HALLO, ASSALAMUALAIKUM 🙏
SETELAH ENAM BULAN AKU KEMBALI, MELANJUTKAN CERITA INI HUHU 😭
TERIMAKASIH UNTUK YANG MASIH SETIA. I LOVE YOU GAYS ❤️~Rintik yang Retak~
Tersenyumlah! Surya terlalu terang untuk menyembunyikan rintik matamu
~Karina~Rintik yang Retak~
"Menurutku yang terindah itu pelangi, begitu memanja dengan menguntai pikat berwarna. Bahkan bukan hanya tentang rupa namun juga tentang cara hadirannya yang seolah menjadi candu. Dia hadir sebagai penghibur kelamnya langit setelah melepas sang rintik."
Sejenak perempuan berhijab biru muda itu menghirup aroma melati dalam cangkir di hadapannya secara rakus, sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada sang suami yang berusaha mengipasi hidungnya dengan tangan. Jangan heran karena memang laki-laki itu benci aroma melati.
"Jangan menilai sesuatu hanya karena matamu termanjakan. Karena nyatanya pelangi tak secantik itu, bahkan cara hadirnya pun begitu memilukan penuh dengan ilusi. Menjebak dengan rupa cantik memikat, padahal semua itu tak lebih dari bias tak nyata. Dan kehadirnya pun begitu menyakitkan, tanpa memikirkan keadaan kelabunya sang langit dirinya menampilkan kilau, seolah menantang semesta mencela sang langit yang bermuram dan memuji kilau indah warna-warni tubuhnya yang terpendar."
Sang lelaki mengetuk-ngetukkan tangan di ujung cangkir, "Tapi bukankah semua sudah menjadi sebuah ketetapan? Tentang silaunya, cara kehadirannya namun kenapa seolah kamu menyalahkan? Bahkan jika pun mampu pelangi akan memilih meredupkan biasnya saat bertemu nur agar tak menjadi pusat perbandingan untuk sang langit yang redup."
Sejenak perempuan berperut buncit itu terkekeh, sebelum mengelus pelan punggung tangan laki-laki berkaos hitam yang sudah lebih dari tiga tahun menjadi suaminya.
"Bukan menyalahkan, karena memang terciptanya sesuatu dalam semesta ini tak mungkin jika tidak ada alasan tertentunya. Semua yang terjadi ada folosifinya sendiri, tentang pelangi yang membius namun hanya sesaat seolah menggambarkan tentang manusia yang hanya mengejar rupa hingga melupa rasa. Lalu mendung setelah kehilangan rintik seolah menggambarkan manusia yang terlalu mudah terlena dan memilih larut dalam kesakitannya seolah-olah sang takdir sengaja memberinya kesakitan tak berkesudahan."
Helaan nafas terlontar, "Padahal Tuhan sudah memberi cuplikan kehidupan lewat hal-hal kecil yang terlihat begitu sepele namun sangat bermakna. Sayangnya kita sebagai manusia malah begitu bodoh dengan memilih terlena dan tak peka pada pertanda lewat lirih indah semesta." lanjutnya.
Anggara terkekeh sebelum mencubit hidung mencung perempuan berhijab di hadapannya. "Diksimu terlalu tinggi, Sayang! Rasanya kepalaku kadang seperti terbakar saat memaksa menyerap semua kiasan kata yang kamu gunakan."
"Tapi bukan berarti aku tidak suka... Aku suka, aku sangat suka dengan kamu yang seperti penyair begini walau terkadang aku tak mengerti tentang maksudnya, tapi tak apa. Aku tetap menikmati lantunan diksi-diksi indahmu."
Karina tersenyum begitu manis, menunduk menatap ke arah cangkir beraroma melati di hadapannya. Sebelum dengan begitu cepat membawa cangkir itu dan mengarahkannya tepat di atas cangkir beraroma cafein milik lelaki yang hanya menaikkan satu alis itu.
Pyurr.....
Kini teh dan kopi itu bercampur menjadi satu, menimbulkan aroma yang begitu memuakkan. Begitu aneh dan menyengat, sangat menusuk indra penciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik yang Retak
غير روائيAkulah sang rintik Yang kau paksa retak Tentang Karina yang harus menelan pil pahit yaitu pernikahan kedua suaminya yang justru didalangi oleh Mega, Ibu kandung Karina sendiri. Seakan belum puas Mega terus saja melancarkan-melancarkan cara untuk men...