Part 20

15.5K 1.8K 301
                                        

Hai kalian pada masih nunggu cerita ini gak sih?
Maaf ya kalau authornya agak lama
InsyaAllah setelah ini bakalan rajin up lagi
Jangan lupa vote dan komen biar aku semangat

~Rintik yang Retak~

Perempuan berperut buncit itu terlihat begitu cantik dengan gamis berwarna biru tua yang selaras dengan hijabnya. Sedikit polesan wajah menambah aura kecantikan yang begitu memancar dari Karina. Bahkan perut buncit dan tubuh sedikit berisinya tak mengurangi sama sekali pesona seorang Karina. Yang ada Karina semakin mempesona dengan kehamilannya.

Hembusan nafas kasar keluar dari bibir Karina. Harusnya lima belas menita lalu dirinya berangkat menuju panti asuhan namun karena menunggu suaminya yang bersiap dan juga perut Karina yang sedang dalam kondisi lapar. Akhirnya wanita cantik itu memilih untuk menunda keberangkatannya dan mengisi perutnya terlebih dahulu.

Dua buah telur ceplok dengan kecap menjadi menu andalan Karina kali ini. Bukan tanpa sebab, karena di tempat tujuannya nanti dirinya akan makan. Jadi Karina memutuskan untuk memakan sedikit sebagai ganjal perut saja.

"Rin." panggilan itu membuat Karina mendongak. Sedikit merasa aneh ketika melihat Anggara tak sendiri, namun bersama kuyang yang bergelayut pada lengannya.

"Ya, Mas. Kenapa? Mau berangkat sekarang?"

"Maaf." beo Anggara membuat Karina menghela nafas.

"Untuk?"

"Maaf, Aku gak bisa nemenin kamu karena Malika...." Karina melotot sempurna. Apalagi ini? Dirinya harus lelah menunggu dan seenaknya laki-laki itu membatalkannya. Kalau tahu begini lebih baik Karina berangkat sendiri, bukan?

"Karena Malika?" Are you kidding, me?"

"Mas bener-bener minta maaf, Rin. Tapi..."

"Pergi aja. Aku bisa sendiri. Cuma lain kali kalau sekiranya enggak bisa ya ngomong. Bukan malah seolah nyuruh aku nunggu! Emang kamu pikir aku gak punya kesibukan lain yang kebih berfaedah daripada nunggu pengumuman kamu yang lebih mementingkan istri keduamu itu?" ketus Karina seraya beranjak, membuat Anggara memegang pergelangan tangan istri pertamanya itu.

"Rin, Mas minta maaf gimana kalau besok aja Mas nganter kamu. Sekarang Mas mau nganter Malika dulu."

"Aku gak nyuruh kamu milih dan aku gak pernah ngasih kamu pilihan. So, apapun yang kamu mau lakuin silahkan." cuek Karina seraya meninggalkan Anggara yang mengekor di belakangnya.

"Acara kamukan gak terlalu penting, Rin. Mending diundur besok. Hari ini aku mau nganterin Malika buat ke dokter. Lihat Malika jerawatan karena kehamilannya."

Mendengar itu Karina langsung menoleh, menatap nyalang suaminya itu. Membatalkan acara yang sudah Karina susun sedemikian rupa hanya karena jerawat. Apakah sekarang Anggara benar-benar tidak waras?

"Kamu udah gila?" sentak Karina dengan tangan mengepal.

"Sejak kapan urusan jerawat lebih penting dari pengajian yang akan dilakukan di panti asuhan? Kalau jerawat ninggalin bekas bisa diberi obat. Kalau tatapan kekecewaan dari para anak yatim karena kamu membatalkan sepihak acara yang mungkin mereka nantikan? Bisa kamu tanggung jawab nanti di hadapan Tuhan?" sindir Karina membuat Anggara terdiam.

"Ya udah kalau bisa pergi sendiri kamu pergi sana. Lagian nanti abis dari dokter kita bakalan belanja-belanja." usir Malika membuat Karina menaikkan sudut bibir.

"Ya, dong jelas. Aku bakalan pergi sendiri. Kan aku bukan benalu yang harus membutuhkan inang untuk berpijak."

"Kamu ngatain aku benalu?"

Rintik yang RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang