Ara lagi Ara lagi

2K 169 7
                                    

Tiga bulan berlalu. Chika yang sedang melamun dengan mata mengarah lapangan basket di depannya tersentak ketika sebuah tangan mendarat di bahu kanannya.

Beberapa menit yang lalu, kelas Chika baru saja selesai pelajaran olahraga. Mumpung habis ini istirahat, jadi kelas mereka lebih santai dan kebanyakan dari mereka langsung menuju kantin untuk mengisi perut sebelum berganti baju.

Berbeda dengan Chika, ia masih duduk di sisi lapangan basket menikmati angin sepoi-sepoi menerpa wajah cantiknya.

"Chik, gue sekelompok sama lo." Itu suara Mira yang menyampaikan informasi mengenai kelompok perjusami.

Beberapa hari ini sekolah Chika sedang disibukkan oleh persiapan kegiatan perkemahan untuk kelas 11. Dan tentunya Chika beserta kawan-kawan lain wajib mengikuti kegiatan ini.

Dan pagi ini Chika meminta Mira untuk melihat informasi kelompok untuk perjusami. Sedangkan teman-temannya yang lain sudah berada di kantin.

Setiap kelompok teracak dari berbagai kelas entah jurusan IPA atau IPS. Ada yang berisi 8 dan ada juga yang berisi 7.

Kelompok Chika berisikan 7 orang dan tadi Mira mendapat nama kelompok Edelweis yang pemilihannya dilakukan acak.

Chika terperangah. Dan beralih mengikuti pergerakan Mira yang sekarang sudah duduk di sampingnya dengan kertas di tangan.

Chika memajukan badan, lalu meraih kertas itu. Menyipitkan mata saat membaca nama-nama kelompok yang tertera.

"Lah, cuman gue sama lo doang yang sekelompok?"

Mira mengangguk. "Iya. Ara, Gita, Ashel sekelompok. Gue sama lo sekelompok. Oniel, Dey, Olla sekelompok. Flora doang tuh yang sendirian."

Chika manggut-manggut. "Kasian amat Flora sendirian. Gak ada temen sefrekuensinya," ucap Chika sedikit tertawa.

Mira ikut tertawa. "Haha, iya. Tadi dia protes sama Bu Zini sampe diliatin banyak siswa lagi. Memang ya tuh anak."

Chika tergelak. Tak heran jika Flora sering dijuluki si anak pemberani selain Ara. Dua orang itu emang nekatnya gak main-main.

"Kantin skuy. Gue laper, nih, Chik. Segala lo nikmati angin sepoi-sepoi. Sok galau banget," kata Mira sembari mencoba bangkit dan berdiri. Tangannya menepuk-nepuk pantat agar debu-debu di celananya terlepas.

Chika menatap Mira tajam dan ikut berdiri. "Saya tampar ya anda." Mira tertawa kencang.

"Anjing emang osis. Males bet gue ikut kalo begini," kata Flora dengan emosi. Keningnya mengerut tanda bahwa anak itu sedang kesal.

"Heh anjir itu adik kelas ya yang urus perjusami. Gue gak ikutan!" kata Ashel dengan nyolot.

Flora tidak menghiraukannya, lagipun dia tidak kesal terhadap Ashel. Ia tahu bahwa anak osis kelas 10 yang mengurus perjusami ini.

Ara mengelus punggung Flora untuk menenangkan perempuan yang sedari tadi marah-marah. Ia berusaha untuk tidak menertawakan nasib Flora.

"Pokonya gue gak ikut, Ra. Kesal banget gue," balas Flora masih dengan nada tinggi. Nafasnya kian memburu membuat teman-temannya tidak jadi tertawa.

"Hus! Ikut ya lo. Perkara kelompok doang, lagian lo tetap bisa bareng kita, kok," ucap Chika yang diikuti dengan anggukan teman-teman lain.

"Bener. Lo harus ikut, masa gak full team sih, kita? Gak asik banget," sahut Olla setuju dengan perkataan Chika.

Flora menghela nafas. Padahal sebelumnya tekadnya sudah bulat untuk tidak mengikuti kegiatan wajib itu.

"Udah, yuk ke kelas. Dah mau masukan, kita belum ganti baju," kata Dey yang sudah berdiri duluan.

ApologizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang