidak menjawab salamnya.

Bu Melody tersenyum. "Bagaimana tugas kemaren? Apakah ada yang belum mengerjakan?"

Semua menjawab dengan lantang, "Sudah, Bu!"

Kecuali Ashel. Sedari tadi dirinya merasa gelisah, kok kakak kelasnya belum memanggilnya sejak tadi.

Gita melirik. "Shel, lo kenapa, sih?" tanyanya sambil berbisik, ia merasa Ashel seperti cacing kepanasan sejak tadi.

Chika yang duduk tepat di belakang meja Ashel juga mencondongkan sedikit badannya, untuk mendengar jawaban Ashel.

"Kak Rani belum manggil gue, jir. Katanya rapat osis. Ini kaga dipanggil-panggil guenya," jawab Ashel.

Ia masih menatap khawatir ke arah Bu Melody yang sedang mengabsen murid kelas ini.

"Oh iya, lo kan ada rapat. Hau, mana lo belum kerjain tuh matik," kata Chika mengompori.

Gita langsung tertawa kecil. "Mampus, lo. Kayaknya batal tuh rapatnya," ucapnya lalu kembali menegakkan badannya karena nama Ashel akan segera dipanggil.

"Adzana Shaliha? Ada?"

Ashel tersentak. Matanya menghadap depan. "Iya, Bu. Hadir."

"Tugasnya udah?" tanya Bu Melody lagi. Kini perhatian para murid langsung tertuju pada Ashel.

Ashel sudah gugup setengah mati. Tak usah ditanyakan bagaimana keadaan jantungnya. Yang jelas, ini bukan jatuh cinta.

"Be-belum, Bu," jawabnya sambil menutup mata. Menyiapkan mental jika dirinya terkena semburan Melody.

"YaAllah Ashel! Tumben banget gak kerjain? Kenapa seperti itu?" tanya Bu Melody dengan heran. Langkahnya bergerak menuju meja Ashel.

Ashel menggaruk tengkuknya. Kalik gue bilang sengaja gak ngerjain karena ada rapat osis.

"Ashel? Kok diem?"

"Iya, Bu. Saya lupa," ucapnya sambil cengengesan. Mencoba mencari alasan yang pas, namun nihil. Hanya lupa.

Bu Melody melotot. Hah? Tumben?

Setelah itu ia geleng-geleng, "Seperti biasa. Kalo gak kerjain tugas, silahkan memungut sampah di sepanjang koridor. Yang lain juga, yang belum mengerjakan. Silahkan keluar," lanjutnya sambil mengelilingi kelas.

Ashel berdiri, melirik sekeliling kelasnya. Yakalik hanya dia yang tidak mengerjakan tugas?

Chika bersuara. "Cuman lo doang kayaknya. Semangat ya, sayang."

Ashel menggerutu dalam hati karena ternyata hanya dirinya yang belum mengerjakan, lalu keluar dari kelas.

Gita dan Chika cekikikan melihat temannya itu. Pasalnya, Ashel baru kali ini dihukum oleh Bu Melody. Hal itu dianggap Chika dan Gita sebagai hari kesialan Ashel.

Bu Melody menjelajahi murid-muridnya.

Langkahnya terhenti tepat di gadis berambut pendek yang terlihat tenang. Duduknya santai, menyender pada kursi dengan tangan terlipat di depan dada.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang