"Chik, lo kantin gak?" tanya Gita yang tak melihat pergerakan temannya itu.
Sejak tadi pagi Gita menyadari akan perubahan Chika yang tak biasanya. Chika menjadi lebih diam dan tak banyak marah-marah.
Gita membuang nafas, tidak ada jawaban dari gadis itu membuat tangannya bergerak menyentuh bahu Chika, "Kantin gak, kawand?"
"Hah? Oh. Enggak, gue kenyang," jawab Chika yang sedikit kaget karena sentuhan tangan Gita pada bahunya.
"Duluan aja sama anak-anak," matanya kembali beralih ke arah luar jendela kelas.
Gita mengalihkan pandangannya. Mencoba mencari tahu ada apa dengan anak ini.
"Lo gak papa?" suara Gita melembut.
"Gak papa, Git. Lagi mau sendiri aja," jawab Chika tanpa mengalihkan pandangannya terhadap Gita.
Gita mengangguk. Ia mengerti Chika sedang butuh waktu untuk sendiri.
"Yaudah. Lo gak ada mau nitip?"
"Enggak."
Setelah mendapat jawaban Chika, Gita menepuk bahu Chika pelan lalu berlalu meninggalkan Chika di kelas yang sudah sepi, hanya ada Chika dan dua murid lainnya yang sedang tidur.
"Loh, Git, Chika kemane?" tanya Dey saat Gita mendekat ke arah meja mereka.
Ashel yang daritadi melamun juga ikut menengok ke belakang.
"Lah iye, Chika mana?"
Gita mendudukkan badannya di samping Ashel dan merapikan seragamnya sebelum ia menghadap ke arah teman-temannya yang menatapnya dengan wajah bertanya.
"Gak tau tuh, gak mau ke kantin katanya."
"Yee, tuh anak. Pasti ada masalah tuh," ucap Ara sambil menunjuk sembarang.
Mira menyenggol. "Hus, lisan lo emang kaga bisa dijaga ye."
Ara menatap sinis Mira lalu kembali menoleh kepada Gita, "Udah lah. Gue cabut dulu."
Mira melihat Ara dengan bingung. Diikuti tatapan bertanya dari yang lain.
"Kasian Chikanya sendirian. Kalian bener-bener ye," jawab Ara lalu meninggalkan teman-temannya.
Ara berjalan dengan sedikit cepat. Karena koridor kelas telah sepi, maka ia bisa dengan bebas melangkah.
"Woy!" Ara berseru saat dirinya sudah tiba di kelas. Kedua murid yang sedang tidur pun juga ikut terkejut.
"Manggil Chika gue," kata Ara saat tatapan kesal dari kedua teman kelasnya menyergap dirinya.
Ara mendekat ke arah Chika yang kembali memalingkan muka. Ara merapikan sedikit dasinya yang berantakan, lalu duduk tepat di depan Chika.
Ara bisa melihat wajah Chika yang tertekuk dan tidak segar.
Pakaiannya juga tidak serapi biasanya. Dasinya mencong kemana-mana, ujung kerahnya terlipat, dan rambutnya terlihat sedikit berantakan. Namun namanya Chika, tidak ada yang bisa menjatuhkan kecantikannya sekalipun keadaannya pada hari ini.
Ara mendengus, "Budeg? Gue lapar, Chik. Yuk lah kantin," ajak Ara saat dirinya tidak direspon oleh gadis di depannya itu.
"Lapar ya makan," ucap Chika tanpa memalingkan muka.
"Haus ya minum. Ngantuk ya tidur. Iri? Bilang boss! Hahayyy! HAHAHHA!" Ara melanjutkan perkataan Chika. Dia sempat melihat audio itu di tiktok.
Chika mencibir. Matanya menatap tajam Ara yang masih tertawa. "Apaan sih, Ra. Ganggu aja."