Shani melihat jam. Sudah jam 7 malam, dan mereka masih berada di perjalanan. Sebelumnya mereka sudah singgah makan dan sekarang sedang melanjutkan perjalanan entah kemana.
Selama perjalanan itu pulak Shani tidak tenang memikirkan Freya, pasti anak itu sedih sekali.
"Pa, pulang aja. Kasian adek sendirian di rumah, aku juga udah bosan. Pantat kakak sakit nih kebanyakan duduk," ucap Christy dengan mata sayunya. Ia memang kelelahan karena dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak di mobil.
Ekspetasi berputar-putar seharian menaiki mobil sudah terjawab dengan realita yang sangat jauh dari perkiraannya. Dikarenakan keadaan mobil tidak seramai ketika ada Jean dan Freya.
Walaupun ada Chika, namun tetap saja ia lebih nyambung dengan Freya yang umurnya tidak beda jauh dengan dirinya. Ditambah Chika kebanyakan mendengarkan lagu di earphone daripada mengajaknya berbicara. Toh, cuman candaan candaan singkat saja.
Shani ikut mengangguk. Sedikit senang karena Christy mengikuti arah pikirnya. Cukup sudah kita berjalan-jalan pada hari ini. Sedangkan ada satu anak kecil di rumah yang mereka telantarkan.
Shani memang menanyai kabar Freya kepada Bi Rani, sang asisten rumah. Namun tetap saja rasa khawatir di dirinya masih bertengger sebelum ia melihat Freya dengan mata kepalanya sendiri.
"Iya, Rev. Aku juga udah capek mau pulang. Aku juga mikirin anak kita yang gak kita ajak," ucapnya pelan dengan sedikit sindiran pada Revo.
Revo menghela nafas. Tidak tahu saja, bahwa dirinya juga daritadi memikirkan Freya dan rasa menyesal sudah menjalarinya. Namun ia tetap bersikap biasa karena ia sendiri yang menyuruh Freya untuk tidak ikut.
"Iya iya, kita pulang sekarang."
Shani menghela nafas lega. Setidaknya suaminya ini masih sadar masih ada anak bungsu mereka di rumah.
Bagaimana dengan Chika? Dirinya juga tentu memikirkan Freya. Namun ia tetap bersikap layaknya cuek bebek.
Byasalah, gengsi segede gaban.
Revo membanting setir untuk berbelok ke arah perumahan mereka yang masih memakan sekitar 30 menit untuk benar-benar sampai di garasi.
Dengan wajah kantuk Chika menatap keluar kaca. Melihat warung-warung dan insan-insan yang sedang becanda riang ataupun celingak-celinguk mencari sesuatu. Hal yang sangat jarang ia lihat karena memang jarang keluar malam.
"Kapan gue punya cowok," batinnya.
---
Rumah besar Arkanra terlihat sepi malam ini. Di bawah, hanya lampu tengah yang menyala dengan suara detik jam besar lantai yang terletak di pojok ruang tamu yang gelap.
Bagaimana dengan Freya? Ia sedang meringkuk di atas kasur sehabis makan malam tadi. Seharian ini Freya hanya makan bubur ayam.
Bukannya apa, Bi Rani sudah menawarkan berbagai makanan western atau makanan indonesia lainnya kepada Freya. Namun tetap saja anak itu memilih makan bubur ayam tadi pagi.
Bi Rani hanya menghela nafas pasrah. Bagaimanapun ia mengerti akan Freya yang jarang memakan bubur ayam. Tapi bagaimana jika Shani dan Revo tahu bahwa anaknya hanya memakan bubur ayam saja seharian ini.
Bagi Freya, makan bubur ayam adalah hal paling sederhana dalam membahagiakan dirinya.
Tak menjelang lama, terdengar dengkuran halus Freya. Padahal posisinya belum begitu pas untuk tidur hingga esok hari. Namun sepertinya fisik dan hati yang lelah banyak menarik energinya hari ini.