Kekacauan

1.9K 187 0
                                    

Chika berkaca, sedikit merapikan rambutnya. Setelah merasa siap, ia langsung mengambil sling bag, serta bantal kecil lalu turun ke bawah.

Chika sedikit bersenandung sembari tersenyum hangat seolah mengatakan kepada dunia hari ini adalah hari kebebasannya.

Tubuhnya yang tinggi terasa ringan disertai lompatan-lompatan kecil yang membuat tasnya bergoyang kesana-kemari.

Chika bisa melihat seluruh anggota keluarganya sudah berkumpul disertai barang-barang yang lumayan banyak. Ada selimut, tas besar, tas cemilan, dan masih banyak lagi.

Kedua orang tua dan adiknya Christy juga terlihat sangat segar dengan pakaian casual mereka. Chika menyipit saat dirinya tidak melihat Freya.

Revo tersenyum kala matanya menangkap Chika yang tersenyum lebar. Sepertinya hari ini mood Chika sangat baik.

"Gimana? Udah siap?" tanya Revo kepada Chika.

Chika mengangguk cepat sembari melihat Pak Toni yang mulai mengangkut barang-barang ke mobil.

"Ayok, Pa. Keburu kelamaan ntar bentar doang lagi kelilingnya," ucap Chika tak sabar. Kakinya tak bisa diam.

"Iya, ayo, Pa. Ntar gak puas nih kelilingnya," ucap Christy menambahkan.

Revo tertawa. "Iya, bentar ya. Freyanya masih isi minum."

"Freya! Udah belum isi minumnya?" seru Shani memanggil Freya di dapur. Matanya sambil mengecek semua barang-barang yang diangkut Pak Toni.

"Belum, Ma! Duluan aja, nanti aku nyusul!"

"Yaudah, tunggu di mobil aja kita," kata Revo akhirnya. Revo mengambil barang-barang yang tersisa dan langsung melangkah menuju pintu utama.

Shani, Chika, dan Christy mengikuti Revo dari belakang. Mereka juga membawa beberapa barang kecil.

Namun belum sampai di pintu utama, terdengar suara kaca pecah dari arah dapur.

Prang!

Shani, Revo, Chika, dan Christy kompak terlonjak. Serentak mereka langsung menutup telinga karena memang suara pecahannya agak keras.

Shani menuju dapur setelah dirinya sadar dari keterkejutan. "Freya!"

Revo, Chika, dan Christy juga ikut menyusul di belakang dengan tergesa-gesa. Antara rasa penasaran dan khawatir, semuanya bercampur aduk.

"Freya!" Suara Shani terdengar dari arah dapur. Sedetik kemudian terdengar juga suara Freya yang sepertinya menangis.

"Maaf, Ma. Tadi gak sengaja Freya senggol kacanya pas mau naroh lap dapur."

Kini semuanya sudah berkumpul di dapur. Para pelayan yang memang ditugaskan di belakang rumah juga ikut berdatangan.

Semua bisa melihat Freya yang kini menangis menatap Shani. Freya gemetar, ia masih merasa terkejut karena suara kaca itu memang sangat keras dan benar-benar membuat terlonjak kaget.

Namun kini ia juga harus menyiapkan mental menghadapi sesuatu yang buruk yang mungkin akan terjadi.

Tak ada yang berani mengangkat suara, hawa ruangan terasa berbeda sejak Revo datang.

"Kok bisa-bisanya, Freya." Revo maju lebih selangkah lebih dekat kepada Freya dan Shani.

Freya semakin mengenggam erat botol minumnya, tak berani menatap Revo. Pelupuk matanya sudah mulai basah dan ia tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

Mata Revo menajam, kilat amarah mulai terlihat di kedua bola matanya. Revo memang lemah lembut dan penyayang, namun ia tidak suka dengan keteledoran. Itu adalah salah satu sifat yang Revo ingin hilangkan.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang