Menyerah?

1.8K 198 10
                                    

Revo turun dari mobilnya dan memberikan kunci kepada ajudannya untuk membawa mobilnya ke garasi.

Setelah itu ia melangkah ke pintu utama dengan nafas yang tidak beraturan. Revo sangat capek hari ini, mencari Freya sendirian tanpa dukungan keluarga itu tidaklah mudah.

Revo menghela nafas pelan sebelum mengetuk pintu, ia mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi di dalam.

Mengetuk pintu lalu segera memasuki rumah yang besar itu, berharap ada sebuah keceriaan sedikit saja di baliknya.

Mata sayunya langsung bisa menangkap sosok Shani yang sedang duduk sambil menutup mata. Shani selalu menantikan berita baik dari suaminya.

"Rev." Shani langsung berdiri ketik melihat Revo yang tersenyum kepadanya. Namun di balik senyum itu ada ribuan luka dan kesedihan.

Revo menatap sedih Shani, tidak mampu ia mengecewakan istrinya untuk kesekian kali. Tubuh ringkihnya masih berdiri di ujung sana menanti Revo.

Mata yang sembab, kantong mata membesar serta menghitam, itu adalah gambaran Shani yang Revo lihat saat ini.

Revo menggeleng sembari mendekat ke arah Shani. "Maafin aku, Shan."

Shani menangis dan menyambut Revo lalu memeluk suaminya dengan erat. Ia mengusap punggung Revo lembut seolah tahu bahwa suaminya itu sangat capek.

Badan Revo yang berkeringat pun tak dihiraukan Shani. Ia sekarang hanya butuh pelukan Revo.

Revo merasakan aliran listrik yang kuat. Ia sedikit tersenyum tipis. Shani tidak pernah tidak memberi sengatan pada tubuhnya jika mereka bersentuhan fisik.

Revo menengadah ke atas, menahan air matanya untuk tidak terjatuh. Tangannya membalas pelukan Shani dengan kaku, membiarkan Shani menangis di dadanya.

Setiap melihat Shani menangis, Revo tak akan pernah siap menegarkan hatinya.

"M-maafin aku," ucap Revo.

Shani menggeleng samar. Kedua insan ini sedang membagi lukanya masing-masing. Tidak ada kata yang perlu diucapkan bagaimana terpukulnya ketika anak mereka hilang tanpa jejak.

Shani merenggangkan pelukan, ia mendongak menatap Revo yang lebih tinggi darinya.

"Maafin aku, Rev. Kamu kelihatan capek banget," ucap Shani sembari mengusap rahang suaminya dengan lembut. Revo kurusan.

"Kamu juga, capek banget."

Shani kembali menangis. "Aku gak akan biarin kamu berjuang sendirian lagi, Rev. Aku salah udah nelantarin kamu sama anak-anak kita yang lain. Maafin aku."

Perkataan Shani sukses meruntuhkan pertahanan Revo selama ini. Ia menangis. Tubuh dan jiwa yang selalu ia tahan kini hancur lebur di hadapan Shani.

Semuanya berkecamuk. Rasa bersalah, rasa kecewa, dan kesedihan ikut menyelimuti dua insan yang saling memeluk ini.

Cukup lama mereka berpelukan dan saling mengecup hingga langkah kaki yang mendekat terdengar. Pelukan keduanya terlepas.

Chika.

Sontak dua orang yang sebelumnya berpelukan langsung menoleh dan menatap ke arah Chika.

Chika sempat menyaksikan dialog keduanya. Chika merasa perih melihat kedua orang tuanya yang bersedih karena Freya belum ditemukan.

Shani meremas ujung cardigannya saat mendapati penampakan Chika yang luar biasa memprihatinkan. Apakah ia terlalu mengabaikan anak-anaknya?

Chika menatap lurus kedua Shani dan Revo, tak ada cahaya di kedua bola matanya.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang