Teruntuk engkau sang semesta,
Sekali saja kuingin mengiba
Mengibarkan bendera yang kusebut luka
Nanah merambak liar menggerogoti jiwaTeruntuk kamu yang membawaku ke penghulu
Menobatkan diri sebagai sang penawar kelamku
Pelangi dalam setiap warnaku yang kelabu
Nyatanya kini kau menjelma menjadi penyerbuMembibit luka terdalam dalam batinku
Bersamaan dengan hadirnya dia yang kau sebut madu
Maafkan diriku yang mungkin kini tlah layu
Hingga membuatmu menghadirkan si kembang yang baruTerimakasih tlah membuat hatiku terbelah
Kini aku menyerah
Karena hatiku terlalu patahHari kedua Karina berada di rumah sakit. Dan semua masih sama, hanya ada Luna disampingnya. Sungguh hati kembali merepih ketika mendapati kenyataan bahwa dirinya benar-benar di buang sekarang. Bukan cuma dicampakkan suami, bahkan keluaganya juga kompak mencampakkannya. Entah dosa apa yang Karina perbuat pada masa lalu. Hingga mendapatkan kepahitan tak bertepi sekarang.
Tesss
Awalnya hanya setetes namun perlahan pertahanan perempuan berperut buncit itu jebol. Isaknya yang hanya berupa isakan kini pecah sudah. Sungguh rasanya benar-benar menyakitkan. Rasa sakit mendalam ditambah pengaruh hormon kehamilan, membuatnya semakin tergugu di jejaki sesak tak bertepi.
"Rin, udah." bisik Luna pelan seraya membelai tangan Karina yang terbebas dari selang infus. Sungguh Luna tak tega melihat keadaan Karina. Luna juga merutuki sikap Anggara dan keluarga Karina yang seolah acuh dan menyerahkan semua tanggung jawab Karina padanya. Sungguh benar-benar biadab!
"Aku pengen ketemu sama Mas Anggara, Lun." lirih Karina membuat Luna langsung berdiri dan berkacak pinggang.
"Ngapain sih nemuin laki-laki yang udah buat kamu sakit kaya gini, Rin. Jangan bilang kamu mau kesana buat maafin Anggara jelek itu. Kaya juga gak seberapa, tampang juga pas-pasan. Udah berasa kayak pangeran dubai aja. Ntar makin besar kepala dia.
Noh pangeran Dubai beneran yang kaya raya terus gantengnya kebangetan aja pada setia sama pasangannya. Ini yang tampang udah kayak sapu ijuk gitu banyak tingkah. Gak usah nemuin tu si Anggara kucing garong. Aku gak rela ya, Rin kalau kamu disakitin lagi." omel Luna membuat Karina menggeleng.
"Enggak, Lun. Aku cuma pengen ketemu Mas Anggara buat tanya kenapa dia tega nikah lagi padahal aku lagi ngandung anaknya. Aku juga pengen minta maaf kalau seandainya aku gak bisa jadi seperti yang dia mau, sampai dia memilih untuk mencari apa yang gak bisa aku kasih ke orang lain."
Perih, pedih. Lidah Karina rasanya tercekat mendengar kata demi kata yang terlontar dari bibirnya sendiri. Mungkinkah jika Anggara tega menghianatinya karena ada kekurangan dalam dirinya?
"Trus kalau kamu udah tahu alasannya. Kamu bakalan maafin dia dan menyalahkan diri kamu sendiri atas penghianatan yang dia lakuin? Plis, Rin. Jangan bodoh."
"Enggak, Lun. Kalau aku udah tahu aku bakalan tetep pengen pisah. Karena menurutku tidak ada pembenaran untuk sebuah penghianatan. Aku itu cuma mau tau alasan dia aja. Buat jadi pembelajaran buat aku untuk kedepannya. Biar aku gak ngulang kesalahan yang sama dan ngebuat orang-orang terdekatku pergi."
"Tukan, Rin. Kamu tu orangnya baik banget. Gak ada yang salah sama diri kamu. Yang ada itu si Anggara yang gak bisa bersyukur. Dapet kamu yang kayak berlian malah di campakin demi eek kucing. Intinya letak kesalahan itu bukan di kamu. Tapi sama Anggarong ditambah sama orang tua kamu yang gak waras itu. Kayaknya otak mereka udah di cuci sama si Malika."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik yang Retak
Non-FictionAkulah sang rintik Yang kau paksa retak Tentang Karina yang harus menelan pil pahit yaitu pernikahan kedua suaminya yang justru didalangi oleh Mega, Ibu kandung Karina sendiri. Seakan belum puas Mega terus saja melancarkan-melancarkan cara untuk men...