WARNING: 21+
JADI MOHON UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMBACA SEBUAH CERITA.
Dosa tetap ditanggung masing-masing~Rintik yang Retak~
Laki-laki berkaos hitam itu mengemudikan mobil dengan kesetanan. Mengabaikan teriakan sang istri kedua yang berada di kursi tengah mobil. Sedang perempuan berperut buncit di samping laki-laki itu hanya terdiam. Tak ingin memancing amarah pemilik DNA terbesar pada janin dalam kandungannya.
Bukan takut, perempuan berperut buncit itu hanya khawatir jika suaminya itu semakin kalab. Keadaan sekarang juga tak memungkinkan untuk mereka saling menumpahkan amarah. Lagipula perempuan berperut buncit itu tidak ingin mati sia-sia karena terjadi sesuatu di jalan.
"Mas, pelan-pelan." lirih Malika membuat Karina menoleh dan terkekeh kala mendapati raut madunya pucat pasi.
Semua itu membuat Karina menyadari sisi lain dari Malika. Ternyata selain suka merebut apa milik Karina, perempuan berambut lurus itu takut akan kematian. Karina jadi berpikir untuk mengajak Malika duduk berdua dan menonton sinema ikan terbang bersama. Mungkin dengan melihat azab pedih para perusak kebahagiaan orang lain yang berakhir dengan mendapat kematian begitu menyakitkan. Bisa membuat madunya itu sedikit menyadari kesalahannya.
"Massss!" jerit Malika saat mobil yang mereka naiki menerobos lampu lalu lintas yang berwarna merah.
Melihat itu Karina tawa perempuan berperut buncit itu menggelegar. Bahkan sekarang Karina berpindah posisi sedikit miring, agar lebih leluasa untuk mengamati wajah sang madu yang terlihat begitu menarik di mata Karina. Sungguh melihat Malika ketakutan adalah kesenangan tersendiri untuk Karina.
"Dimohon untuk Ibu Malikaliku kehidupan, silahkan untuk mengucap kata-kata terakhir." bisik Karina pelan membuat Malika memelototkan mata.
"Karina!"
Kedua perempuan itu terus saja berdebat, bahkan mereka tak sadar jika sekarang mereka sudah berada di depan rumah. Hingga
Ckkkkiiiittt
Mobil berwarna putih itu berhenti mendadak membuat Malika yang tak siap langsung terlempar dari duduknya, bahkan dengan tidak elitnya kepala Malika bertemu mesra dengan kursi yang diduduki Karina.
"DIEM!" bentak Anggara membuat Karina tak jadi meledakkan tawanya.
Tanpa pikir panjang laki-laki yang dirasuki amarah itu keluar dari mobil dan menyeret Karina keluar. Membuat perempuan berperut buncit itu tersentak kaget. Melihat itu, Anggara dengan sigap langsung membopong tubuh istri pertamanya, memasuki rumah.
Anggara benar-benar sudah tidak sabar untuk meledakkan amarah yang sedari tadi ditahannya itu. Sebenarnya sudah sedari tadi laki-laki itu gatal, tapi menyadari situasi dan kondisi tak memungkinkan akhirnya laki-laki itu memilih menundanya terlebih dahulu. Satu hal yang menjadi pegangan teguh seorang Anggara adalah pantang untuk menunjukkan masalah rumah tangganya di depan orang lain.
Sedangkan Malika yang melihat Anggara dalam kondisi marah hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Sungguh Malika takut dengan Anggara yang sedang dalam pengaruh emosi, laki-laki itu bahkan tak pernah memikirkan kosenkuensi dari apa yang dilakukannya jika sudah dikuasai amarah.
Jadi Malika lebih memilih untuk terdiam mengamati Karina yang hanya bisa pasrah berada dalam gendongan Anggara. Hingga akhirnya mata perempuan berambut hitam itu melotot sempurna saat menyadari sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik yang Retak
Non-FictionAkulah sang rintik Yang kau paksa retak Tentang Karina yang harus menelan pil pahit yaitu pernikahan kedua suaminya yang justru didalangi oleh Mega, Ibu kandung Karina sendiri. Seakan belum puas Mega terus saja melancarkan-melancarkan cara untuk men...