Part 18

14K 1.7K 344
                                        

Mobil yang ditumpangi oleh ketiga orang itu mulai berhenti di pekarangan sebuah rumah yang nampak begitu ramai. Memang kehadiran mereka adalah untuk menghadiri acara aqiqah. Namun Karina tak menyangka jika acaranya semewah ini. Bahkan tampilan depan rumahnya saja sudah membuatnya terpukau. Lalu bagaimana penampilan dalam rumahnya? Tentu akan sangat lebih indah lagi bukan.

"Mas, nanti kalau aku lahiran aku mau acara aqiqahnya digelar kaya gini."

"Iya. Kamu juga mau, Rin?" Karina hanya menggeleng.

"Gak, Mas. Aku maunya yang sederhana aja. Mending ngundang anak yatim atau yang lebih membutuhkan aja sih malahan lebih bagus."

"Dasar kuno." cibir Malika membuat Karina melirik sinis madunya itu.

"Aqiqah itu yang penting ketulusannya dulu. Kalau mau aqiqah tapi niatnya riya juga percuma. Doanya gak bakalan diterima. Kamu mana ngerti, orang doa aja gak pernah."

"Kalian mau masuk atau mau berdebat lagi sih. Untung Mama sama Papa gak jadi ikut. Bisa bayangin gak kalau mereka ikut trus denger kalian berantem."

"Karina duluan, Mas."

"Heh Malikaliku kehidupan kenapa malah nyalahin orang lain sih. Orang jelas-jelas kamu yang pertama."

"Enggak. Mana ada, kamu yang pertama nyolot pake ngatain aku gak pernah berdoa segala."

"Ih aku gak ngatain. Aku lagi mengungkapkan sebuah fakta kok. Kan emang kenyataannya situ gak pernah berdoa."

"Tukan kamu ngajak ribut."

"Apa mau berantem hayo." tantang Karina sembari tersenyum mengejek membuat Malika terpancing.

Melihat Malika merangsek maju. Karina memilih diam di tempat menunggu Malika sampai mendekat lalu mencondongkan tubuh sedikit ke kiri, menarik kencang kemeja Anggara hingga laki-laki itu sedikit oleng dan

Bugh

Satu buah tendangan Karina layangkan pada pantat suaminya membuat Anggara yang tak siap malah tersungkur menimpa Malika. Hingga kedua orang itu menjadi pusat perhatian seluruh tamu undangan yang masih berada di dekat tempat parkiran mobil.

"Ya Allah Karina kamu gak papa?" tanya perempuan dengan setelan kebaya yang tergopoh-gopoh mengampiri membuat Karina menggeleng dan meringis.

"Karina gak papa Tante. Kan yang jatuh mereka." tunjuk Karina pada Malika dan Anggara.

"Dih kalau mereka mah Tante gak peduli. Mau jatuh kek, ketabrak becak, kejatuhan meteor sekalipun. Bahkan nanti pas mereka dapet azab karena terus nyakitin kamu, Tante bakalan jadi orang pertama yang ngetawain. Udah barin aja yuk masuk." ajak perempuan paruh baya yang menjadi tuan rumah itu membuat Karina dengan senang hati menurutinya.

Bahkan Karina tak mau repot-repot untuk sekedar menoleh ke arah suami dan madunya. Salah Malika sendiri yang berniat akan menyerangnya bukan?

~Rintik yang Retak~


Karina melirik ke arah Malika yang cemberut. Sedikit kasihan memang melihat wanita itu di pojokkan oleh beberapa saudara sepupu Anggara. Namun Karina lebih memilih diam dan tak ikut campur, toh sudah resiko jika perebut akan menjadi pihak yang dibenci bukan?

Jadi biarkan Malika memikmati sedikit syok terapi. Agar kedepannya perempuan itu bisa mengerti tentang kesalahannya yang membawa dirinya masuk ke dalam rumah gangga milik orang lain.

"Rin," panggilan itu membuat Karina menoleh lalu melebarkan senyumannya pada Ziko, sahabat Karina dulu sewaktu kuliah yang kebetulan masih saudara sepupu jauh dari Anggara.

Rintik yang RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang