Teka teki

1.6K 173 7
                                    

Ara dan Mira mulai mengitari setiap sudut ruangan di lantai satu itu. Mereka juga mencari Fiony sekalian melihat-lihat gedung ini.

Bahkan mereka sampai keluar gedung untuk mencari gadis mungil itu. Sempat mereka ingin menelfonnya namun tidak jadi karena di sini tidak ada sinyal.

Mira sedikit bingung juga si sebenarnya. Peralatan Fiony sangat maju dan canggih. Tapi kenapa dia tidak memberi alat komunikasi ya? Setidaknya walki-talkie.

Beberapa kali dua gadis itu tiba-tiba berteriak saat ada suara-suara kecil atau barang jatuh tanpa alasan.

"Ra, lo beneran gak takut si Fiony ngadi ngadi?"

"Hah? Maksudnya ape?"

"Ya siapa tau ini akal akalannya aja. Kek boong aja gitu."

Ara mencibir. "Kebanyakan sama Chika lo jadi banyak berkhayal."

Mira mencebik. "Setan lo."

Ara menuju ke belakang gedung. Sepertinya ini adalah pantry. Ada beberapa galon yang berserak di lantai.

Ara mengitari pantry itu dengan seksama. Sesekali bersenandung kecil agar suasana di sekitarnya tidak terlalu sepi.

Tek

Ara mengernyit. Merasa kakinya menginjak sesuatu.

Dengan tatapan bingung ia melihat benda kecil yang sempat ia injak tadi.

Kerutan di dahinya semakin dalam saat benda itu terlihat asing di matanya. Dia tidak pernah melihat benda ini sebelumnya.

Ara mengingat-ingat alat-alat Fiony. Siapa tau ini salah satu alat Fiony. Dan alat ini terjatuh saat Fiony lewat sini.

Ara semakin khawatir. Ia jadi semakin takut Fiony dalam bahaya.

"Kasi tau Mira kalik, ya."

Ara berniat keluar dari pantry dan menyusul Mira yang mungkin berada di ruang depan gedung.

Belum sempat keluar dari pintu. Ara terlonjak saat ada kecoak terbang di depan matanya.

"AAAAAAAA!"

Ara lari dengan tebirit keluar dari pantry. Menggosok-gosok seluruh badannya karena merasa geli.

"MIR! MIR!"

Ara berlari ke arah Mira ketika melihat gadis itu sedang membuka-buka laci. Hampir terjungkal saat kakinya tak sengaja menabrak kayu.

Ara memeluk gadis itu erat dan menarik kaos Mira cukup kuat membuat leher Mira sedikit kecekek.

"WEH RA LEHER GUAA!"

Mira mendorong Ara kuat ketika lehernya sudah benar-benar tercekik. Yang didorong terpental ke lantai.

"Uhuk uhuk uhuk!"

"Kenapa sih, Ra?! Sakit banget sumpah. Uhuk uhuk," ucap Mira serak.

"Ada kecoak tadi, Mir. Sumpah dia melayang anjir di atas kepala gue."

"Terus?"

"YA PIKIR SENDIRI GUE TAKUT!!!!!"

Mira mendengus kasar. "Sialan lo. Sampe nyekik gue gitu?!"

Ara tak peduli pada ucapan Mira. Ia melihat sekelilingnya, memastikan bahwa kecoak tadi sudah tidak ada dimana-mana.

Ara berdiri. Menampilkan kekehan dan menggaruk tengkuknya. "Maaf, Mir. Namanya juga namanya."

"Namanya juga namanya. Dasar bocil."

"HEH LU—"

"—apa? Berisik. Cari temen lo itu dulu njir."

Ara menggurutu kesal. Ia ingin sekali membalas perkataan Mira, namun mereka harus segera mencari Fiony.

"Ra. Fiony dimana, sih?! Tuh anak demen banget ngeghosting," ucap Mira sembari mengusap peluh di dahinya. Cukup melelahkan bagi Mira yang jarang berolahraga.

"Kaga tau nih. Coba aja deh naik ke lantai dua." Ara juga bingung. Mereka sudah mengechat dan menelfon Fiony. Namun belum mendapat balasan dari gadis itu.

Akhirnya Ara dan Mira memutuskan untuk mengecek ke lantai dua. Ya awalnya mereka ragu. Apalagi ini pengalaman pertama mereka untuk melakukan hal yang mengundang risiko begini.

Mereka berdua sudah mempersiapkan pisau, kayu, dan alat yang diberikan Fiony kalau-kalau terjadi sesuatu.

Tap tap tap.

"Ra?"

"Mir?"

"Ya Allah, Ara belum mau mati."

Srenggg

Ara dan Mira seketika mematung. Suara kaki yang mendekat ditambah suara kapak yang diseret membuat jantung mereka berdegup kencang.

Mengenggam erat satu sama lain. Mengangguk yakin ke arah Ara. Lalu perlahan berbalik.

"JANGAN MACAM-MACAM LO!"

"KITA PUNYA PISAU JANGAN MENDEKAT JANGAN MENDEKAT KARA SAYA SUDAH MINUM SUDAH MANDI!"

"ANJING ARA."

"POKONYA KALO LO MENDEKAT, GUE MOHON JANGAN BUNUH DONG. GUE MASIH BANYAK DOSA."

"GUE MASIH HARUS CARI ADEKNYA TEMEN GUE. AMPUNI GUE YE AMPUNI!"


"ARA MIRA! INI FIONY!"

Ara dan Mira yang baru saja ingin melempar kayu dan berbagai macam alat tajam lainnya seketika membuka mata. Mata mereka membulat.

Jantung mereka masih berdisco ria namun seketika plong.

"FIONY?!"

Mereka berdua menurunkan tangan dan berlari turun ke arah Fiony yang sudah terlihat panik akibat aksi Ara dan Mira tadi.

"L-lo darimana cok?!"

Mira melihat Fiony dari atas kepala hingga ujung kaki dengan tatapan panik serta amarah terlihat di bola matanya.

Ara belum memerhatikan. Ia masih menetralkan jantung dan nafasnya.

"Huh hah huh hah."

Mira masih menatap tajam Fiony. Menunggu penjelasan anak itu. Mira benar-benar tidak suka dan masih sangat kaget. Ia akan menjadi lebih emosi ketika sedang terkejut.

"Maaf. Aku tadi nyari-nyari petunjuk juga." Fiony menunduk. Tak berani menatap gadis di depannya ini.

"Lo bisa kan ngajak kita juga?! Kita perginya bertiga, Fiony."

Ara yang tadi tidak terlalu peduli kini mengangkat kepalanya. Sepertinya Mira memang kesal sekali. Dilihat dari urat yang muncul di lehernya.

"Sudah, Mir. Tenang tenang."

Ara takut Mira melakukan hal yang tidak-tidak. Apalagi mereka bukan berada di tengah keramaian dan kemungkinan ada orang jahat di sekitar mereka.

Mira menghela nafas kasar. Membuang pandangannya ke sembarang arah. Namun matanya menyipit kala ia menangkap sekelebat bayangan.

"Eh." Mira menyenggol lengan Ara di sampingnya.

Ara berdeham.

"G-gue liat orang kayaknya."

Ara dan Fiony sontak melihat arah pandang Mira.














GUYSSS!!!! haii. maaf yaa aku benar-benar sibuk banget, sehari itu ngga pernah ngga pergi. many happened to me lately, salah satunya i lost my besfriend two days ago dan tadi baru selesai pemakamannya. sorry for waiting! aku gak yakin bakal fast update because many things!1!1!1, love you all <3

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang