Part 25

15.4K 2K 490
                                        

Karina melirik ke arah arloji di tangannya. Sudah hampir setengah jam namun wanita paruh baya di hadapannya tak kunjung mengeluarkan sepatah katapun. Sejak tiba tadi Ibu kandungnya itu hanya menatapnya dengan pandangan meremehkan dan Karina benci itu. 

"Terus melotot tidak akan membuat aku mengerti maksud undanganmu, Ibu. Ingatlah jika kamu sudah tua, tidakkah kamu takut jika syaraf dan otot-ototmu melemah tiba-tiba hingga membuat kedua bola matamu itu menggelinding?" ujar Karina membuat kedua tangan Mega terkepal. Sedangkan Karina hanya tersenyum kecil, Ibunya ini gampang sekali terpancing emosinya.

"Beginikah sikapmu pada orang tua, Karina? Dimana rasa hormatmu."

"Hormaaat grak." Karina langsung memberikan hormat pada Ibu kandungnya itu. Namun diluar dugaan bukannya marah perempuan paruh baya itu malah terkekeh.

"Mencoba menjadi gila atau memang kamu sudah gila, Karina?" 

"Oh aku hanya mencoba menjalankan tugasku sebagai seorang anak, yaitu menyenangkan hati seorang Ibu yang mencoba membuat anak kandungnya gila." ucap Karina sembari menggendikkan bahu acuh. Malas rasanya meladeni perempuan paruh baya di hadapannya.

Tapi sekali lagi Karina tidak punya pilihan lain. Perempuan berperut gendut itu bisa saja memberontak, namun Karina enggan karena Karina tahu jika Mega akan melakukan segala cara untuk melakukan apapun yang sudah menjadi obsesisnya.

"Kamu tahu kenapa Ibumu ini mengajakmu bertemu, Anakku Sayang?"

Karina menghentikkan suapan pada mulutnya. Lalu memberikan senyum manis dan menganggukkan kepala. Tentu Karina tahu, bahkan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan Ibunyapun Karina sudah mengetahui.

Kebodohan Mega hanyalah terus memikirkan cara dan melancarkan aksi menghancurkan Karina. Hingga lupa menyadari jika Karina adalah wanita yang bisa berperan sebagai malaikat dan iblis dalam waktu bersamaan. Tergantung Karina lebih ingin menonjolkan sisi dalam dirinya. Tenang seperti malaikat atau bengis seperti iblis.

"Kalau aku katakan aku tahu bagaimana pendapatmu, Ibu?" Mega terkekeh seraya menaikkan satu alis seolah meragukan Karina.

"Meragukan seorang Karina? Bukankah Ibu adalah wanita yang melahirkan dan sudi membagi darahnya untukku? Apakah itu tidak cukup untuk menjadi penghubung ikatan batin kita?" ledek Karina membuat Mega menghembuskan nafas kasar.

"Jangan mengada-ada Karina. Bahkan jika ada ikatan batin diantara kita aku akan memutusnya. Tidak sudi rasanya terikat batin dengan kamu."

"Jangan memungkiri apa yang sudah digariskan Tuhan, Bu." 

Benar bukan? Mau sejauh apapun memungkiri yang namanya ikatan suci yang Tuhan ciptakan itu tidak akan bisa terputus. 

"Jangan membawa-bawa nama Tuhan, Karina."

"Kepanasan karena aku membawa-bawa nama Tuhan, Ibu? Kenapa Ibu mirip dengan setan?" ujar Karina polos sembari mengedipkan kedua matanya yang terlihat begitu menyebalkan di mata Karina.

"Berengsek!" maki Mega membuat Karina tertawa terbahak-bahak. 

"Oke, mari kita kembali ketopik utama alasan Ibu mengajakku bertemu. Jadi Ibu mengajakku bertemu hanya untuk membuang-buang waktuku bukan? Ibu menggunakan ini sebagai pengecoh agar aku keluar dari rumah dan Ibu bisa leluasa menyuruh orang-orang itu untuk menggeledah kamarku? Mengambil seluruh barang-barang berhargaku dan mencoba memasang CCTV untuk mengawasi pergerakanku?"

Degh,

Tubuh Mega mematung mendengar itu. Rasanya darahnya seperti tersedot keluar dari tubuhnya. Melihat rencananya tertebak begitu mudah dan reaksi yang ditampilkan Karina seolah perempuan hamil itu biasa-biasa saja begitu menyentil hatinya. Bagaimana mungkin Karina bisa mengetahui semuanya?

Rintik yang RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang